Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
“Silahkan bisa keluar dari sini, ikuti semua proses hukum dan jangan berusaha untuk kabur. Kamu harus dihukum sesuai dengan perbuatan yang dilakukan" Ivan menunjukkan jari telunjuk nya ke arah pintu keluar.
Luna berlari keluar dengan rasa malu yang teramat dalam. Nama baiknya hancur seketika karena kedatangan Ivan sebagai pengawas. Ia tidak akan menyerahkan diri ke polisi dengan mudah karena akan mencari cara untuk bisa kabur. Saat akan menaiki motor, Dara mengambil paksa kunci motor dari tangan nya.
"Apa apaan sih kamu Dara, balikin kunci motor saya! " Teriak Luna sangat nyaring karena emosi nya yang membara.
"Motor ini bukan milik kamu lagi karena dibeli menggunakan uang korupsi! " Balas Dara yang tidak kalah tinggi suara nya dari Luna.
Semua karyawan serta Ivan pun memperhatikan perdebatan yang terjadi antara Luna dan Dara. Ivan mengelus dada lega karena Dara berhasil mencegah Luna untuk membawa motor itu.
"Apa semua yang saya miliki itu hasil korupsi? Saya juga kerja dan digaji, ada juga uang yang memang menjadi hak saya" Luna berbicara sambil menangis karena perlakuan Dara yang tidak membiarkan nya pergi begitu saja.
"Hak apa yang kamu punya? Apa kamu pikir saya gak tahu gaji kamu itu berapa perbulan nya? Hanya tiga juta itupun baru dua bulan menjadi manager. Motor ini saja harga nya lebih dari enam juta gaji kamu sebagai manager disini. Saya itu gak bodoh! "
"Kamu itu siapa sih, cuman calon istrinya Ivan tapi selalu ikut campur masalah restoran. Lagipula Ivan itu hanya sebagai pengawas, bukan pemilik restoran ini. Apa hak dia memecat dan mau memenjarakan saya? Saya akan mencari pemilik DResto supaya mendapatkan keadilan" Luna mulai bersikap tidak sopan kepada Ivan yang selama ini sangat dihormati. Ia pikir kalau tidak ada gunanya bersikap baik kepada Ivan kalau sudah seperti ini.
Semua karyawan sangat terkejut melihat tingkah Luna yang tiba tiba berubah hingga mengeluarkan sifat aslinya yang penuh dengan kebusukan.
"Keadilan apa yang kamu bicarakan Luna? Kamu masih berharap untuk bisa bekerja disini? Hahaha pemilik DResto pun hanya akan mencampakkan kamu" Ivan ikut berbicara karena geram melihat tingkah perempuan itu.
"Kalau sudah bersalah, gak perlu membuat pembelaan apapun. Izinkan saya bicara pak, Luna pernah melakukan percobaan pembunuhan kepada saya" Sambung Liam mengatakan hal buruk yang menimpa nya. Ia merasakan momen yang tepat untuk membongkar kejahatan lain yang Luna lakukan.
"Wah, sepertinya akan ada yang membusuk di penjara nih. Ada lagi gak yang dijahatin sama Luna? Ayo ngomong aja gak perlu takut" Dara tersenyum miring melihat Luna yang tersudutkan.
Luna tidak bisa tetap berada disini karena dirundung habis habisan oleh mereka. Ia terpaksa berjalan kaki menjauh dari restoran dengan keadaan yang menyedihkan. Tangisan nya pecah tidak bisa dibendung, ingin sekali kabur dari masalah ini sejauh mungkin. Namun itu akan sulit dilakukan karena semua harta yang ia punya hampir semua nya hasil dari korupsi dan sudah disita. Kalau harus kabur tanpa memiliki biaya yang banyak, maka hanya akan menjadi angan angan saja.
Dara mengirimkan pesan kepada Bobi yang bersembunyi di sekitar restoran untuk mengikuti Luna. Ia tidak ingin memberikan celah sedikitpun untuk Luna yang mungkin akan berusaha kabur.
***
"Fira, temenin mbak pergi ke rumah Kiki yuk" Dara mengajak Fira yang sedang bersantai setelah pulang sekolah.
"Sekarang mbak? Sepertinya mas Kiki gak ada di rumah karena lagi kerja" Balas Fira.
"Kamu kenal sama Kiki? " Dara terkejut saat mendengar jawaban dari Fira yang seolah mengetahui keseharian Kiki.
"Kenal banget lah mbak, dia itu kakak nya Tyas. Waktu saya nginep di rumah nya, mas Kiki itu baik suka beliin makanan. Padahal dia cuman kerja sebagai kuli panggul di pasar" Fira mengatakan semua yang diketahui nya.
"Dia tahu gak kalau kamu adik nya mbak Dara? "
"Jelas tahu dong, mas Kiki aja sering nanyain soal mbak. Tapi saya gak terlalu menanggapi karena tahu kalau mbak Dara udah punya mas Ivan"
"Kenapa kamu mikir gitu? Emangnya kamu tahu niat Kiki yang bertanya soal mbak? " Dara dibuat semakin penasaran dengan penjelasan dari Fira yang masih menggantung.
"Menurut saya sih mas Kiki suka sama mbak Dara"
Dara berpikir sejenak untuk tetap menemui Kiki atau tidak. Resiko yang akan diterima cukup besar jika tetap nekat menemui Kiki nanti membuat Ivan cemburu dan marah besar. Apalagi ia teringat saat sikap Ivan berubah menjadi dingin hanya karena mendengar pernyataan kalau Kiki menyukai Dara.
"Tujuan mbak untuk ketemu sama mas Kiki itu apa? " Tanya Fira yang melihat ekspresi serius dari wajah Dara.
"Mbak minta tolong sama kamu aja ya untuk cari tahu tentang Kiki" Dara menjelaskan keterlibatan Kiki dengan Luna yang dikenal sebagai sepasang kekasih. Ia ingin Fira menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang berputar di kepala nya.
Fira mengiyakan permintaan dari Dara dan akan menginap di rumah Tyas agar lebih mudah menggali informasi. Apalagi ia tidak bisa bebas pulang pergi karena belum diizinkan untuk mengendarai motor sendiri.
Dara bisa bernafas lega karena posisi nya tidak akan dibuat terancam. Ia harus selalu menjaga perasaan dari Ivan yang mau menunggu selama ini. Rasa cinta yang ada di hati nya pun tidak pernah luntur oleh waktu.
Drtt.. drtt..
Ponsel Dara berdering karena telepon dari Bobi.
"Halo bu, saya lihat Luna dan bu Puspa sedang bersiap untuk pergi. Mereka akan menaiki sebuah mobil yang tiba tiba datang menjemput. Saya harus gimana bu, apa perlu saya ikuti? " Ujar Bobi panik karena tidak membawa motor sehingga sulit jika harus mengikuti mereka.
Dara berpikir sejenak untuk mencari solusi alternatif selain mengikuti mereka.
"Jangan diikuti, terlalu berbahaya dan gak efektif. Kita gak tahu di dalam mobil ada siapa dan barang apa. Bisa jadi mereka membawa senjata tajam yang bisa melukai siapapun. Kamu pasang GPS aja di mobil itu, bisa kan? Nanti saya hubungi Ivan agar meminta polisi untuk mengejar" Dara menemukan solusi yang menurut nya lebih baik.
"Bisa bu, kebetulan mereka bertiga sedang ada di dalam rumah jadi saya punya waktu untuk memasang GPS"
Tutt... Panggilan dimatikan secara sepihak oleh Bobi karena buru buru. Ia tidak ingin gagal karena hanya ini satu satu nya cara untuk mencegah kepergian mereka.
Dara segera mengirimkan pesan kepada Ivan yang langsung dibaca dan dilakukan. Ia khawatir kalau Luna dan Bu Puspa akan berhasil lolos dari hukuman. Namun ia mencoba menguasai diri dengan tidak panik dan tetap berpikir jernih.