Anak Genius Milik CEO

Alex menepati janjinya. Dia hanya duduk di sebelah Bella. Namun, tak mengganggu pembicaraan Bella dengan Arga. Hati Arga terasa sakit, kala melihat kedekatan Bella dengan Alex. Bertahun-tahun dia menanti, kini dia harus merasakan patah hati.

Setelah berbincang cukup lama. Akhirnya Bella dan Arga ingin menemui Berli.

"Aku ikut. Aku ingin mendampingi kamu. Agar Berli lihat kedekatan kita," ucap Alex.

Bella sempat melirik ke arah Arga, ada perasaan tak enak di hatinya. Melihat Arga yang memalingkan wajahnya, Bella akhirnya mengizinkan Alex untuk ikut bersama dirinya.

Dugaan mereka benar. Berli begitu terkejut, saat melihat Bella datang bersama Alex. Namun akhirnya, dia berusaha untuk berpikir positif. Mengira, kalau Alex datang karena ingin menolongnya.

"Al, akhirnya kamu datang menengokku. Pasti kamu ke sini, karena merindukan aku 'kan? Apa kamu bisa menolong aku terbebas dari sini? Aku tak bersalah. Tapi, saudara tiriku menuduhku. Setelah aku terbebas dari sini, kita bisa menikah," ucap Berli dengan wajah memohon iba. Dia terlihat berpura-pura menunjukkan wajah sedih.

Alex dan Bella tersenyum sinis. Percaya diri sekali Berli. Padahal Bella sudah tahu, kalau Alex tak pernah mencintai Berli. Tapi, Berli 'lah yang mengejar-ngejar Alex.

"Percaya diri sekali kamu. Memangnya, kamu ini siapa berkata demikian? Selama ini kamu pun tahu, kalau aku tak pernah menyukai kamu. Dasar wanita licik! Untung saja aku tak sampai terjebak denganmu. Aku sudah tahu semuanya, dan kamu pantas menerima hukuman ini. Kedatangan aku ke sini, untuk mengucapkan terima kasih kepadamu. Jika kamu tak menjebak Bella malam itu, aku tak akan pernah bisa bertemu wanita yang sempurna seperti saudara tirimu itu," jawab Alex sinis.

"Ma--maksud kamu apa?" tanya Berli memastikan. Wajahnya terlihat pucat.

"Aku sudah tahu semuanya. Jangan berpura-pura bodoh! Asal kamu tahu, laki-laki yang merenggut kehormatan saudara tirimu itu adalah aku. Aku adalah Papi dari kedua anak yang di lahir 'kan Bella. Selama ini kamu sudah merebut semuanya dari Bella. Kini saatnya kamu mempertanggungjawabkan perbuatan kamu selama ini. Aku sangat mencintai Bella, dan akan segera menikahi dia," sahut Alex membuat mata Berli membulat sempurna. Dia merasa syok, tak percaya.

"Argh, brengsek! Selalu saja kamu lebih unggul. Aku membenci kamu, Bella. Awas aja. Setelah aku bebas, aku akan membalas kalian!" Kata Berli dengan sangat marah.

Berli terlihat histeris, berteriak seperti orang tak waras. Dia merasa tak terima dengan kekalahan ini. Berli merasa kecewa.

"Selamat menikmati hidup di balik jeruji. Semoga kamu bisa berubah menjadi sosok pribadi yang lebih baik," ucap Bella.

"Cukup! Aku tak butuh nasehat dari kamu. Pergi kalian dari sini! Aku benci kamu," pekik Berli. Dia mengusir mereka.

Kasus Berli sudah Bella serahkan ke kuasa hukum Bella yang tak lain Arga. Karena Bella harus ke Paris mengurus kepindahan sekolah kedua anaknya. Dia juga harus mengurus usahanya di sana. Mendengar Bella akan pergi, Alex tentu saja menjadi gelisah. Meskipun Bella sudah mengatakan, alasan dia pergi sementara meninggalkan Indonesia. Dia pun tak tega meninggalkan daddy-nya terlalu lama. Setelah urusan kehidupan pribadinya selesai, Bella akan mulai mengurus pengobatan daddy-nya. Dia berharap, daddy-nya bisa berjalan normal kembali.

"Maaf ya Kak, aku sudah merepotkan Kakak," ucap Bella.

"Rencananya, kamu berapa lama di sana? Apa kamu membawa kedua anak kamu juga ke sana?" tanya Arga. Sesungguhnya, ingin sekali dia berbincang hanya berdua dengan Bella.

"Secepatnya, Kak. Setelah urusan aku di sana selesai, aku akan segera kembali. Kedua anakku tak mungkin tak sekolah terus menerus. Aku harus secepatnya menyekolahkan dia kembali," jawab Bella dan Arga tampak menganggukkan kepalanya.

"Apa kamu bisa pergi meninggalkan kamu berdua? Ada pembicaraan yang harus kami bicarakan berdua. Sebaiknya, kamu pulang saja duluan. Biar nanti Bella saya yang antar pulang." Arga berkata kepada Alex.

Tentu saja Alex tak akan membiarkan hal ini.

"Dia calon istri saya! Saya tak akan membiarkan kamu berduaan sama dia," sahut Alex ketus.

"Dasar laki-laki egois! Dulu kamu ke mana? Giliran sekarang, mengejar-ngejar dia. Saya harap Bella bisa mempertimbangkan hal ini. Kalau Anda pernah meninggalkan dia, dan menyuruhnya berjuang sendiri," sindir Arga.

"Brengsek!" Alex sudah mengepalkan tangannya. Ingin sekali dia memberikan bogeman di wajah Arga. Namun, Bella melerainya.

"Kalian ini apa-apaan sih? Seperti anak kecil saja! Kalian tak berhak mengatur hidupku. Aku hanya ingin hidup bersama kedua anakku," ucap Bella tegas.

Bella pamit pulang. Dia tak ingin membiarkan kedua anaknya menunggu dia terlalu lama. Lagipula, besok dia berencana untuk pulang ke Paris. Arga merasa kesal, melihat Bella pulang bersama Alex. Selama perjalanan, Bella terlihat hanya diam.

"Aku akan ikut bersama kamu ke Paris," ucap Alex membuka pembicaraan, membuat Bella langsung menengok ke arahnya.

"Kamu hanya papi dari kembar. Tak berhak mencampuri kehidupan aku. Tunggu saja kami datang kembali. Secepatnya aku kembali. Setelah itu, aku akan mencari sekolah untuk mereka," jawab Bella tegas.

"Kamu itu calon istriku. Kita harus menikah. Mereka membutuhkan akta kelahiran untuk mereka daftar sekolah. Apa kamu sudah lupa, ini Indonesia. Administrasi seperti itu sangat dibutuhkan," jelas Alex.

Bella terdiam. Sesungguhnya, dia masih menaruh rasa sakit hati atas apa yang Alex lakukan dulu padanya. Namun, di satu sisi apa yang dikatakan Alex memang benar adanya.

"Em, baiklah. Kita akan menikah. Tapi, ada syaratnya. Pernikahan kita hanya sebuah status. Hanya untuk persyaratan membuat akta kelahiran mereka. Kamu tak boleh menyentuhku. Setelah tiga bulan, kita akan bercerai. Gimana?"

Ya Tuhan, mana bisa seperti itu. Meskipun dia dulu seorang laki-laki yang brengsek. Dia tak ingin mempermainkan pernikahan ini. Terlebih dirinya sudah sangat mencintai Bella. Dia juga tak yakin, untuk tidak menyentuhnya lagi. Baru berdekatan saja, miliknya sudah bereaksi. Sungguh menyiksanya.

"Kamu gila? Di mana-mana, laki-laki yang akan mengatakan demikian. Bagiku, pernikahan adalah momen yang sakral. Aku tak ingin mempermainkan pernikahan. Aku harap kamu bisa mempertimbangkan hal ini. Apa kamu tak ingin melihat kedua anak kita merasa bahagia? Karena kita bisa berkumpul bersama. Aku akan membelikan kamu sebuah rumah, sebagai hadiah pernikahan kita. Ayolah, Bel! Jangan berkeras hati. Aku dulu memang salah. Aku mohon padamu, jangan hukum aku seperti ini! Kamu begitu menyiksaku," jawab Alex.

"Ya sudah, kalau kamu tak mau. Aku tak akan memaksa kamu! Aku akan menuliskan namaku saja di akte kelahiran. Dia anakku. Aku yang mempertahankan dia, dan membesarkan dia."