NovelToon NovelToon
Lezatnya Dunia Ini

Lezatnya Dunia Ini

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Spiritual / Keluarga / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Minggu Happy

Hari Minggu pagi di rumah Gobed terasa ceria dan penuh energi. Setelah semalam merayakan kejutan tak terduga dan mendapatkan penghargaan dari sekolah, Jengkok, Slumbat, dan Gobed duduk bersama di meja makan sambil menikmati sarapan sederhana. Pagi ini, mereka kembali membahas berbagai kejadian menarik yang telah terjadi.

"Selamat pagi semua!" kata Jengkok sambil mengaduk teh hangatnya. "Aku masih merasa seperti baru keluar dari dunia mimpi. Kejutan kemarin benar-benar mengubah segalanya."

Slumbat mengangguk sambil menyajikan piring nasi padang yang lezat. "Iya, benar-benar tak terduga. Tas berisi harta itu seperti dari cerita dongeng!"

Gobed, yang sedang mengunyah rendang dengan penuh selera, ikut menyela. "Dan para guru kemarin sore—aku masih tidak percaya mereka datang ke rumah kita. Rasanya seperti mimpi aneh!"

Jengkok tertawa sambil menepuk meja. "Kalau mengingat kembali, aku merasa seperti kita hidup dalam sebuah film komedi. Mulai dari tas harta yang ditemukan, sampai para guru datang memberi penghargaan—semuanya terasa seperti skenario yang ditulis untuk hiburan!"

Slumbat menambahkan dengan senyum lebar, "Jadi, kalau ada yang bertanya bagaimana kita bisa mendapatkan semua ini, kita bisa cerita bahwa semua berawal dari mimpi Gobed tentang kotoran dan harta tersembunyi!"

Gobed tertawa terbahak-bahak. "Iya! Dan mimpi itu benar-benar aneh. Aku tidak pernah membayangkan kalau kotoran bisa membawa keberuntungan!"

Jengkok mengangguk sambil berusaha menahan tawanya. "Mungkin mimpi-mimpi berikutnya juga akan lebih menakjubkan. Siapa tahu, mungkin kamu akan mimpi tentang menemukan harta karun di kebun belakang kita!"

Slumbat melanjutkan, "Atau bisa jadi kamu akan mimpi menjadi penyelamat dunia dari gangguan kotoran—dengan kekuatan super dari kotoran!”

Gobed menatap orang tuanya dengan tatapan penasaran. "Apa mungkin ada makna lebih dalam dari mimpi itu?"

Jengkok berpikir sejenak, lalu dengan nada serius namun tetap lucu, ia berkata, "Mungkin mimpi itu adalah pertanda bahwa kita harus selalu siap menghadapi hal-hal tak terduga, bahkan dari hal-hal yang tampaknya tidak berharga. Atau mungkin itu hanya cara alam semesta memberitahumu untuk tidak terlalu memikirkan mimpi-mimpi aneh!"

Slumbat tertawa terbahak-bahak. "Ya, atau bisa jadi kita harus mengajarkan seluruh kampung tentang bagaimana mimpi kotoran bisa mendatangkan rejeki. Mungkin kita bisa membuat seminar dan memasang poster!"

Gobed ikut tertawa, membayangkan bagaimana dia akan mempresentasikan cerita anehnya di depan banyak orang. "Dan aku bisa mengenakan kostum superhero dengan logo kotoran di dadaku!"

Suasana meja makan pagi itu dipenuhi dengan tawa dan canda. Mereka terus berbincang tentang berbagai kemungkinan lucu yang bisa terjadi jika mimpi Gobed menjadi kenyataan dalam berbagai cara yang tidak terduga.

"Ngomong-ngomong soal tas berisi harta," kata Jengkok, mengalihkan perhatian, "apa rencanamu dengan barang-barang antik yang kita temukan? Kita harus memutuskan apa yang harus dilakukan."

Slumbat menyela, "Aku pikir kita bisa menjual beberapa barang antik dan menggunakan uangnya untuk membayar kebutuhan sekolah Gobed. Selain itu, kita juga bisa menyisihkan sebagian untuk membantu tetangga yang membutuhkan."

Gobed, yang sedang memikirkan sepatu yang hampir jebol, tiba-tiba menambahkan dengan penuh harap, "Mah, belikan aku sepatu baru ya. Sepatuku sudah hampir putus dan rasanya tidak nyaman dipakai."

Slumbat memandang Gobed dengan penuh kasih sayang dan sedikit terharu. "Oh, Gobed. Kamu memang butuh sepatu baru. Kalau begitu, kita akan menyisihkan sebagian uang untuk itu."

Jengkok ikut menyela, "Kalau begitu, mari kita buat daftar belanja. Kita sudah punya rencana yang bagus untuk uang tersebut. Tapi sepatu baru untuk Gobed juga penting."

Slumbat memandang Jengkok dengan senyum lembut. "Kita bisa mengalokasikan sebagian dari uang yang kita dapat untuk sepatu baru Gobed. Lagipula, dia sudah begitu rajin belajar dan berusaha keras."

Gobed tersenyum lebar, merasa sangat senang mendengar keputusan itu. "Terima kasih, Bu! Aku sangat membutuhkan sepatu baru. Sepatuku sudah hampir putus dan terkadang membuatku tidak nyaman di sekolah."

Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk mengunjungi toko sepatu setelah Jengkok dan Slumbat selesai dengan urusan barang antik mereka. Gobed merasa bersemangat dan tidak sabar untuk mendapatkan sepatu baru yang nyaman.

Di toko sepatu, Gobed memilih sepatu yang cocok dan nyaman. Sementara itu, Slumbat dan Jengkok memilih sepatu dengan hati-hati, memastikan bahwa Gobed mendapatkan yang terbaik sesuai dengan anggaran mereka.

Jengkok dengan ceria berkata, "Kita akan menggunakan sisa uang untuk membeli barang-barang penting lainnya dan sedikit untuk cadangan. Lagipula, kita perlu memastikan bahwa kita selalu siap menghadapi kebutuhan mendatang."

Slumbat mengangguk setuju sambil menyarankan, "Selain sepatu, mungkin kita juga bisa membeli beberapa buku baru untuk Gobed. Ini bisa membantu dia lebih semangat belajar."

Gobed, yang merasa sangat bahagia, berjalan pulang dengan sepatu baru yang mengkilap di kaki. "Aku sangat senang dengan sepatu baruku. Terima kasih banyak, Bu, Pak!"

Saat mereka tiba di rumah, Gobed merasa sangat bersyukur. Sepatu baru membuatnya merasa lebih percaya diri dan nyaman saat beraktivitas. Keluarga Gobed kembali ke rumah dengan perasaan bahagia dan bersyukur, menikmati kebersamaan dan memulai hari Minggu dengan penuh semangat.

"Mungkin kita harus merayakan dengan makan malam istimewa hari ini," usul Slumbat. "Kita bisa membeli beberapa bahan makanan dan membuat hidangan yang istimewa untuk dinikmati bersama."

Jengkok setuju dengan senyum lebar. "Itu ide yang bagus. Mari kita lakukan!"

Mereka melanjutkan hari mereka dengan perasaan bahagia dan penuh rasa syukur. Momen-momen sederhana seperti ini, ketika mereka dapat saling mendukung dan berbagi kebahagiaan, adalah hal yang paling berharga dalam hidup mereka.

Jengkok dan Slumbat duduk di meja makan, menghitung sisa uang setelah belanja.

Jengkok bertanya pada Slumbat, "Mah, sisa uang total setelah kita belanja berapa?"

Slumbat memeriksa catatannya dan menjawab, "Jadi begini, total uang yang kita punya berasal dari penemuan tas dan pemberian Bu Ratna. Penemuan tas berisi uang senilai 7.250.000 rupiah, ditambah 1.000.000 rupiah dari Bu Ratna. Jadi total uang kita adalah 8.250.000 rupiah."

Jengkok mengangguk, lalu Slumbat melanjutkan, "Kemarin, kita belanja sepatu baru untuk Gobed seharga 300.000 rupiah. Kita juga membeli 3 porsi nasi padang seharga 30.000 rupiah. Total belanja barang antik yang kita jual adalah 1.467.000 rupiah."

Slumbat merinci lebih lanjut, "Jadi rincian belanjanya seperti ini:

Sepatu baru untuk Gobed: 300.000 rupiah

Makanan (3 porsi nasi padang): 30.000 rupiah

Belanja barang antik: 1.467.000 rupiah

Total belanja: 1.797.000 rupiah."

Jengkok memeriksa perhitungan itu, lalu Slumbat melanjutkan, "Jadi, total uang yang kita belanjakan adalah 1.797.000 rupiah. Kalau kita kurangi dari total uang yang kita punya, 8.250.000 rupiah, maka sisa uang kita adalah 8.250.000 - 1.797.000 \= 6.453.000 rupiah."

Jengkok tersenyum puas, "Jadi, setelah semua belanjaan, sisa uang kita adalah 6.453.000 rupiah. Itu cukup untuk kebutuhan mendatang dan membantu tetangga seperti yang kita rencanakan."

Slumbat mengangguk setuju, "Ya, dan kita masih bisa menyisihkan sedikit lagi untuk cadangan. Rasanya sangat baik bisa membantu orang lain dan memastikan keluarga kita tetap terjaga."

Dengan perasaan lega dan puas, mereka memutuskan untuk melanjutkan hari mereka dengan penuh semangat, siap untuk memanfaatkan sisa uang tersebut dengan bijaksana.

Setelah pembicaraan tentang sisa uang, Jengkok mengusulkan, "Mah, bagaimana kalau yang 5 juta kita gunakan sebagai modal untuk membuka warung jajan kecil-kecilan? Dengan begitu, kita bisa mendapatkan penghasilan tetap dan tidak perlu lagi memulung. Sisanya kita simpan untuk pegangan dan keperluan mendatang."

Slumbat memandang Jengkok dengan mata berbinar, "Itu ide yang bagus, Pak. Dengan modal 5 juta, kita bisa membuka warung kecil yang menjual jajanan. Ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga kita dan membantu kita lebih mandiri."

Jengkok melanjutkan, "Kita bisa menjual berbagai macam jajanan, seperti gorengan, kue, dan minuman ringan. Kita juga bisa memanfaatkan lokasi di dekat rumah agar lebih mudah diakses oleh tetangga dan orang-orang sekitar."

Slumbat menyetujui ide tersebut. "Mari kita buat rencana untuk membuka warung. Kita perlu menentukan menu, mencari tempat yang strategis, dan mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk memperbaiki keadaan finansial kita."

Jengkok dan Slumbat memutuskan untuk segera memulai rencana tersebut. Mereka menyusun anggaran untuk modal warung, termasuk biaya untuk perlengkapan, bahan makanan, dan sewa tempat jika diperlukan. Dengan sisa uang yang lebih dari 1 juta rupiah, mereka bisa membeli bahan awal dan perlengkapan dasar.

Jengkok menjelaskan rincian perhitungan, "Jadi, dari total sisa uang 6.453.000 rupiah, kita alokasikan 5 juta untuk modal warung. Dengan begitu, sisa uang kita adalah 6.453.000 - 5.000.000 \= 1.453.000 rupiah. Kita bisa menyimpan sisa uang ini sebagai pegangan dan cadangan jika ada kebutuhan mendatang."

Slumbat setuju, "Baiklah, mari kita mulai mempersiapkan semuanya. Kita bisa mulai dengan mencari tempat yang strategis, membeli perlengkapan, dan merencanakan menu. Semoga usaha ini berjalan dengan lancar dan membawa hasil yang baik."

Slumbat memandang Jengkok dengan senyum ceria dan mengusulkan, "Pak, kita kan modalnya pas-pasan. Bagaimana kalau kita buka warung di teras rumah saja? Jadi, kita tidak perlu menyewa ruko. Lumayan, itung-itung ngirit, kan?"

Jengkok tertawa mendengar usulan Slumbat. "Iya, itu ide yang brilian, Mah. Kita memang harus pintar-pintar mengatur anggaran. Lagipula, teras rumah kita cukup luas untuk dijadikan tempat warung kecil."

Gobed yang mendengar percakapan itu bergabung, "Ibu, Pak, teras rumah kan sudah cukup besar. Kita bisa membuat meja dan tempat duduk di sana. Dan nanti kalau ada tetangga yang lewat, mereka bisa langsung mampir."

Jengkok melanjutkan, "Benar, teras rumah kita sudah ada meja dan kursi. Tinggal kita tambahkan beberapa peralatan dan hiasan agar terasa lebih seperti warung. Lagipula, kita juga bisa memanfaatkan teras untuk menyimpan barang-barang dagangan tanpa perlu sewa tempat."

Slumbat senang melihat antusiasme keluarga. "Nah, mari kita mulai. Pertama-tama, kita perlu membersihkan teras dan menyiapkan ruangannya. Kita bisa gunakan meja dan kursi yang sudah ada, lalu menambahkan beberapa dekorasi sederhana seperti spanduk kecil dan poster menu."

Jengkok, yang selalu bersemangat dengan ide baru, segera menyusun rencana. "Kita juga bisa membuat papan menu yang mudah dibaca dan menarik. Nanti, kita bisa menulis menu dengan cat air di papan kayu dan menggantungnya di depan teras."

Slumbat menambahkan dengan canda, "Dan jangan lupa, kita harus menyediakan kipas angin agar pelanggan tidak kepanasan. Karena kalau terasnya panas, kita bisa-bisa kehilangan pelanggan sebelum mereka sempat merasakan jajanan kita!"

Gobed ikut tertawa. "Benar, nanti kita bisa bilang ke pelanggan, 'Kalau tidak bisa merasakan dinginnya udara, setidaknya rasakan kenikmatan jajanan kami!'"

Jengkok menyetujui ide itu dan mulai merencanakan langkah selanjutnya. "Oke, mari kita buat daftar belanja untuk perlengkapan tambahan. Kita perlu membeli beberapa bahan dasar seperti minyak goreng, tepung, dan bahan-bahan lain untuk membuat jajanan. Selain itu, kita juga perlu beberapa peralatan masak tambahan."

Mereka semua bersemangat memulai persiapan. Pagi itu, mereka bersama-sama membersihkan teras rumah, mendekorasinya dengan spanduk dan papan menu sederhana. Slumbat dan Jengkok membuat dekorasi dari barang-barang yang ada di rumah, sementara Gobed membantu membersihkan dan mengatur meja dan kursi.

Saat mereka tengah sibuk mempersiapkan warung, Jengkok tidak bisa menahan diri untuk bercanda, "Nanti kita bisa bikin tulisan di spanduk, 'Warung Jajan Teras: Makanan Enak di Tempat yang Nyaman!'

Slumbat menyahut sambil tertawa, "Iya, dan di bagian bawahnya bisa ditulis, 'Kenaikannya dari suhu ruangan tidak berlaku di sini!'"

Setelah beberapa jam bekerja keras, teras rumah mereka akhirnya siap untuk menjadi warung jajan. Mereka menata berbagai macam jajanan yang sudah mereka siapkan dengan rapi di meja, dan memperlihatkan papan menu dengan bangga.

Slumbat melihat hasil kerja mereka dan merasa puas. "Wah, teras kita sudah berubah jadi warung jajan yang keren. Sekarang, kita hanya perlu menunggu pelanggan pertama datang."

Jengkok melihat sekeliling dan berkata, "Ya, kita sudah siap. Semoga usaha kita ini berjalan lancar dan membawa banyak keuntungan. Lagipula, siapa yang tahu? Mungkin teras rumah kita ini akan menjadi tempat nongkrong favorit di lingkungan kita!"

Mereka semua tertawa bahagia, merasakan kepuasan dari kerja keras mereka. Keluarga Gobed duduk bersama di teras yang telah berubah menjadi warung, merencanakan hari pertama mereka dengan penuh harapan dan antusiasme. Dengan semangat baru, mereka menyambut kesempatan ini sebagai awal dari petualangan baru dalam hidup mereka.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
dapat inspirasi di mana nama unik begitu wkwk
DJ. Esa Sandi S.: oke gas brow
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯: follow sampeyan di follback gak nih?
total 3 replies
anggita
like👍+☝hadiah iklan. moga novel ini sukses.
DJ. Esa Sandi S.: makasih Anggita,, moga kamu juga sukses ya/Smile/
total 1 replies
anggita
Jengkok, Slumbat, Gobed...🤔
DJ. Esa Sandi S.: hehehe iya, tau gak artinya?
total 1 replies
Princes Family
semangat kak..
DJ. Esa Sandi S.: makasih ya dek , sukses kembali untukmu ya /Drool/
total 1 replies
Maito
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
DJ. Esa Sandi S.: terimakasih suportnya ya 🤗. semoga kamu sukses selalu ya
total 1 replies
Gemma
Terjebak dalam cerita.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe . thanks
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!