NovelToon NovelToon
Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*

Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.

Mohon tinggalkan jejak ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

“Duk,” tubuh besar Ardo terhuyung sampai merapat ke dinding dengan keras, tangannya naik ke kepalanya memegang kepalanya yang pusing. Pandangannya mulai kabur melihat pria yang berdiri di depannya.

“Gue ga boleh pingsan di sini, tapi...siapa orang itu sebenarnya,” ujar Ardo dalam hati.

Kemudian dia menoleh melihat pria berjas putih sudah terbaring terlungkup di sebelahnya, mungkin tubuhnya terjatuh ke samping sampai terlungkup ketika Ardo merapat ke dinding, dia menahan sakit di kepalanya dan menyambar pria itu kemudian “prang,” Ardo melompat keluar jendela. Dua orang pria berkemeja yang berada di dalam ruangan langsung berlari ke jendela, mereka melihat Ardo yang berlari masuk ke dalam gang memanggul pria berjas putih itu dari atas. Seorang pria yang bertubuh sedikit lebih gemuk menoleh kepada pria berewok di sebelahnya,

“Franki, makhluk barusan makhluk yang sama bukan ?” tanya pria itu.

“Entah, rasanya bukan, makhluk yang mengganggu kita di cianjur karena yang disana rasanya wanita, tapi sekarang kita jadi tau Sen, kalau mereka beda, berarti ada dua makhluk seperti itu di dunia ini dan kita harus membasminya,” balas Franki.

Ardo yang berlari tanpa henti mencoba menghindari keramaian supaya tidak menarik perhatian, ketika melihat ada orang, dia melompat naik ke atas ruko ruko dan berlari melompati bangunan demi bangunan sambil membopong pria berjas putih yang tidak sadarkan diri. Ketika sedang berlari, “bwuuung,” sebuah layar muncul di hadapan wajahnya,

\=========================================================

Main Quest          :

Hancurkan sebuah bar dan pub di kemang (1/1) completed.

          Serap seluruh gangster yang berdiam di sana (20/20) completed.

          Bebaskan seorang pria yang di tawan di sana (1/1) completed.

Time           : Clear

Reward received   :

20.000.000 IDR.

          12.000p exp.

          1 Key to memory.

\=========================================================

Level                     : 3 (13.750 / 25.000)

Quest clear          : 5

Training                : 8

Total reward         : 75.600.000.

New body trait     : Nature Titan Transform.

\=========================================================

“Huh...selesai, tapi...harus di bawa kemana pria ini ?” tanya Ardo dalam kepalanya.

[Bawa kerumah mu saja.]

“Hah....gimana caranya ? dari sini jauh kan,” ujar Ardo.

[Benar, makanya ku bilang bawa saja ke rumah mu supaya lebih aman, coba saja melompat jauh, kamu

akan mengerti.]

Ardo menghentikan langkahnya, dia melihat ke bawah, ternyata dia berada di ujung dan di bawah adalah jalan raya, Ardo bergerak mundur ke belakang, kemudian dia menarik nafas dan berlari sekuat kuatnya, ketika sampai di ujung, “bam,” dia menghentakkan kakinya dan melompat jauh,

“Whoaaaaaaah,” Ardo berteriak karena melihat dirinya melompat sangat tinggi seperti terbang.

Dia menoleh ke bawah melihat dirinya menyebrangi jalan raya, “tong,” Ardo hinggap di lampu penerangan jalan dan melompat lagi, “grek..klang,” lampu jalan yang di pijaknya jatuh dan “braak,” “cuiit...cuiit,”  menimpa sebuah mobil yang sedang parkir di tepi jalan raya sampai menyalakan alarmnya.

Ardo terus hinggap di tempat yang bisa di hinggapinya dan terus melompat sampai akhirnya “braaak,” dia mendarat di atap sebuah rumah berlantai empat yang berada di sebelahnya, Ardo melihat ke arah kakinya, ternyata beton lantai empat rumah itu melesak ke dalam membentuk kawah setengah lingkaran kecil.

Ardo berjalan ke arah belakang dan melompat ke samping untuk masuk ke dalam halaman belakang rumahnya, setelah mendarat, meletakkan pria yang di bopongnya di kursi teras halaman belakang. Setelah itu [Skill activated : Mimikri], Ardo yang sudah menyatu dengan rumput langsung bergegas menuju ke pohon besar yang sudah terbuka portalnya, kemudian dia masuk ke dalam dan menghilang.

“Cklik,” lampu ruang tengah di nyalakan, “sreeg,” Adel membuka pintu halaman belakang dan melihat seorang pria terduduk lemas di kursi terasnya,

“Waaaaah...si..siapa ?” teriak Adel panik.

Melihat pria itu diam saja, Adel mendekati pria yang terkulai lemas itu dengan perlahan, wajah pria itu terlihat babak belur seperti habis di pukuli dan dia mengenakan pakaian ala dokter, tapi ketika Adel melihat wajahnya,

“Loh...om Irwan ?” tanya Adel.

Ardo yang sudah kembali ke tubuhnya turun dari atas kemudian langsung keluar ke teras belakang, dia melihat Adel sedang jongkok di depan pria itu,

“Kamu kenal dia Del ?” tanya Ardo bingung.

“Kakak, kok om Irwan ada disini ?” tanya Adel kepada Ardo.

“Eh...om Irwan ? beneran ? (gue ga sadar siapa dia soalnya mukanya babak belur dan gue rada lupa muka om Irwan),” tanya Ardo.

Langsung Ardo mendekati Adel dan melihat wajah pria yang babak belur di depannya, Ardo mengenali wajah pria yang ternyata adalah asisten ayahnya di kampus dan termasuk salah satu dosen pengajar juga, Irwan beberapa kali datang ke rumah Ardo untuk mengobrol dengan ayahnya sehingga dia dan adik adiknya kenal dengan Irwan. Ardo menoleh melihat Adel yang juga sedang menoleh melihat dirinya.

“Yang penting, kita bawa masuk dulu,” ujar Ardo sambil berjongkok dan memapah Irwan masuk ke dalam.

“Iya, aku siapin minum dan kota p3k,” ujar Adel.

Ardo membaringkan Irwan di sofa panjangnya, kemudian dia melepas sepatu dan kaus kaki Irwan supaya kakinya bisa naik ke atas sofa, setelah selesai membaringkan Irwan, Ardo berdiri menatap wajah Irwan yang masih belum sadarkan diri,

“Kira kira om Irwan tau ga ya apa yang terjadi sama papa ?” tanya Ardo.

[1 Key to memory di terima, apa mau di pakai ?]

“Ya....pakai,” ujar Ardo.

Ardo duduk di sofa tepat di sebrang sofa panjang tempat Irwan terbaring, dia menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya, “bzzzzz....krsssss,” Ardo membuka matanya, dia melihat sekelilingnya yang berwarna hitam putih seperti siarah televisi jaman dahulu. Dia melihat sepasang pemuda bertubuh besar dan seorang pemudi yang mengenakan seragam sma sedang berjalan ke arahnya, wajah pemudi yang sedang menggandeng tangan sang pemuda terlihat seperti di arsir oleh garis garis hitam. Ardo mendengar percakapan mereka ketika keduanya melewati dirinya,

“Kita mau kemana ?” tanya sang pemuda.

“Kita mau ke sasana boxing papa kan,” jawab sang pemudi.

Ardo berjalan mengikuti keduanya dari belakang, Ardo melihat pasangan muda mudi di depannya mengobrol dengan ceria dan terlihat sangat mesra, sampai ketika mereka sampai di sebuah bangunan yang nampak seperti ruko gandeng yang lebar. Seluruh kaca etalase di ruko itu terlihat pecah dan banyak motor terparkir di depan ruko. Ardo melihat sepasang muda mudi itu berlari masuk ke dalam ruko, tentu saja Ardo mengikuti mereka masuk.

Ketika di dalam, Ardo melihat meja resepsionis yang hancur dan seorang wanita yang memakai pakaian training tergeletak pingsan di lantai, Ardo berlari ke dalam menyusul sepasang muda mudi itu. Ternyata sepasang muda mudi itu mengintip dari balik pintu, melihat ke dalam sasana, Ardo berdiri di belakang mereka dan ikut mengintip, di dalam dia melihat seorang pria paruh baya bertubuh kekar dan memakai pakaian training sedang berdebat dengan seorang pemuda yang memakai kaus singlet dan celana pendek seperti sedang latihan.

Ardo melirik ke samping, ternyata di belakang pemuda itu ada beberapa pria berwajah sangar berdiri dan bersiaga seperti siap menjalankan perintah kapan saja di perintahkan. Tiba tiba pemuda itu tertawa kencang dan mengangkat tangannya, seluruh anak buah di belakangnya langsung menyergap pria paruh baya di depannya. Tentu saja pria paruh baya itu melawan dan merobohkan beberapa pria berwajah sangar itu, namun akhirnya dia tertangkap dan kedua tangannya di pegang oleh beberapa pria sangar yang sudah babak belur.

Melihat pria paruh baya di dalam di cekal oleh beberapa orang, gadis yang sedang mengintip ingin masuk ke dalam tapi di cegah oleh pasangannya. Pria muda berwajah licik di dalam berjalan maju ke depan sang pria paruh baya dan memasang kuda kudanya, dia langsung menghujani pria paruh baya itu dengan pukulan dan tendangan sampai pria paruh baya itu bersimbah darah dan kepalanya tertunduk. Ardo melihat gadis di depannya terlihat geram namun pemuda di sebelahnya yang adalah dirinya di masa lalu terus memeganginya walau wajahnya terlihat geram juga.

Melihat pria paruh baya itu sudah tidak berdaya, pria muda yang memukulinya memengang kedua pipinya dengan satu tangan dan mengangkat wajahnya ke atas, kemudian dia mengambil benda semacam botol di dalam sakunya dan menjejalkan cairan di dalamnya ke dalam mulut pria paruh baya malang yang sudah babak belur itu, kemudian dia minta kedua pria berwajah sangar yang memeganginya untuk melepaskan pria paruh baya yang ketika di lepaskan langsung jatuh.

Pria muda berwajah licik itu mengayunkan tangannya mengajak para anak buahnya pergi, mereka berjalan kearah pintu, sang pemuda  menarik gadis di sebelahnya dan masuk ke dalam ruang ganti yang berada tepat di sebrang pintu keluar sasana. “Kreek,” pintu sasana di buka, Ardo yang berdiri di situ terkesiap karena pemuda yang keluar dari dalam sasana itu berwajah sama dengan pria yang baru saja di temui ketika menyelamatkan Irwan.

“Papa,” terdengar suara teriakan.

Ardo menoleh melihat sang gadis berlari masuk ke dalam sasana di susul oleh pasangannya ke dalam. Keduanya menghampiri pria paruh baya yang sudah tergeletak di lantai, “waaaaaaaa,” sang gadis meraung di depan pria paruh baya yang tergeletak setelah memeriksanya, Ardo menghampirinya, ternyata pria paruh baya itu sudah tiada, sang pemuda pasangannya berusaha menenangkan sang gadis tapi sang gadis menampik tangannya. Dia melihat sang pemuda dengan geram,

“Kenapa lo diam aja, Do, kenapa ? kenapa lo biarinin dia membunuh papa, jawab Do,” ujar sang gadis menangis sambil mengguncang guncang tubuh Ardo di sebelahnya.

“Ma..maaf Intan, tapi om....”

“Plak,” Intan menampar Ardo di masa lalu yang belum menyelesaikan kalimatnya, kemudian dia berlari keluar dari sasana, Ardo yang di tampar hanya melihat jasad ayah Intan yang tergeletak tanpa mengejar Intan keluar. Tentu saja Ardo yang berdiri di belakang diri masa lalunya berlari keluar mengejar Intan, ternyata ketika di luar, terlihat Intan sedang mengkonfrontasi pria licik yang membunuh ayahnya dan masih belum pergi. Intan terlihat berusaha untuk memukul sang pria dengan air mata berlinang namun di cegah oleh anak buahnya dan akhirnya dia di pukul sampai jatuh oleh anak buah sang pria.

Sang pria melirik Intan dan tersenyum sinis, kemudian dia mulai menaiki motornya dan pergi begitu saja bersama para anak buahnya, meninggalkan Intan terduduk menangis sendirian. Ardo yang melihat kondisi Intan berusaha menolongnya dan mendekatinya, namun ketika dia meraih Intan, tangannya menembus tubuh Intan.

Tiba tiba Ardo melihat diri masa lalunya keluar dari ruko menghampiri Intan yang masih terduduk dan langsung memegang kedua lengan Intan, namun Intan tidak mau di tolong dan mengibaskan tangannya untuk menampik tangan Ardo di masa lalu, Intan bangkit berdiri dan berjalan tertatih, sedangkan diri Ardo di masa lalu tidak mengejar Intan saat itu. Dia melihat dirinya di masa lalu hanya termenung walau tangannya mengepal dan wajahnya geram dengan air mata bercucuran,

“Saat itu...gue memutuskan untuk jadi atlet mma untuk meneruskan mimpi om dan kalau sudah menjadi juara gue akan mencari orang itu....tapi...seharusnya saat itu gue kejar Intan keluar dan menghajar orang itu itu, bukan bengong dan gemetar, gue bener bener bego,” ujar Ardo yang melihat dirinya di masa lalu berdiri mematung di sebelahnya sambil menunduk.

Ardo melihat ke arah Intan yang berjalan menjauh di depan, tiba tiba Intan menoleh melihat dirinya di masa lalu yang terdiam mematung, “prang,” arsir yang menutupi wajah Intan terlihat pecah dan hancur sehingga wajahnya terlihat jelas, tentu saja Ardo langsung kaget karena wajah Intan sama persis dengan wajah Desi yang masih nampak jauh lebih muda. “Bzzzzzzz......krsssssssss.”

1
Ellya Syaji'ah
bagus... lanjut...
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kakak
total 1 replies
Razali Azli
wow! menarik. masih awal chapter. terlalu banyak persoalan. mungkinkah bapa mereka telah ditransmirgasi ke dunia kultivator?
Mobs Jinsei: terima kasih dukungannya kakak
total 1 replies
Linna_Naa^•^
tamatin ya thor, seru banget soalnya
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!