Bara Penjilat
Tersiar kabar ke telinga Mirna, bahwa Suaminya Harun berulah lagi dengan menahan Hilman untuk mencoba membuat Mertuanya itu agar mengembalikan kepercayaan padanya, karena kasus penggelapan Aset cabang perusahaan Mertuanya itu.
Pagi itu, Terlihat Mirna turun dari mobil mewahnya, dia dikawal oleh dua orang pengawal pribadinya, dan langsung berjalan menghampiri Wanto Orang kepercayaan Suaminya itu Harun dan para Anak buahnya karena merasa kesal dan ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Suaminya itu Harun.
“Aku ingin tahu menyembunyikan apa Suamiku dalam gudangnya itu?” Tanya Mirna pada dirinya itu merasa jengkel atas kelakuan Harun.
Melihat kehadiran Mirna, seluruh Anak buah Harun terkejut termasuk Wanto Orang kepercayaan Harun. Mereka tidak menyangka jika Mirna bertandang ke Perusahaan Suaminya hari itu.
Namun Wanto berpikir dalam otaknya, ada apa? Sehingga Wanita cantik dengan kulit putih mutiara itu datang ke tempat itu. Wanto tersenyum dengan sangat lebar saat melihat Mirna datang. Dia sangat senang sekali melihat kehadiran Istri Sang majikan itu di waktu yang tepat.
"Nyonya Mirna, ada keperluan apa datang kemari? Kenapa tidak menghubungiku dulu?" Tanya Wanto Dengan merasa senangnya.
Terlihat Mirna seolah memperhatikan Wanto dan para Anak buahnya itu lantas sambil tersenyum dia menjawabnya.
"Iya, Aku datang kemari hari ini tanpa sepengetahuan Harun Suamiku, dan Aku sengaja tidak memberitahu dulu, karena aku tidak mau merepotkanmu. Aku bisa datang sendiri, Wanto!" Jawab Mirna sambil tersenyum dengan lebar.
Wanto heran melihat kehadiran Mirna. Bagi Wanto, kehadiran Mirna menjadi ancaman besar bagi Suaminya Harun atas rencananya itu, terlebih lagi Hilman sekarang ditahan di tempat itu.
“Sekarang Harun sedang sibuk dengan tahanannya, Aku dan Anak buahku disuruhnya untuk menjaganya!” Ucap Wanto pada Mirna menjelaskan keberadaannya itu.
Mirna menelan ludahnya. Dia berusaha untuk meredam amarahnya mendengar cerita Suaminya Harun dari mulut Wanto.
“Maksudmu, Harun menahan seseorang di sini, Wanto?” Tanya Mirna penasaran.
Wanto mengangguk, dan tidak lama Dia pun mengajak masuk Mirna ke ruangan Hilman yang sedang ditawan Suaminya itu.
“Ayo segera ikut Aku, Nyonya! Akan kutunjukkan tempat dan tawanannya padamu!” Ucap Wanto sambil bergegas berjalan menuju gudang.
Mirna mengikuti langkah Kaki Wanto dengan pengawalan dua Orang Anak buahnya itu.
“Cepat buka pintu tahanan itu!” Ucap Wanto pada salah satu Anak buahnya itu.
Dengan bergegas dia membuka pintu ruang itu dimana Hilman ditahan.
“Baik, Tuan!” Jawab Anak buahnya sambil cepat membuka pintunya.
Brakk!
Pintu dibuka Anak buahnya itu dengan cepatnya.
Disaat pintu terbuka, terlihat Hilman sedang berdiri menatap mereka berdua datang dengan tampang tidak senangnya itu.
“Wanto, Kamu membawa siapa lagi bersamamu itu?” Tanya Hilman Ingin tahu.
“Jangan berlaku kurang ajar kepadanya, dia adalah Mirna Istri dari Bos Harun, Mengerti!” Jawab Wanto memberitahunya.
Mirna mengangguk pada Hilman sambil menatap heran padanya itu, tiba- tiba Hilman bicara pada Mirna kemudian mengusirnya.
“Hey, Nyonya Mirna! Sekarang juga Kamu pergi dari hadapanku ini, Aku tak ingin bertemu dengan Istri dari Si Pengecut itu, Cepat pergi!” Usir Hilman pada Mirna dengan sangat marahnya.
Mungkin karena tertegun melihat Hilman sehingga Mirna pun diam terpana, dan terdengar lagi Hilman bicara lagi padanya.
"Kenapa kamu diam saja? Cepat pergi! Dan Jangan ganggu Aku!" Seru Hilman lagi dengan rasa jengkel dalam dirinya itu.
Mirna tidak menghiraukan kata-kata Hilman yang mengusirnya. Dia kini melirik tajam ke arah Wanto, Lalu dengan suara berat dia bertanya.
"Merencanakan apa Suamiku itu, Wanto?" Tanya Mirna dengan wajah ditekuknya.
Bagai Orang linglung, Wanto tidak berani untuk mengatakannya.
"Aku bertanya tentang rencana Suamiku, kenapa tidak Kamu jawab? Baiklah, biar aku yang cari tahu sendiri!” Ucap Mirna sambil menyeringai memendam kesal.
Wanto menunduk pada Mirna dan tetap diam, walaupun perasaannya merasa tidak enak hati pada Mirna Majikannya itu.
"Kamu tidak berani mengatakan padaku, Wanto? Kekonyolannya tidak boleh terjadi lagi!" Ucap Mirna dengan tegas.
Melihat Mirna dan Wanto bicara tentang rencana Harun itu, serta merta Hilman pun murka pada Mirna karena dia adalah Istri dari Orang yang membuatnya menderita itu.
Cih!
Hilman nyinyir ke arah Mirna saking tidak senangnya itu.
"Lihat Suamimu Harun! Dia hanya bisa membuat Orang seperti Aku menderita, Dia hanya sibuk mencari Kambing Hitam untuk kesalahan yang diperbuatnya itu!" Ucap Hilman membuka akan aib Suaminya itu pada Istrinya Mirna.
Melihat Hilman sangat benci padanya itu, Mirna hanya terdiam sambil menahan emosi dalam dirinya itu.
Wanto tersenyum mendengar Hilman berkata begitu seolah mewakili dirinya. Dia pun kini ikut mendukung Mirna.
"Aku bingung pada Harun. Dia masih tetap dengan rencana bodohnya itu. Apa hebatnya rencananya itu? Yang hanya bikin Ayahmu itu semakin tidak percaya lagi kepadanya!” Ucap Wanto menuangkan pemikirannya itu.
Mirna pun mengangguk sambil menatap kecewa dalam hatinya.
"Aku juga tidak tahu apa yang ada di pikiran Suamiku itu. Tapi kayaknya Dia sudah gila dengan ambisinya. Bagaimana jika nanti Ayahku tidak memberikan kepercayaannya lagi kepadanya!" Ucap Mirna merasa geram.
Wanto kali ini tidak diam, dia kini berani untuk menjawabnya.
"Itu benar! Setelah kesalahan yang dilakukan demi ambisinya dulu yang membuat dirinya seperti sekarang ini!” kata Wanto dengan mata yang menatap tajam kearah Mirna.
Hilman mendengar Mereka berdua bicara tentang kelakuan Harun, lantas dia sengaja bicara keras pada Mirna dengan menyalahkan dan menghina Harun. Dia bahkan menatap Mirna dengan tatapan penuh kebencian dan juga rasa jijik.
“Mirna, bilang pada Harun Suami bejatmu itu, biar Aku dibunuhnya sekalipun tidak akan membuat kelakuan dungunya itu terampuni, Aku muak melihatmu datang yang seakan membuatku mau muntah!” Ucap Hilman yang teramat benci pada Mirna lantaran kelakuan Suaminya Harun itu.
Oa...Uhuk!
Mirna bagaikan sebuah sampah yang bahkan tidak layak untuk sekedar ditatap dalam benak Hilman.
“Kau pun Istrinya pasti sama dengan Suamimu itu, yang berlaku seenaknya pada Aku dan semua orang!” Ucap Hilman lagi dengan rasa bencinya.
Dengan wajah masih dipenuhi oleh kebencian, Mirna lantas menghampiri Hilman dan seraya bicara padanya.
“Tolong jaga ucapanmu terhadapku itu, Aku sama sekali bukan Harun, dan Aku tidak pernah menginginkan sosok Suami seperti apa yang barusan kamu katakan itu!” Ucap Mirna sambil matanya melotot marah pada Hilman.
Wanto menatap Majikannya itu, lalu Dia menundukkan wajah pada Mirna sambil berkata.
"Tuan Harun memang tidak tahu diri. Dia Begitu egois hanya memikirkan ambisi dan keinginannya saja!” Ucap Wanto pada Mirna dengan rasa khawatirnya itu.
Sambil berjalan menghampiri Wanto, lantas Mirna pun menjawabnya.
"Aku akan membuatnya menyesal, jika dia masih berharap dengan ambisi tak tahu malunya itu!" Jawab Mirna memberikan ultimatum ancaman padanya.
Meskipun Hilman tidak tahu akan asal- usulnya itu, tapi dari sorot mata Wanto mengisyaratkan tabir dari rahasianya itu. Dalam benak Mirna sebenarnya dia pun tidak mengetahui tentang asal- usul Hilman itu.
“Apa yang membuat Harun ingin menahan Hilman ini? Sungguh Aku merasa bingung. Apakah dia itu keturunan keluarga Nyonya Mirna?” Tanya Wanto memancingnya.
Sontak saja Mirna merasa emosi dengan kata- kata Wanto yang menyinggungnya.
“Apa dia itu keluargaku? Gila! Mana mungkin Aku mempunyai saudara seperti dia yang tidak punya sopan santun itu!” Jawab Mirna sambil membuang muka karena bencinya pada Hilman.
Mendengar Mirna bicara dengan menyinggungnya, lantas Hilman pun membalas perlakuannya itu sambil tertawa menghinanya.
"Hahaha …! Kamu ingin membunuhku? Buat menutupi kesalahan Suamimu itu? Apa kamu adalah seorang Anak yang durhaka yang selalu menutupi kelakuan bejat Suamimu, untuk membunuh Ayahmu sendiri?" Tanya Hilman sambil tertawa puas.
Hilman sangat ingin mempermalukan Mirna di depan Wanto dan para Anak buahnya itu. Karena Suaminya Harun telah melakukan kesalahan fatal kepada dirinya.
“Apa yang bisa diperbuat oleh istri dari Si Begundal Harun itu?” Tanya Hilman sangat menghina Mirna dalam bencinya itu.
Mirna dengan wajah merahnya seolah sedang menunggu waktu untuk menumpahkan amarah yang teramat besar itu pada Hilman yang menghinanya.
"Wow!...Wow! Rupanya Kamu senang menghinaku seenak dengkulmu itu, Hilman!" Jawab Mirna dengan geramnya sambil melotot.
Melihat apa yang dilakukan oleh Mirna sudah keterlaluan, Wanto tidak bisa tinggal diam. Dia mengerti dengan perasaan Mirna saat ini, yang pastinya sangat sakit dan malu.
"Sudahlah, Hilman! Jangan menghina Nyonya Mirna keterlaluan seperti itu. Dia tidak ada hubungannya dengan kelakuan Suaminya itu, Jika dia mau mudah saja baginya untuk menghancurkanmu!” Ucap Wanto merasa sangat marah padanya.
Mendengar Wanto buka suara dengan mengancamnya itu, Hilman pun langsung terdiam menahan mulutnya itu.
Saat ini Wanto juga merasa yakin kalau Mirna akan mencari tahu rencana Harun Suaminya itu.
“Aku yakin sekali, pasti Nyonya Mirna akan mencari tahu rencana Suaminya itu!” Ucap Wanto dalam hati menduganya.
Dan tiba- tiba dengan sekonyong- konyong Hilman bicara dengan keras tentang Harun, karena terlihat Wanto ingin bicara pada Mirna.
"Sudah kamu diam jangan bicara! Mana mungkin Harun bisa sadar? Dia tidak akan mungkin menjadi orang baik- baik, Wanto!" Ucap Hilman dengan suara yang ditekan, mencoba mengontrol emosinya.
Hilman marah untuk membela diri tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena orang- orang Harun menyuruh dia untuk diam dan menurut saja.
Pada akhirnya Hilman hanya bisa diam karena percuma dia tidak akan didengar Oleh mereka.
“Sudah Kamu jangan bicara lagi, Hilman! Atau Aku harus berbuat sesuatu untuk membuatmu diam!” Ucap Wanto Mengancam.
Mulut Hilman gatal untuk ikut bicara agar Mirna mau melepaskan dirinya itu. Jika Mirna melepaskannya tentu Hilman akan sangat berterima kasih.
“Sudah sekarang bebaskan Aku, Mirna! Aku akan sangat berterima kasih jika Kamu berkenan membebaskan Aku!” Ucap Hilman pada Mirna mengharapkan kebebasan padanya.
Dengan merasa tidak senang atas keinginan yang akan membuat Wanto menjadi masalah dengan Harun, Wanto langsung bicara pada Hilman dengan tajam.
“Orang semacam Kamu mendapat kebebasan pun tidak ada gunanya, Hilman! Sudahlah diam jangan bicara terus!” Ucap Wanto merendahkannya.
Mendengar ucapan merendahkan dari Wanto, Hilman merasa dikuliti tubuhnya oleh pisau tajam yang menghujam tanpa ampun, Lalu terdengar lagi Mirna bicara pada Wanto tentang rencana dan harapannya itu.
“Semoga Suamiku berharap bisa kembali sadar, Wanto! Aku akan mencari tahu tentang rencananya itu!” Ucap Mirna pada Wanto yang terdengar jelas Hilman.
Mendengar ucapan Mirna penuh pengharapan, membuat Hilman menertawakan dan menghina Suaminya lagi.
"Hahaha …! Kamu ini sedang bermimpi? Suamimu itu tidak punya otak, padahal dia adalah seorang Pemimpin Perusahaan besar. Sepertinya lama berada disini membuat akal sehatmu hilang!" Kata Hilman sambil tertawa.
Mirna menggenggam kedua telapak tangannya dengan sangat keras. Emosi sudah memenuhi tubuhnya. Dia harus menahannya agar tidak meledak.
“Anak itu membuat amarahku tidak bisa lagi Aku tahan, sepertinya hatiku semakin mendidih!” Gumam Mirna di benaknya itu.
Terlihat wajahnya sudah sangat merah sekali karena emosi yang dipendamnya.
"Dasar Bedebah!" Ucap Mirna dalam hati merasa geram.
Hilman belum puas menghina Mirna, Dia pun kemudian berkata lagi.
"Kamu tahu bahwa Suamimu itu bersikeras untuk menjadikan Aku Kambing hitamnya? Kamu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghalanginya!" Ucap Hilman pada Mirna merasa jengkel padanya.
Kali ini Mirna tidak bisa lagi menahan diri. Amarahnya semakin meletup-letup ketika mendengar dirinya direndahkan lagi oleh Hilman.
“Dari tadi Aku dengarkan mulutmu bicara, malah semakin berani menghina dan merendahkan Aku, Apa Aku ini harus membunuhmu dulu baru mulutmu itu diam, Hilman?” Tanya Mirna dengan mengancamnya.
Lantas sambil bergegas menghampiri Hilman, dengan amarah yang meluap-luap dalam dirinya dan tanpa bisa dikendalikan, Mirna pun langsung menampar wajah Hilman dengan telak dan keras.
Plakk!
Plakk!
Plakk!
Tamparan keras tangan Mirna bersarang telak di wajah mulus Hilman, membuat dirinya itu teriak kesakitan.
"Aww!...Sakit!...Argh!"
Hilman oleng dan menjauh darinya sambil memegangi kedua pipinya yang sakit akibat terkena tamparan keras dari Mirna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments