NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Soda lebih menyegarkan

Jaden bersandar di bangku sebelah Bumi, matanya menatap ke depan tanpa fokus. Kelas terasa lebih lengang karena guru hanya meninggalkan tugas, tersisa beberapa siswa yang masih berada di ruangan, yang lainnya pergi entah kemana. Siang itu, cahaya matahari masuk melalui jendela, menciptakan bayangan di lantai, namun sinar hangatnya tidak bisa mengusir kegelisahan yang sedang dirasakan Jaden.

"Dimana kamu mengenal Luna?" Jaden memecah kesunyian dengan suara rendah. Ada getaran kecil dalam suaranya yang menandakan bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Bumi, yang sedang mencoret-coret buku catatannya, menoleh perlahan. "Orang tua kami rekan kerja. Kami pernah bertemu di acara bisnis."

Jaden mengangguk kecil. Namun pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian sebelumnya, di mana Luna berbicara padanya dengan nada yang dingin dan mengancam.

"Ngomong-ngomong," Bumi menutup bukunya dan menatap Jaden, "Apa yang Luna bicarakan denganmu tadi?"

Jaden menelan ludah, berusaha mengendalikan kegelisahan yang mulai menguasainya. "Tidak... Bukan hal yang penting."

Bumi menyipitkan matanya, tersenyum. "Semoga saja begitu."

Jaden merasa seolah sebuah beban mengendap di dadanya. Dia tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, meskipun takut dengan jawabannya. "Kau terlihat begitu mengenalnya. Apakah dia... orang yang buruk?"

Bumi tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Luna itu... orang yang penuh ambisi."

Jaden merasakan rasa dingin menyelimuti dirinya meskipun ruangan terasa hangat. "Jawabanmu membuatku takut."

"Kenapa kamu takut? Apakah kamu diancam?"

"Hmm.. semacam itu," jawab Jaden, nadanya sedikit ragu.

"Jangan terlalu dipikirkan," Bumi berkata santai, seolah ancaman bukanlah hal yang besar baginya.

"Maksudmu, abaikan saja?" Jaden bertanya dengan alis berkerut. "Lalu dia akan pergi begitu saja?"

Bumi mengangkat bahu. "Dia akan bosan dan mencari mangsa lain."

Jaden menghela napas berat. "Atau bisa saja dia malah menargetkanmu."

Iris matanya menggelap, Bumi tersenyum kecil, tapi kali ini ada sesuatu yang lebih serius di balik senyumannya. "Kalau begitu, aku akan menginjaknya. Seperti serangga."

"Bro~ kamu menyeramkan."

...****************...

Sore itu, suasana di halaman sekolah masih ramai. Beberapa siswa tampak berkumpul di lapangan, entah menonton atau ikut bermain futsal bersama. Reyna berjalan perlahan di samping Bulan, yang tampak antusias setiap kali ada siswa laki-laki melesakkan bola ke gawang.

“Masa iya kamu nggak mau ikut nonton?” Bulan menyenggol lengan Reyna, senyum lebar terlukis di wajahnya. “Aku cuma mau cuci mata, kok. Lagian, Radit dan Bintang satu tim, lho!”

Reyna menghela napas sambil tersenyum tipis. “Cuci mata apanya? Nggak ada yang menarik buat dilihat.”

Mereka terus berjalan menuju lapangan, di mana beberapa siswa sedang asyik bermain futsal. Radit ada di sana, dengan seragam olahraga yang sudah basah oleh keringat. Dia berlari di antara pemain lain, cekatan mengejar bola, dan dengan gesit mengoper ke Bintang, rekan setimnya. Tidak tau kenapa mereka bisa kompak padahal tidak pernah akur.

Reyna, yang awalnya tidak begitu tertarik, mulai memperhatikan permainan dengan lebih serius.

Radit selalu tampak berbeda ketika sedang bermain futsal ataupun sepak bola. Fokus, penuh semangat, dan tenang. Dia mencetak gol beberapa kali, membuat sorakan teman-temannya semakin riuh. Bulan, di samping Reyna, tampak lebih menikmati setiap detik. Dan, entah sejak kapan ada Bumi yang duduk disebelahnya.

“Bintang kelihatan keren banget kalau main futsal,” gumam Bulan dengan nada menggoda, membuat Reyna hanya bisa tersenyum kecil.

Tanpa sepengetahuan Reyna, dalam benak Bulan terbersit rasa gemas. Dia yakin bahwa Bintang diam-diam menyimpan ketertarikan pada Reyna, dan iTulah yang membuatnya begitu bersemangat ingin menjodohkan mereka berdua.

Setelah beberapa menit berlalu, peluit ditiup dan permainan berhenti sejenak untuk istirahat. Jaden berjalan ke pinggir lapangan, napasnya tersengal-sengal. Keringat menetes di dahinya saat dia duduk di bangku yang ada di dekatnya, mengambil napas panjang.

Bulan segera melambaikan tangan dengan semangat. “Bintang! Ayo sini, istirahat dulu!”

Reyna memperhatikan dari kejauhan saat Bintang melemparkan senyum ke arah mereka berdua. Tepat di belakangnya, Radit sedang sibuk mengambil minuman dari keranjang yang disediakan. Namun, bukan botol air mineral seperti biasanya yang diambilnya—kali ini, Radit justru mengeluarkan kaleng soda.

Saat Radit dengan santai membuka kaleng soda itu, cipratan busanya langsung mengundang sorakan riuh dari timnya. Reyna mengerutkan alis, merasa ada yang janggal. Radit bukanlah tipe orang yang menyukai minuman bersoda—terlebih setelah berkali-kali dia menolak tawaran teman-temannya untuk minum sesuatu yang selalu dia anggap tidak sehat.

“Kok Radit minum soda?” gumam Reyna pelan, setengah berbicara pada diri sendiri.

Bulan, yang mendengarnya, hanya mengangkat bahu. “Mungkin dia lagi pengen aja. Wajar, habis capek kan butuh penyegar.”

Tapi bagi Reyna, itu terasa aneh. Radit yang dia kenal sangat peduli pada pola makannya. Soda adalah sesuatu yang selalu dia hindari, bahkan tak pernah menyentuhnya. Namun, di depan matanya sekarang, Radit meneguk minuman bersoda itu tanpa ragu sedikit pun.

...****************...

Ketika hendak pulang, Reyna merasakan sentuhan lembut di bahunya, disusul dengan sensasi dingin yang tiba-tiba menyentuh pipinya. Saat menoleh, ternyata itu ulah Radit, yang menyodorkan minuman kaleng dingin ke tangannya.

“Cola?” tanya Reyna, memandangi kaleng itu dengan alis terangkat.

Radit hanya tersenyum tipis dan mengangkat bahu dengan santai, seolah tidak ada yang aneh. “Kenapa? Sesekali tidak masalah, kan?”

Reyna terdiam sejenak, menatap Radit dengan bingung.

"Tadi sangat panas kenapa tidak cari tempat yang teduh? Minumlah, agar tidak dehidrasi." Radit membukakan kaleng tersebut.

Ini juga aneh. Radit bukan hanya dikenal sebagai orang yang menjaga kesehatannya dengan sangat teliti, tapi dia juga selalu berusaha Mengedukasi Reyna soal pentingnya memilih makanan dan minuman yang sehat. Namun sekarang, dia seolah mengabaikan semua itu.

1
aca
masih teka teki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!