Idolaku Kekasihku

"Pi.. Mi.. Rey mau ngomong penting boleh?" tanya Reynold kepada kedua orangtuanya saat mereka semua selesai sarapan pagi ini.

"Kenapa sayang?" tanya mami Desi.

"Rey berencana mau melamar Maya mi. Mami dan papi apa bisa datang ke rumah Maya untuk melamar Maya buat Rey?"

"Wah... Bisa dong sayang. Kapan rencananya mami dan papi bisa ke sana? Hari ini juga kami bisa sayang." seru mami Desi semangat.

"Mami ini ada-ada saja deh. Kita juga perlu persiapan sayang, masa mami datang ke sana dengan tangan kosong." terang papi Robi, sedangkan mami Desi hanya senyam-senyum sendiri.

"Ya sudah besok mami akan persiapkan semuanya." ucap mami Desi dengan semangat empat lima.

***

Keesokan harinya mami Desi sudah repot sendiri menyiapkan semua barang yang akan di bawa untuk berkunjung ke rumah calon besannya. Mulai dari buah-buahan, kue, sampai perhiasan turun temurun sudah di siapkan oleh mami Desi.

Rencananya mereka akan berkunjung siang ini ke rumah Maya, kemudian di lanjut keluarga Reynold yang menjamu keluarga Maya ke sebuah restoran milik mami Desi.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 12.00 dan keluarga Reynold sedang bersiap-siap.

"Udah siap Rey?" tanya mami Desi.

"Udah mi."

"Ya udah berangkat yuk, tuh papi kamu udah siap juga."

Akhirnya mereka berangkat menuju ke kediaman keluarga Maya.

***

Mendengar suara mesin mobil, mama Shinta membukakan pintu dan melihat ternyata benar tamu yang sedang di tunggu telah datang. Setelah mereka berkenalan satu sama lain, orangtua Maya mempersilahkan para tamunya untuk masuk.

"Silahkan masuk pak.. bu.. nak Rey." ucap mama Shinta mempersilahkan tamunya untuk masuk dan duduk di dalam rumahnya.

"Sebentar saya panggilkan Maya ya." mama Shinta memanggil Maya dan mereka berjalan berdampingan menuju ruang tamu. Disana sudah ada papa Rudy yang menemani para tamu tersebut.

"Selamat siang om.. tante.." sapa Maya kepada orangtua Reynold sambil meraih tangan keduanya bergantian mencium dengan sopan. Mami Desi mengelus kepala Maya, ia sudah mengganggap Maya seperti anaknya sendiri. Selama ini ia ingin memiliki anak perempuan, tetapi apa daya Tuhan hanya mengijinkannya memiliki satu orang putra saja. Maka dari itu kini ia menganggap Maya seperti putrinya sendiri.

Maya yang duduk di samping Reynold terlihat gugup. Bukan hanya Maya, Reynold juga sama gugupnya tetapi pria itu bisa mengendalikan dirinya sehingga tidak begitu terlihat jika ia sedang gugup.

"Saya sebagai papi dari Reynold ingin memberitahukan maksud dari kedatangan kami ke kediaman pak Rudy dan bu Shinta, sebelumnya seperti kita ketahui jika anak-anak kita Reynold dan Maya telah menjalin hubungan yang sudah cukup lama. Dan niat hati kami datang kesini untuk melamar Maya anak dari pak Rudy dan bu Shinta untuk menjadi istri dari anak kami Reynold. Bagaimana menurut pendapat bapak dan ibu Rudy?" ucapan pembuka dari papi Robi.

"Kami selaku orangtua dari Maya akan merestui apapun keputusan anak kami, dan kami sangat senang jika memang nak Rey memiliki niat baik kepada Maya. Bukankah jika sudah memiliki niat baik itu harus segera di langsungkan? Tetapi semuanya kami kembalikan kepada Maya, karena dia yang akan menjalaninya jadi kami tidak ingin memaksakan kehendak." jawab papa Rudy sambil menatap kedua orangtua Reynold secara bergantian.

"Bagaimana May apakah kamu mau menerima lamaran dari nak Rey dan menjadi calon istri dari nak Rey?" lanjut papa Rudy, kini ia menatap ke arah Maya.

Reynold sangat gugup sekarang, ditambah Maya diam seribu bahasa selama beberapa detik yang membuat Reynold menjadi insecure sendiri takut jika dirinya di tolak.

"Maya mau pa..." jawab Maya sambil menunduk malu-malu. Malu untuk menatap semua orang yang ada disana teruma lelaki yang tak lama lagi akan menjadi suaminya itu.

"Baiklah karena Maya sudah menerima lamaran dari Reynold, mungkin kita bisa mulai menentukan bulan dan tanggal pernikahan mereka pak, bu..." lanjut mami Desi, mendengar Maya menerima lamaran anaknya, ia menjadi bersemangat dan bahagia.

Akhirnya mereka semua sepakat jika pernikahan Reynold dan Maya akan diadakan satu bulan lagi. Sebulan merupakan waktu yang cukup untuk mereka mempersiapkan semuanya. Dengan bantuan mami Desi dan menyewa wedding organizer semua akan berjalan dengan lancar.

Setelah semua selesai dibicarakan dan disepakati akhirnya mereka kini sedang dalam perjalanan menunju ke restoran mami Desi. Papi Robi dan mami Desi menaiki satu mobil, papa Rudy dan mama Shinta mengendarai mobilnya sendiri sedangkan Reynold dan Maya berada di mobil yang berbeda.

Di restoran mereka membahas banyak hal, dari yang membahas gedung yang akan digunakan untuk acara pernikahan sampai ke total tamu udangan. Papi Robi dan papa Rudy yang memiliki bidang usaha saling berhubungan sedang berbincang-bincang seputar pekerjaan.

"Kalau boleh saya tahu, bapak bekerja di bidang apa ya?" tanya papa Maya berbasa basi. Ia ingin lebih mengetahui tentang keluarga calon besannya. Bukan karena gila harta atau lainnya, papa Rudy hanya ingin lebih mengetahui tentang keluarga calon mertua anaknya ini.

"Perusahaan kami bekerja di bidang properti pak, PT. Rey Wijaya nama perusahaan kami." jawab papi Robi dengan sopan.

'Bukankah itu nama perusahaan yang telah membantuku dalam masalah waktu itu dan perusahaan itu juga yang mengajak perusahaanku bekerjasama?' batin papa Rudy.

"Perusahaan itu kini di pegang oleh Reynold. Kalau saya mengurusi cabang yang ada di luar negeri, karena Reynold sebelumnya juga berkarir sebagai penyanyi jadi tidak memungkinkan Reynold untuk bolak balik keluar negeri." jelas papi Robi.

"Kalau saya bekerja di bidang kontraktor, PT. Perkasa Adiguna nama perusahaan keluarga kami." jelas papa Rudy. Meskipun perusahaannya tidak sebesar keluarga Wijaya, tetapi perusahaan Adiguna juga bukan termasuk perusahaan yang ecek-ecek.

"Berarti perusahaan kita memiliki bidang yang saling berhubungan. Jika ada proyek saya akan meminta Reynold untuk menggunakan jasa PT adiguna saja, supaya hubungan keluarga kita bisa lebih dekat dan akrab." kata papi Robi.

***

Tak terasa tepat satu minggu lagi acara pernikahan dari Reynold dan Maya akan diselenggarakan. Undangan juga sudah mulai disebarkan untuk keluarga, teman, kolega maupun rekan-rekan bisnis dari kedua belah pihak keluarga.

Maya yang sedang istirahat di kamarnya mendapat pesan dari Sasa di ponselnya.

"Halo May... Lo lagi sibuk gak ya? Bisa gak kalau kita ketemuan karena ada hal penting yang harus gue bahas sama lo." isi pesan Sasa untuk Maya.

"Kenapa Sa? Lo ada masalah?"

"Gak ada May, gue cuma mau membicarakan sesuatu aja. Ketemuan di cafe deket rumah lo yuk, biar lo gak perlu jauh-jauh." ucap Sasa.

********