NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:45.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 11

Kata orang, cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya sendiri. Ya, begitu pula Shenina dahulu. Namun semua berubah seiring waktu dan rasa sakit serta kecewa yang ayahnya torehkan dalam hatinya. Kenangan indah saat bersama ayahnya pun perlahan terkikik seiring kenangan-kenangan buruk yang terpatri dalam jiwa dan raganya.

Shenina yang tidak memiliki seorang pelindung hanya bisa memendam segala rasa sakitnya. Kesedihan, kekecewaan, luka, dan sakit hati pada sang ayah terlalu mendominasi. Entah akankah ia bisa memaafkan sikap sang ayah kelak?

Ah, tapi apa mungkin juga ayahnya akan menyesali perbuatannya? Apalagi selagi ia belum menemukan keterlibatan Ambar dalam kejadian masa lalu yang membuat ayahnya begitu membenci sang ibu.

Dengan langkah gontai, Shenina masuk ke perusahaan tempat ia bekerja selama beberapa tahun ini. Pipinya sedikit memar akibat tamparan keras dari sang ayah sebagai hukuman karena telah menyebabkan kaki Jessica terkilir. Untung saja Jessica hanya mengalami gegar otak ringan katanya. Kalau sampai parah, Harold akan benar-benar menghabisinya.

Shenina merasa miris dengan hidupnya. Sudahlah ditinggal sang ibu sejak masih kecil, tak dianggap ayahnya sendiri, ayahnya lebih sayang pada anak tirinya yang dianggapnya lebih baik dari pada dirinya. Lalu kehilangan kehormatan dengan cara yang menyedihkan, entah apalagi nanti masalah yang akan singgah di hidupnya. Mungkinkah ia akan sanggup bertahan menghadapi semua?

Shenina mendudukkan bokongnya di kursi kerjanya. Bersamaan itu pintu lift eksekutif terbuka, muncullah Rainero dari baliknya, tapi Shenina tidak menyadari itu.

Rainero memicing saat melihat memar di pipi Shenina. Rainero sebenarnya penasaran, tapi rasa gengsinya yang terlalu tinggi membuatnya memilih bungkam.

"Wajahnya kenapa memar begitu? Apa ada yang sudah melakukan kekerasan padanya? Dia juga tumben melamun sampai tidak sadar aku sudah datang," gumamnya, tapi hanya di dalam hati.

Wajah Shenina terlihat sekali seakan memiliki beban berat. Ada rasa bersalah bercokol di benak Rainero, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa. Tidak mungkin kan tiba-tiba ia mengajaknya menikah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lagipula, Rainero tidak memiliki perasaan apapun pada Shenina, mana mungkin ia mau menikahi perempuan itu.

"Antarkan berkas dari Eternal King sekarang juga," ucap Rainero tiba-tiba membuat lamunan Shenina seketika buyar.

"A-apa, Pak? A-Anda sudah datang, Pak? Baik, Pak. Akan segera saya antarkan," ucap Shenina gelagapan.

Diam-diam Rainero mengulum senyum saat melihat wajah polos Shenina yang gelagapan.

"Ah, lagi-lagi aroma itu!"

Rainero menghempaskan bokongnya di kursi kebesarannya. Rainero memijat pelipisnya yang seketika pening. Pening karena kepala bawahnya tiba-tiba bangun. Semua terjadi hanya karena ia mencium aroma Shenina. Sungguh aneh. Setelah beberapa waktu ini miliknya tak mau bangun meskipun tangan dan mulut wanita bayarannya bekerja, tapi bila di dekat Shenina, bahkan hanya mencium aroma tubuhnya saja ia sudah seperti terang sang. Benar-benar gila.

...***...

Hari-hari berlalu begitu cepat, tak terasa sudah satu bulan berlalu semenjak kejadian tak terduga itu. Wajah Shenina makin tirus. Bibirnya pun tampak pucat dengan kantung mata yang menghitam. Diam-diam Rainero sering memperhatikan perubahan pada diri Shenina. Entah mengapa hatinya terusik kala melihat Shenina tampak tidak baik-baik saja.

Tring ...

Telepon di meja kerja Shenina berbunyi. Shenina pun gegas mengangkatnya saat tahu itu merupakan panggilan dari atasannya.

"Iya, pak."

"Pesan makan siang untuk dua orang."

"Apa Anda punya pesanan khusus?"

"Tidak. Terserah pesan apa."

"Baik, pak."

Setelah panggilan ditutup, Shenina lantas segera memesan makan siang Rainero di restoran langganan miliknya. Setelah memesan, Shenina kembali melakukan pekerjaannya. Saat sedang fokus dengan layar komputernya, tiba-tiba saja Axton telah duduk di hadapannya.

"Hai Shen," panggil Axton membuat Shenina sedikit terlonjak kaget.

"Eh, pak Axton. Apa ada yang bisa saya bantu?"

Axton menggeleng, "sebentar lagi jam makan siang, mau makan siang denganku?"

"Hah?"

"Ck ... pokoknya siang ini temani aku makan siang."

"Tapi aku ... "

"Sebentar lagi aku ke sini."

Tanpa sempat menolak, Axton sudah lebih dahulu beranjak dari sana meninggalkan Shenina yang mematung.

Shenina memijat pelipisnya. Entah Mengapa akhir-akhir ini kepalanya sering pusing. Belum lagi selera makannya hilang dan tiba-tiba saja mual bila mencium aroma makanan yang sedikit menyengat. Oleh sebab itu, ia jadi makin malas makan akhir-akhir ini. Ia khawatir, bagaimana kalau ia tiba-tiba mual saat makan siang dengan Axton nanti. Bisa-bisa Axton merasa jijik saat melihat dirinya mual secara tiba-tiba.

Tak lama kemudian, makan siang pesanan Rainero pun datang. Karena sudah masuk jam makan siang, Shenina pun segera mengantarkan makan siang itu pada Rainero.

"Pak, ini makan siang Anda," ujar Shenina seraya menyiapkan makan siang itu. Namun ia bingung, makan siang itu ada dua porsi, lantas untuk siapa satu porsinya, sedangkan Rainero hanya seorang diri di sana. Tidak mungkin kan Rainero hendak menghabiskan makanan itu seorang diri sebab ia hafal betul kalau Rainero makannya tidak begitu banyak. Dan tidak mungkin pula Rainero akan mengajak Axton makan bersama sebab Axton saja mengajak dirinya untuk makan berdua.

"Oh ya Shen, makan siang satunya un---"

"Shen, kau sudah siap?" tiba-tiba saja Axton masuk ke ruangan Rainero dan mengajak Shenina makan. Rainero yang ingin melanjutkan kalimatnya lantas terdiam.

"Ah, pak Axton, sebentar lagi, Pak," sahut Shenina dengan tangan sibuk menyiapkan makan siang Rainero.

"Kalian mau kemana?" tanya Rainero penasaran.

"Kami akan makan siang bersama," jawab Axton sambil tersenyum lebar.

Wajah Rainero seketika masam. Padahal ia membeli makan siang dia porsi agar bisa memberikannya pada Shenina. Bukan tanpa alasan, akhir-akhir ini ia perhatikan, Shenina jarang keluar makan siang. Setiap makan siang, Shenina selalu saja menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Ada rasa menggelitik hatinya, tapi rasa apa itu, Rainero pun tidak mengerti.

Mendengar Axton ingin makan siang dengan Shenina, seketika membuat mood Rainero anjlok. Bahkan untuk menyantap makan siangnya sendiri pun, Rainero merasa enggan. Entah ada apa dengan dirinya, dirinya pun tak tahu.

Sementara itu, di sebuah cafe yang ada di seberang kantor, Axton meminta Shenina untuk memesan makanan, tapi Shenina justru hanya memesan jus buah.

"Kau tidak makan?" tanya Axton heran. "Jangan bilang kau sedang diet!" imbuh Axton mencibir.

Shenina tersenyum kecil, lalu ia menggeleng, "tidak. Udah kurus kayak gini, mau dikurusin kayak gimana lagi?" Elak Shenina sambil terkekeh kecil.

"Lantas, kenapa kau hanya memesan jus buah? Kau tak perlu takut, aku yang akan membayarnya. Jadi pesan saja apa yang kau mau, tak perlu ragu."

"Nggak. Aku lagi nggak mood makan. Minum jus buah justru rasanya lebih menyegarkan."

"Aneh," ejek Axton sambil tersenyum kecil. "Ya sudah, terserah kau saja. Tapi kalau kau ingin sesuatu, pesan saja."

"Terima kasih, Pak."

"Ck ... bisa tidak, kalau di luar, panggil nama saja, tak perlu pak, pak, pak," protes Axton.

"Eh ... "

"Kenapa?"

"Emm ... nggak sih. Cuma ... apa tidak apa-apa?"

"Memangnya kenapa?"

"Bukannya terdengar tak sopan memanggil Anda dengan nama saja?"

Axton kembali berdecak, "santai aja, Shen."

"Baiklah ... Axton."

"Good," seru Axton sambil tersenyum lebar.

Mereka lantas menikmati makan siang mereka berdua sambil berbincang. Namun, Axton menangkap ekspresi tak biasa di wajah Shenina. Wajahnya memerah, seakan menahan sesuatu membuat Axton khawatir.

"Shen, kau ... "

"Pak eh maksudnya Axton, saya pamit ke toilet dulu sebentar," ujar Shenina dengan wajah yang telah memucat.

"Si-silahkan. Apa perlu ku bantu?"

Shenina menggeleng, "ti- ... " Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Shenina pun gegas berlari menuju toilet yang ada di cafe tersebut.

Di dalam toilet, Shenina tak henti-hentinya memuntahkan isi perutnya. Awalnya jus yang ia minum yang keluar, tapi lama-lama hanya cairan saja yang keluar. Kepala Shenina berdentum nyeri, ia bingung kenapa akhir-akhir ini ia sering sakit kepala disertai mual.

Setelah berkumur dan mengelap wajahnya dengan tisu, Shenina pun segera membalikkan badannya untuk segera kembali ke meja mereka tadi. Tapi baru saja membalikkan badan, tiba-tiba ada seseorang yang menanyakan sesuatu yang seketika membuat otak Shenina berputar ke kejadian sebulan yang lalu.

"Miss, maaf, apa Anda punya pembalut?" tanya seorang perempuan yang seketika membuat Shenina terhenyak.

"Pem-pembalut?" beo Shenina.

"Iya, Miss. Saya mendadak kedatangan tamu. Mana saya lupa membawa pembalut. Apa Anda punya?"

Shenina yang memang selalu menyimpan dua buah pembalut di dalam tasnya untuk berjaga-jaga pun memberikan satu pada perempuan itu. Setelah mengucapkan terima kasih, perempuan itu pun bergegas masuk ke dalam salah satu bilik meninggalkan Shenina yang masih mematung sebab jadwal menstruasinya telah lewat 2 Minggu.

"Apa mungkin? Ah, tidak. Semoga saja tidak. Tapi ... bagaimana kalau ... " Shenina gelisah sendiri. Bahkan sampai di meja mereka tadi pun, Shenina jadi seperti orang linglung. Axton sampai khawatir apalagi saat melihat raut wajah Shenina yang makin pucat dari sebelumnya. Axton telah bertanya apa yang terjadi, tapi Shenina bungkam. Setibanya di kantor lantas Axton pun meminta Shenina pulang lebih awal.

"Kau tidak jadi makan?" tanya Axton saat memasuki ruangan Rainero dan ternyata makan siang yang tadi Shenina siapkan tidak disantap Rainero sama sekali.

Rainero mendelik sebal. Entah kenapa ia kesal karena Shenina justru makan siang dengan Axton.

Rainero enggan menjawab. Ia lantas melanjutkan pekerjaannya.

"Minta dia bereskan makanan itu. Aku sudah keburu mual melihatnya," ketus Rainero.

"Maksudmu ... Shenina?"

"Kau pikir siapa?"

"Yah, bisa saja OB atau OG kan?"

Rainero berdecak, "panggil dia, cepat!"

"Biar OG saja yang membersihkannya. Shenina sudah pulang."

"Hah? Tapi ini masih jam kerja."

"Shenina sepertinya sedang tidak enak badan. Kita paksakan dia bekerja pun hasilnya tak akan maksimal," sela Axton sambil berkacak pinggang. Ia kesal sendiri dengan respon Rainero yang seakan tidak memiliki perasaan.

Rainero menghembuskan nafas panjang membenarkan perkataan Axton. Ia pun sebenarnya sedikit khawatir dengan kondisi Shenina. Tapi tak mungkin ia menunjukkan kepeduliannya, bukan. Ingat, Rainero memiliki rasa gengsi yang tinggi. Jadi mana mungkin ia tiba-tiba menunjukkan kepeduliannya. Bisa-bisa perempuan itu merasa tinggi hati, itu pikirnya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Yuli Azhari
untung AZ g bisa msuk
Yuli Azhari
jngn sampe di biarin masuk ke nikahan shenina
Yuli Azhari
semngt teu Thor seneng bngt bacanya🤗💪
Yuli Azhari
waah semngt Thor seneng bngt bacanya dkit" g bersambung jdi g hrs penasaran nunggu trus 💪😊
Yuli Azhari
tmbh seru AZ bacanya😍
Yuli Azhari
suka bngt biasanya baca novel sedikit" bersambung hrs nunggu LG sambungan ceritanya ini udh ku baca panjang bngt ...semng Thor sukses slalu💪😊
Mimin2407
novel kedua yg aq baca Thor, sukses buat authornya
prima yanary
Luar biasa
YNa Msa
punya Selingkuhan
Gina
kalau kami orang Timor Leste padre dan mandre pastor dan suster dalam agama Katolik.
awal saya baca pikir dia anak asuh pastor dan suster,
pada hal tidak.
tapi cerita sangat bagus.
semangat.
Gina
bibit pelakor
Gina
keren novelnya kak.
sukses selalu.
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
Rhea.. dia kembali.. apakah dia kembali membawa kabar baik.. kalau dia hamil anak Theo. Dan ia mendengar kalu Theo masih saja stuk di masa lalu, mencintai wanita lain tanpa menyisakan sedikit saja mencarinya, peduli padanya.. dan akhirnya Rhea terluka dan kecewa untuk kesekian kalinya lagi. Ahhh rumiiit.. pergi jauh aja Deh Rea.
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
Bahagianya... Happy Wedding Mark & Adisti. /Rose//Heart//Heart/
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣hahahahahaha pinkyman. rain rain bisa aja bercandamu..
duuhh Axton lama² kau itu kocak bin konyol dan absurd ya setelah menikah ma Gladys. /Joyful//Joyful//Facepalm//Facepalm/
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
widiww moge sportnya keren cuyy 😎😎😋
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
hahaahahaha setuju banget Adisty. kang soang yang absurd tapi ganteng bin kaya raya /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Facepalm//Facepalm//Good//Good//Good/ aduhh hidupmu bakal nyaman penuh warna Dis. wkwkwk
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
uwiwwww wow aku suka aku suka banget.. seru malahan kk othor.. makin asyik malah ceritanya selang seling kayak pelangi penuh warna. 😍😍😍🤩🤩😂😂😂🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😌😌😌🙄🙄 Yasalam bengek konyol abis kau Rainero
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🎀
awokk.. dunia serasa milik berdua. lainnya ngontrak /Speechless//Speechless//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!