Jika merindukan orang yang sudah tiada adalah hal menyakitkan, mungkin tidak selamanya seperti itu yang di rasakan oleh seseorang.
Dia merindukannya tapi di satu sisi ia ingin menjauh dan pergi darinya demi kebahagian orang yang ia sayangi.
Dan semua kenangan yang pernah tercipta akan kah hilang seiring dengan luka yang sudah terlalu lama bertahta???
Selamat datang di tulisan receh Mak Othor 😊
Biar ngga gagal paham, silahkan mampir ke Riang (sadar diri) lebih dulu 🙏🙏🙏
semoga di minati teman-teman readers ya 🤗 mohon kritik dan sarannya.
Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Riang dan Shaka menemui mama mereka bersama dengan Ganesh yang menggendong Shaka. Ziyad sendiri sedang bercengkerama dengan cucu perempuannya di dalam ruangan tersebut.
Ziyad sengaja membuat keributan berharap Citra akan terganggu dan segera membuka matanya. Tapi hingga detik itu, Citra masih belum juga membuka mata cantiknya.
"Papa!", Shaka melompat turun dari gendongan Ganesh menuju ke papanya. Sekarang Risya yang menguasai kakak sepupunya.
"Ngga bisa banget gitu biarin aa istirahat Ca?", tanya Ganesh pada sepupu kecilnya itu.
"Aka dindong Aa, tian Ica dong ....!", protes Risya. Riang dan Ziyad terkekeh mendengar jawaban Risya. Bisa banget dua bocil itu membuat Ganesh jadi baby sitter gratisan.
Riang dan Ganesh sepakat untuk merahasiakan pertemuannya dengan El tadi pada Ziyad.
Ganesh memang tadi berencana kalau mereka akan membuat El dan papanya bertemu. Tapi ...tentu saja mereka membuat pertemuan itu seperti tak sengaja.
Setelah bercengkerama cukup lama, akhirnya Ziyad mengatakan bahwa ia akan pulang lebih dulu.
Ziyad pun mengijinkan Riang membawa Shaka ke kampung. Walau pun Ziyad tahu, putrinya akan kerepotan menjaga dua balita yang super duper aktif tersebut.
"Duh, mules banget ya!", kata Ziyad. Dia memang tak bisa makan pedas. Tapi tadi Ganesh terlanjur memesankan makanan yang cukup pedas untuknya.
Alhasil, ia harus bolak balik ke toilet yang ada di ruangan Citra. Ganesh tersenyum tak enak pada Riang.
Tapi Riang memaklumi ide Ganesh yang cukup ekstrim tersebut.
"Kan kalo Eyang kung diare, bisa-bisa dehidrasi tuh...nah...kalo butuh perawatan di jamin deh, El yang bakal nanganin. Soalnya ngga sembarang dokter masuk ke lorong sini!", kata Ganesh yang katanya punya ide briliant.
Setelah Ziyad keluar dari toilet, Riang dan yang lain pun berpamitan. Kondisi Ziyad sudah sedikit pucat tapi ia mengatakan kalau kondisinya masih bisa di atasi.
"Papa yakin ngga apa-apa? Riang panggilan dokter ya?", tawar Riang. Ziyad melambaikan tangannya.
"Papa baik-baik aja kok sayang! Udah, buruan pulang. Syam pasti udah pulang juga. Kasian kalo dia nunggu kalian kelamaan!", kata Ziyad.
Ganesh cukup prihatin dengan kondisi Ziyad, tapi ...tak apalah! Anggap saja Ziyad sedikit berkorban demi keutuhan rumah tangganya!
Wait! Bukan rumah tangga, tapi hubungan antara bapak dan anak!
"Maafin Ganesh ya Kung!", kata Ganesh memasang wajah menyesal. Ziyad hanya mengangguk tipis, lemes BESTie?!!
"Ganesh ngga tahu kalo Yang Kung ngga bisa makan pedes!", kata Ganesh penuh sesal.
Tapi boong! Keren banget akting gue buset dah?!!! batin Ganesh.
"Ngga Nesh, Yang Kung ngga apa-apa kok!", kata ziyad.
"Ya udah, kami pulang ya Pa. Nanti ketemu dokter di depan, Riang minta bawain obat buat papa!", kata Riang.
Ziyad hanya mengangguk tipis. Dan setelah anak-anaknya keluar dari ruangan itu, Ziyad harus kembali ke toilet.
Visit pasien tiba. Dokter Anita meminta Shakiel untuk memeriksa kondisi Citra. Shakiel sudah melihat keluarganya keluar beberapa menit yang lalu.
Dan sekilas, ia melihat sosok laki-laki berjas hitam yang tak jauh berjalan di depan Riang dan yang lain.
Shakiel tebak jika sosok itu adalah papanya! Dan dengan langkah yang terayun pasti, ia menuju ke kamar mamanya. Ia ingin bermanja lagi dengan mamanya.
Meski mamanya mungkin tak mendengar suaranya, setidaknya rasa kangen El sedikit terobati karena ada di dekatnya.
"Selamat sore dok!", sapa dua perawat yang berjaga di blok itu. Meski masih koas, tetap saja Shakiel di panggil dokter oleh para perawat meski sudah lebih senior dari Shakiel.
"Sore!", sapa Shakiel yang sekarang sudah membuka maskernya. Long shift merupakan keberuntungan baginya. Karena itu artinya, ia akan semakin lama bersama sang mama.
Ceklek....
Pintu ruangan itu terbuka. Mata El langsung tertuju pada sosok laki-laki yang meringkuk di lantai memegang perutnya dengan wajah yang sangat pucat.
Ziyad sudah hampir mati lemas karena dehidrasi dan sakit perut yang menyerangnya. Matanya terpejam penuh. Bahkan mungkin dia tak tahu jika ada yang masuk ke dalam ruangan itu.
Nurani Shakiel sedang bertaruh ! Sebagai seorang dokter, hati nuraninya terpanggil untuk segera menolong sesama manusia.
Tapi sebagai seorang anak, ia sedang berusaha untuk tidak peduli!
Sayangnya, desisan dan rintihan Ziyad menggugurkan sisi keras kepalanya. Dengan langkah pasti dan helaan nafas yang panjang, Shakiel memapah Ziyad yang sudah lemas hampir tak bertulang.
Ziyad mendongak menatap sosok berjas putih itu dengan mata yang sudah memburam. Dan setelah itu, Ziyad justru jatuh pingsan.
Shakiel kembali menghela nafas panjang, dengan susah payah ia membaringkan Ziyad di sofa yang lebih dekat.
Setelah itu ia memanggil perawat jaga agar membantunya membawa brankar untuk Ziyad. El tak mau repot membawa Ziyad ke UGD.
Dia tahu riwayat kesehatan papanya, tak bisa makan pedas. Jadi El tahu apa yang harus ia lakukan untuk papanya.
Mau tak mau, ia harus menjaga papa dan mamanya di ruangan itu.
Aku hanya membantu atas asas kemanusiaan, bukan karena aku peduli ! batin Shakiel.
Tapi faktanya, ia khawatir Ziyad yang tak kunjung bangun meski sudah menghabiskan satu botol infus.
Dan karena lelah, akhirnya Shakiel tertidur di sofa.
💕💕💕💕💕💕💕
Lanjut lagi kah???? 🤔🤔🤔🤔
ya allah tolong😭😭😭😭😭🤣🤣🤣🤣