NovelToon NovelToon
Bara Penjilat

Bara Penjilat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Harem / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chep 'NJune

Mirna Anak seorang Milyuner bernama Tuan Ambarita, Pemilik 5 perusahaan besar dan mampu mengguncangkan Kota itu dengan Kekayaannya.


Sudah hampir 10 tahun, Mirna menikah dengan Harun, namun perjalanan pernikahannya itu selalu mendapat masalah, lantaran Suaminya Harun berambisi untuk menjadi Seorang Milyuner Kaya.


Sehingga Niat untuk ambisinya untuk mengambil alih Semua perusahaan dari Mertuanya itu dan melakukan hal bodoh untuk mendapatkan segalanya, sehingga imbas dari kelakuannya itu pada Istrinya Mirna.


Hingga pada suatu hari rencana Harun dan Anak buahnya itu untuk menggelapkan Aset Anak cabang perusahaan Mertuanya itu terbongkar dengan tidak sengaja.


Harun pun geram, dan Dia melihat seorang Pegawainya menguping disaat Mereka sedang merencanakan Penggelapan itu.


Lantas Dia memanggil Orang itu dan langsung dipecatnya, dan Orang yang malang itu adalah Hilman, Anak hasil hubungan Mertuanya itu dengan Wanita simpanannya yang tidak diketahui oleh Istri dan keluarga Mertuanya it

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chep 'NJune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terombang- ambing kemungkinan

Rasa penasarannya membawa Paman Hartono untuk menyelidiki siapa mereka berempat itu, dari kejauhan Paman Hartono mengamati gerak- gerik mereka dengan seksama.

“Sebenarnya mereka itu Anak buahnya Siapa? Aku ingin tahu pastinya!” Begitu tanya dalam pikiran Paman Hartono adanya.

“Apakah Orangnya Harun? Atau Ambarita tapi mungkin juga ada yang lain. Ini sungguh penasaran karenanya!” Tanya Paman Hartono lagi pada dirinya itu merasa ingin tahu pada Mereka.

Mereka berempat seakan asyik dengan keheningan suasana di bukit itu, dan terdengar ucapan mereka bicara.

“Hening juga suasananya, pergi kemana mereka itu?” Tanya salah satu dari mereka pada kawannya itu.

“Mustahil mereka tinggal disini, mau tidur dimana? Semua sudah hangus terbakar!” Jawab rekannya menjelaskan

“Tapi bagaimana laporan pada Si Boss, kita tidak menemukannya!” Jawab salah satu dari mereka lagi mengeluh pada rekannya itu.

“Kalau tidak ada mau dibilang apa, ngapain kita bohong bikin penyakit saja!” Jawab temannya itu dengan pasrahnya bicara.

Paman Hartono terus memfokuskan mendengar mereka bicara dengan rasa ingin tahunya itu.

“Brengsek juga mereka tidak mengucapkan nama Bosnya itu, Aku semakin merasa penasaran sekali!” Gumam Paman Hartono merasa ingin tahu pada mereka itu.

Lalu terdengar seorang dari mereka bicara yang membuat jantung Paman Hartono kaget.

“Kalau begitu kita porak porandakan lagi saja biar semakin hancur berantakan, Bagaimana?” Ucap salah seorang dari mereka itu dengan jengkelnya mencari.

Spontan temannya itu menyaut padanya.

“Itu ide bagus juga, tapi bagaimana dengan yang lain setuju tidak!” Jawab yang satunya lagi merasa tidak enak.

Tiba- tiba terdengar teriak dari seseorang temannya menyuruh mereka untuk segera bergegas mencari lagi.

“Ayo cari lagi, siapa tahu saja ketemu. Jika tidak pun kita harus segera kembali, Cepat!” Teriak kawannya itu dengan keras bicaranya.

“Ayo berpencar lagi, dari segala arah, Cepat!” Ucap salah seorang dafi mereka lagi menyuruhnya.

Akhirnya mereka pun mencari juga walau pada akhirnya sama saja tidak ditemukan juga.

“Setelah semua kita sasar, tidak satu pun yang dapat menemukannya, mungkin mereka sudah tidak tinggal di Villa ini lagi, Ayo kita langsung pergi dari sini!” Ucap salah satu dari mereka dengan langsung mengajak teman- temannya itu untuk meninggalkan tempat itu.

Paman Hartono merasa lega, karena mereka tidak jadi untuk memporak porandakan Villa hangusnya itu.

“Akhirnya yang Aku takutkan itu tidak terjadi juga, Aku sangat senang sekali!” Ucap Paman Hartono di dalam benaknya itu bicara.

Akhirnya mereka berempat pun kembali juga meninggalkan Villa hangus itu dengan rasa kecewanya.

“Ayo kita tinggalkan tempat ini, kita sudah ditunggu!” Ucap salah satu dari mereka itu mengingatkan.

Paman Hartono segera mengikuti dari belakang, dia dengan mengendap- endap memantau untuk memastikan mereka semua pergi meninggalkan bukit Larangan itu.

“Tampaknya mereka berempat memang sudah pergi menjauh dari bukit Larangan ini, sungguh hatiku ini merasa lega, dan Aku Harus kembali pada Mereka di balik persembunyiannya itu!” Ucap Paman Hartono dengan rasa gembiranya itu.

**********

Di Suasana lain.

Kompol Willy seakan terkaget- kaget melihat Mobil mewah Wanto menghalangi mobilnya untuk berjalan,

Sheet!

Ngik!

Suara rem mobil Wanto dengan sengaja berhenti di depan mobil Kompol Willy.

Melihat itu segera Kompol Willy menghampiri Wanto dengan marahnya itu.

“Ada apa ini? Kamu menghalangi jalanku, Wanto?” Tanya marah Kompol Willy pada Wanto ingin tahu.

Wanto tersenyum sambil tertawa melihat Kompol Willy menghampiri sambil marah- marah kepadanya.

“Hahaha…! Jangan marah- marah nanti lekas tua!” Jawab Wanto seakan- akan meledeknya.

Kompol Willy bertanya lagi pada Wanto, mengapa dengan seenaknya dia dengan sengaja menghalangi jalan mobilnya itu.

“Kau menghalangi jalanku dengan sengaja, Atau ingin Aku tabrak mobil mewahmu ini, Wanto?” Tanya Kompol Willy menegaskan padanya.

Wanto lantas turun dari mobil mewahnya itu untuk bicara pada Kompol Willy menjelaskan dengan wajah tidak senangnya itu.

“Sudah jangan emosi, Aku akan bicara padamu, Kompol Willy!” Jawab Wanto merasa tersinggung atas ancamannya itu.

Akhirnya Wanto mengatakan maksud dari penghadangan mobilnya itu.

“Aku sengaja menghadangmu untuk menanyakan keberadaan Hilman yang Kamu sembunyikan itu!” Ucap Wanto dengan nada kerasnya bicara.

Mendengar Wanto bicara tentang maksudnya, amarah Kompol Willy pun seakan muncul dalam dirinya itu, dengan menahan emosinya itu lantas dia pun bicara pada Wanto untuk menjelaskan kepadanya itu.

“Aku Sungguh tidak tahu Hilman ada dimana sekarang!” Jawab Kompol Willy menjelaskan sambil menatap tajam pada Wanto itu.

Wanto tertawa lagi mendengar jawaban Kompol Willy itu, kemudian Wanto bertanya lagi, karena hanya Kompol Willy lah yang membawa Hilman pergi.

“Hahaha…! Cepat katakan dimana Kau sembunyikan Hilman itu? Karena hanya Kau saja yang membawa pergi Hilman dari tahanan Harun itu!” Ucap Wanto sedikit angkuh padanya.

Mendengar perkataan Wanto yang seakan mengancamnya, Kompol Willy pun tidak terima.

“Jangan terlalu sombong dulu, Wanto! Aku tidak menyembunyikannya itu fakta!” Jawab Kompol Willy merasa sedikit emosi.

Wanto menjelaskan lagi akan niatnya itu kepadanya.

“Kamu tahu, Harun tidak segan- segan untuk menghabisi orang- orang yang menghalanginya!” Ucap Wanto bernada ancaman.

Mata Kompol Willy menatap Wanto dengan tajamnya, pikiran tidak senangnya seakan semakin dalam pada dirinya itu.

“Apa? Kamu Sekarang pengikut Harun yang gila itu?” Tanya Kompol Willy pada Wanto menyinggungnya.

“Sudahlah! Jangan berdebat terus Aku cape mendengarnya!” Jawab Wanto merasa tertekan olehnya.

Merasa diremehkan lantas Kompol Willy pun berucap pada Wanto dengan ancaman baliknya.

“Jangan mengancamku dengan mengatasnamakan Harun yang terkutuk itu, Wanto! Dulu Kamu juga yang ikut menyarankan untuk melepaskan Hilman dari tahanan Harun, bahkan Kamu sendiri yang mempengaruhi Mirna agar Hilman Aku bawa, bukan begitu, Wanto?” Ucap Kompol Willy dengan balik mengancamnya.

Wanto seolah malu mendengar Kompol Willy bicara seperti itu, dengan merasa tersinggung dia pun bicara dengan angkuhnya itu seakan tidak merasa padanya.

“Peduli setan dengan alasanmu, pokoknya Aku harus menangkap kembali curut kecil itu, segera. Mengerti!” Jawab Wanto sambil bertolak pinggang pada Kompol Willy.

Kompol Willy yang seakan emosinya sedikit terpancing melihat Wanto bicara padanya dengan sombong dan angkuhnya itu.

Tetap Wanto mendesak Kompol Willy untuk menunjukkan dimana dia menyembunyikan Himan itu.

“Carilah sendiri jika Kau mampu, Wanto!” Jawab Kompol Willy seakan- akan menantangnya.

Dalam benak Wanto terselip rasa dendam pada Kompol Willy itu, yang membuatnya merasa benci kepadanya.

“Sudah katakan cepat! Sebelum kesabaranku hilang!” Ucap Wanto pada Kompol Willy dengan Sombong dan angkuhnya itu.

Sambil menahan emosi, Kompol Willy mengatakan lagi pada Wanto.

“Aku melepaskan Hilman lantaran kasihan pada Mirna, jika dulu dia biarkan bukan tidak mustahil hukum dan Ayahnya Ambarita akan marah kepadanya, dan Kau pun tentunya akan merasakan kepedihannya itu, Wanto!” Jawab Kompol Willy menjelaskan padanya.

Wanto sebenarnya merasa takut hatinya mendengar ucapan dari Kompol Willy, tapi karena egonya, dia pun seolah tidak takut mendengarnya itu.

“Sudah! Sudah jangan bicara lagi, amarahku ini sudah tidak bisa lagi ditahan untuk melumatmu, Willy!” Ucap Wanto seolah- olah tidak takut pada Kompol Willy itu.

Akhirnya dengan rasa jengkel Kompol Willy bicara untuk menjelaskan lagi pada Wanto.

“Setelah Aku bawa dari tahanan Harun itu, Hilman Aku turunkan di jalan, dan itu pun kemauan dari Hilman sendiri. Sudahlah Aku capek mengatakannya lagi, cepat minggir sedikit mobilmu itu, jangan menghalangiku, Atau Aku menghubungi kawan- kawanku untuk segera menangkapmu, Wanto!” Ucap Kompol Willy dengan ancaman sebenarnya itu pada Wanto.

Dan Kompol Willy seolah menantang sambil tertawa pada Wanto.

“Jika tidak percaya dan penasaran carilah sendiri, Wanto! Aku Yakin Kamu tidak akan bisa untuk menemukannya! Hahaha…!” Ucap Kompol Willy pada Wanto menantang sambil tertawa.

Lalu Wanto dengan angkuhnya bicara untuk membalas tantangannya itu padanya.

“Nanti disaat Aku tahu keberadaan Hilman, Aku akan langsung menangkapnya walaupun itu dalam penjagaan dan genggaman tanganmu, Kompol Willy!” Jawab Wanto yang seakan tidak mau kalah pada dirinya itu.

Kompol Willy menggeleng- gelengkan kepalanya seolah tidak mengerti akan jalan pikiran Wanto itu, kemudian Kompol Willy bicara lagi untuk terakhir kalinya.

“Silahkan Kamu cari semaumu, dan bawa banyak Orang- Orangmu itu, Wanto! Tapi ingat! Aku sudah tidak ada lagi hubungan dengan masalah Hilman itu, Mengerti!” Ucap Kompol Willy pada Wanto dengan tidak peduli lagi kepadanya.

Wanto terdiam, dalam pikirannya dia meyakinkan pada dirinya atas ucapan Kompol Willy itu kepadanya itu.

“Ucapannya seakan membuatku ciut juga, ini mungkin pencarian paling rumit yang Aku lakukan. Tapi tak tahulah, Aku pusing memikirkannya!” Gumam Wanto di dalam benaknya merasa ragu.

Akhirnya dengan sedikit memaksa Kompol Willy pun pergi juga meninggalkan Wanto dan Anak buahnya itu yang sedang bingung di perempatan jalan.

1
Ramadhan Lukman Hady
Cihuyyy🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!