Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Kalau boleh tau kemana ya, Pak. Bu Anita nya?" tanya Hendra, dirinya merasa kecewa sudah setengah jam menempuh perjalanan justru tidak membuahkan hasil.
"Wah, kalau soal itu saya juga gak tahu Pak"
Baru saja Hendra hendak bertanya lagi, terdengar bunyi klakson. Bergegas petugas keamanan di rumah Anita membukakan pintu buat majikannya, tak berselang lama mobil Anita memasuki halaman rumahnya di ikuti oleh Hendra yang dari tadi sudah berdiri di depan pagar.
"Anita, Ica di mana?" tanya Hendra ketika Anita turun dari mobil bahkan belum sempat menutup pintu mobil
"Anita"
Hendra kembali memanggil Anita, tak sabar kalau harus menunggu Anita memberikan jawaban. Pintu mobil tertutup Anita berdiri tepat di hadapan Hendra lalu Anita menatap lekat wajah Hendra, membuat Hendra jadi salah tingkah. Hendra mengusap tengkuknya, berusaha untuk tetap tenang.
"Kamu tanya Ica dimana? Iya?" tanya Anita lalu di jawab Hendra dengan anggukan.
"Kenapa kamu mencarinya? Bukan kah di belakang kamu sudah ada begitu banyak wanita yang siap menerima kamu kapan saja?" tanya Anita dengan nada suara yang datar
Hendra tetap mengelak jika semua ini hanya lah salah paham semata karena ada yang ingin menghancurkan rumah tangga mereka, Hendra memelas berharap Anita merasa kasihan namun bukannya kasihan. Anita malah merasa geram, bukti sudah terpampang nyata tapi Hendra masih juga mengelak.
Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi Hendra sebelah kiri, serangan Anita yang datang secara tiba-tiba tidak bisa membuat Hendra mengelak atau pun menghindar. Tentu saja tamparan itu terasa perih di pipi Hendra, sampai Hendra meringis memegang pipinya.
"Kamu sudah berani mengkhianati wanita sebaik Ica, jadi terima lah konsekuensinya. Kalau kamu sangat mencintai Ica, tidak mungkin kamu sampai berkhianat seperti itu" hardik Anita dengan mata menatap tajam ke arah Hendra
"Asal kamu tahu, Ica terlalu sempurna untuk pria brengsek dan bajingan sepertimu. Pantas Ica meninggalkan pria sampah sepertimu, Ndra" cibir Anita
Anita meluapkan kekesalannya terhadap Hendra yang dirinya simpan semenjak sahabatnya membeberkan soal pengkhianatan yang di lakukan oleh Hendra, apalagi setelah tahu bukan satu wanita yang menjadi selingkuhan Hendra tapi lebih dari lima wanita.
"Anita apa perlu aku bersujud dan mencium kakimu, agar kamu mau memberitahu di mana Ica sekarang berada?" tanya Hendra, Anita langsung tersenyum sinis mendengar ucapan Hendra.
"Tidak perlu, karena percuma juga Hendra. Semua sudah terlambat, terlambat karena aku baru saja pulang dari mengantar Ica ke bandara. Aku pulang ketika pesawat yang di tumpanginya sudah terbang, jadi percuma saja kamu cari di kota ini sampai ke lobang semut sekali pun karena istri dan anak-anakmu sudah kembali ke kampung halamannya" jelas Anita, seketika membuat tubuh Hendra menegang
"Apa kamu bercanda?" tanya Hendra
"Bercanda kamu bilang? Apa hal seserius itu pantas aku buat bahan bercandaan?" tanya Anita yang masih memperlihatkan senyum sinisnya
"Aku lebih rela jika Ica menjadi janda dari pada harus bersama dengan pria sebanjingan kamu" lanjut Anita
Tanpa sadar Hendra mengepalkan tangannya, bagaimana pun juga dirinya tidak terima di hina sedemikian rupa. Anita mengusir Hendra untuk pergi dari rumahnya, karena tidak ada juga Ica dan anak-anaknya di rumahnya ini bahkan Anita mengatakan kalau Ica dan anak-anaknya akan bahagia tanpa Hendra.
Setelah itu Anita hendak melangkah pergi, namun tiba-tiba pergelangan tangannya di cekal Hendra. Tentu saja hal itu membuat Anita terpaksa menghentikan langkahnya, Anita berbalik dan menatap pergelangan tangannya di cekal oleh Hendra bahkan sorot mata Anita menampak ketidaksukaan.
"Lepas" titah Anita
"Katakan dulu di mana anak-anak dan istriku, Anita. Tolong....."
"Apa telingamu tuli sampai tidak bisa mendengar apa yang aku katakan tadi? Ica dan anak-anaknya pulang ke rumah orang tuanya"
"Tapi aku tidak percaya"
"Terserah, aku tidak butuh kepercayaanmu"
Anita tersenyum meremehkan kemudian di hempaskannya cekalan tangan Hendra dan memanggil security meminta untuk mengusir Hendra, bahkan memberi peringatan pada security kalai Hendra masih kesini langsung di usir jangan sampai masuk ke rumahnya.
"Sahabat macam apa kamu yang membiarkan rumah tangga sahabatnya hancur" pekik Hendra dengan wajah kesal
"Lalu suami seperti apa kamu yang tega menyakiti istri dan menghancurkan rumah tangga sendiri?"
Anita mengucapkan kata itu dengan sangat tenang, ucapan itu tentu membuat Hendra kalah telak. Tanpa menunggu respon dari Hendra, Anita bergegas masuk ke dalam rumah. Hendra hendak mengejarnya, namun tiba-tiba ada yang mencekal tangannya siapa lagi kalau bukan security.
Security langsung menggelandang Hendra untuk berjalan menuju pintu pagar, Hendra yang tak terima berusaha melepaskan tangan security yang mencekal pundaknya. Security memperingati Hendra untuk tidak membuat onar, lalu security melepaskan tangannya dan meminta Hendra untuk segera pergi dari rumah Anita.
Hendra berdecak kesal kemudian melangkah dengan lebar menuju mobilnya yang berada di sisi pagar rumah Anita, Hendra masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Tiba-tiba Hendra memukul setir mobil berapa kali, untuk meluapkan kekesalannya.
Sejenak Hendra terdiam, berusaha merendam gejolak emosi di dalam dadanya. Dirinya tidak mau berkendara dalam keadaan emosi yang masih meledak-ledak, karena Hendra tau keselamatannya menjadi taruhan. Hendra berpikir apa benar Ica kembali ke rumah orang tuanya, dan berpikir apa dirinya perlu menyusul kesana.
Hendra tampak bingung, di satu sisi dirinya percaya namun di sisi lainnya ada rasa tidak percaya juga apa yang di katakan oleh sahabat istrinya itu. Hendra kembali terdiam, hingga akhirnya terdengar suara ketukan di kaca mobil yang di ketuk oleh security di rumah Anita meminta Hendra segera pergi.
Kemudian Hendra memencet klakson panjang lalu segera melajukan mobil yang di kendarainya untuk pergi dari rumah Anita, Hendra masih bertanya-tanya harus mencari Ica dan anak-anaknya kemana lagi dengan pandangan yang lurus ke depan.
Hari sudah semakin petang tapi Hendra masih menyusuri jalan raya, tiba-tiba HP-nya berdering pertanda ada telepon masuk dan Hendra berharap yang menghubunginya saat ini adalah istrinya. Kemudian Hendra merogoh HP-nya di saku kemejanya, lagi-lagi Hendra kecewa karena nama mamanya terpampang di layar HP.
"Hendra, buruan kesini. Mama capek, Mama pusing lama-lama berada disini" ucap Mamanya Hendra dengan suara menggelegar
"Iya, iya Ma. Hendra kesana sekarang"
"Cepetan"
"Iya, Ma. Iya" jawab Hendra lalu sambungan telepon diputuskan oleh mamanya begitu saja
Akhirnya Hendra memutar balik laju mobilnya menuju rumah sakit tempat di mana Loli di rawat, kali ini Hendra melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
