"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-Gara Barbara
"Huaaaaaaaa! Aku maluuuuuu!" teriak Aurora di balik bantalnya.
Setelah merasa puas menghisap darah Aurora, Pangeran Felix menyuruh Aurora untuk beristirahat, namun sebelum itu, Pangeran Felix sempat menuntun tangan Aurora untuk masuk ke dalam bajunya, meraba perut sixpack sang Pangeran beberapa detik.
"Bonus tambahan untukmu."
Aurora yang pada dasarnya ingin menghilang sejak tadi tambah ingin mati saat itu juga, beruntung Pangeran Felix sudah mengizinkannya untuk kembali ke kamar dan beristirahat, jadi tanpa pikir panjang lagi, Aurora langsung kabur tanpa sempat mengucapkan apapun setelah Pangeran Felix melepas tangannya.
"Selain kejam, ternyata Vampir Sialan itu cukup jahil juga! Huaaaaaaaa, bagiamana ini, aku benar-benar maluuu! Apa aku kabur saja sekarang, agar aku tidak bertemu lagi dengannya?!"
Aurora berguling ke kanan dan kiri, rasa lelah dan kantuknya sudah sirna entah ke mana. Sekarang Aurora malah tidak bisa tidur karena terus kebayang kejadian memalukan tadi!
"Dia pasti mengira aku berpikir mesum padanya! Sangat memalukan!"
Gadis itu menutup wajahnya, ia tidak tau apakah besok dia masih punya kepercayaan diri untuk muncul di hadapan Pangeran Vampir itu?!
"Apa aku pura-pura amnesia saja?"
Lagi-lagi, saat Aurora mencoba untuk melupakan hal tersebut, hal itu justru semakin terbayang-bayang di pelupuk matanya. "AAAAA, AKU TIDAK BISAAA!"
Berbeda dengan Aurora yang uring-uringan dan kesulitan tidur, Pangeran Felix malah sudah tertidur lelap dengan perut kenyang dan senyuman yang mengembang.
*********
Matahari sudah menyapa sejak tadi. Namun Aurora masih di dalam kamarnya, ia mondar-mandir di depan pintu, mengumpul kepercayaan diri untuk bertemu dengan sang Pangeran Vampir.
"Aurora! Kamu tidak boleh terus-menerus seperti ini! Lupakan kejadian semalam! Anggap saja tidak pernah ada kejadian seperti itu sebelumnya!"
Setelah merasa cukup percaya diri, Aurora akhirnya memutuskan untuk keluar. Dan ketika pintu kamarnya baru saja terbuka, ia malah mendapati sang Pangeran Mahkota sudah berdiri di depan kamarnya dengan tatapan tajam.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Aurora untuk menyembunyikan keterkejutannya.
"Hmm, aku tidak suka orang tidak disiplin waktu!"
"Maaf, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi."
"Ikut aku, aku akan sarapan di ruang makan!" ucap Pangeran Felix lalu melangkah terlebih dahulu dan diikuti oleh Aurora di belakangnya.
Kedatangan Pangeran Felix membuat semua orang yang ada di dalam ruang makan berdiri dan memberikan hormat, termasuk Barbara yang duduk berdekatan dengan kursi Pangeran Felix.
"Apakah dia Pelayan Pribadi Pangeran?" gumam Barbara dengan pandangan yang tertuju ke arah Aurora. "Cantik."
"Pergilah ke dapur, lalu bawakan sarapan untukku!" ucap Pangeran Felix pada Aurora.
"Baik, Tuan."
"Cih, kemunculan Manusia Lemah itu membuat selera makanku hilang!" Helena membatin sembari membuang muka.
"Pangeran," panggil Barbara sedikit berisik.
"Hmm."
"Bolehkah aku memiliki Pelayan Pribadi sepertimu?"
"Terserah," jawab Pangeran Felix.
"Bagiamana kalau Pelayan Pribadimu untukku saja?"
Brakk.
Semua orang kaget saat Pangeran Felix tiba-tiba saja memukul meja makan. "Apa yang menjadi milikku, hanya akan menjadi milikku! Siapapun yang berani merebutnya dariku, maka hadapi aku terlebih dahulu!"
"Maaf, Pangeran, aku hanya bercanda," ucap Barbara panik, ia hanya bercanda, tapi kenapa Pangeran Felix malah menganggap serius candaannya?!
Kini, semua tatapan tertuju pada Barbara, semua orang seolah mencaci-makinya lewat tatapan karena sudah membuat suasana meja makan menjadi tegang!
"CK! Matilah aku!" Barbara hanya bisa tersenyum kikuk, ia janji tidak akan mencoba bercanda tentang Pelayan Pribadi dengan sang Pangeran!
"Apa yang Barbara katakan tadi sehingga Pangeran Felix marah padanya?" Helena menatap Barbara dan Pangeran Felix secara bergantian, ia tidak mendengar percakapan mereka sebelumnya, hanya mendengar bagian terakhir setelah Pangeran Felix memukul meja.