Masa lalu Nikita sangatlah kelam, dia hamil di luar nikah pada saat SMA oleh kekasihnya sendiri. Namun, sang kekasih yang bernama Mario itu tiba-tiba pergi menghilang tanpa kabar sama sekali bahkan dia tidak tahu kalau Nikita hamil.
Kehidupan Nikita sangatlah menyedihkan, beruntung kedua orang tua Nikita bisa menerimanya dan memberikan semangat kepada Nikita sehingga Nikita bisa meneruskan kehidupannya dengan baik.
Tapi pada saat Nikita sudah hidup tenang, tiba-tiba sang mantan kekasih datang kembali.
Akankah Nikita dan Mario bersatu, lalu hidup bahagia dengan ikatan pernikahan? dan apa alasan Mario dulu sampai meninggalkan Nikita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Kebersamaan Mario Dan Loli
"Sayang, kamu sudah bangun? maaf ya, pasti Bunda sudah mengganggu tidur kamu," seru Nikita dengan menghampiri Loli.
"Bunda, dia siapa?" tanya Loli dengan menunjuk ke arah Mario.
"Ah, ini teman Bunda, sayang," sahut Nikita gugup sembari menghampiri Loli.
"Loli, lihatlah ini untukmu," seru Mario dengan memperlihatkan paper bag besar itu.
"Wah, boneka, ini semua untuk Loli?" tanya Loli dengan mata berbinar.
"Iya sayang, ini semua untukmu," sahut Mario.
Loli terlihat sangat bahagia, dia pun tanpa disangka memeluk Mario membuat Mario terdiam mematung. "Terima kasih, Om."
Mata Mario berkaca-kaca, dengan tangan bergetar dia pun membalas pelukan putrinya itu bahkan Nikita sampai meneteskan air matanya namun dengan cepat dia menghapusnya. Loli melepaskan pelukan Mario dan menatap Mario dengan tatapan polosnya lalu membelai pipi Mario dengan tangan mungilnya itu.
"Om, tampan sekali. Loli ingin sekali punya Ayah seperti Om," seru Loli dengan polosnya.
"Kamu boleh kok memanggil Om dengan sebutan Ayah," sahut Mario.
"Benarkah? Loli boleh panggil Om dengan sebutan Ayah?" mata Loli berbinar meminta persetujuan dari Mario.
"Boleh banget," sahut Mario dengan deraian air mata.
"Kok Ayah menangis?" tanya Loli dengan menghapus air mata Mario.
"Coba panggil Ayah lagi," pinta Mario.
"Ayah."
"Sekali lagi, Nak."
"Ayah, jangan menangis," seru Loli.
Mario sangat bahagia, dia pun kembali memeluk Loli dan air matanya semakin deras mengalir.
"Maafkan Ayah, Nak," lirih Mario.
Kasih menghampiri Nikita dan memeluk Nikita yang sama-sama meneteskan air mata. "Pada akhirnya ikatan batin seorang anak dan Ayah akan mempertemukan keduanya," seru Mama Kasih.
Setelah cukup lama berpelukan, Loli pun mengajak Mario untuk masuk ke dalam kamarnya dan menemaninya bermain. Tentu saja, dengan senang hati Mario mengikuti Loli. Keduanya bermain dengan riang gembira, bahkan Loli terlihat tertawa terbahak-bahak membuat Nikita dan Kasih ikut tersenyum.
"Kapan kamu mau memberitahukan kalau Mario memang Ayahnya," seru Mama Kasih.
"Nanti sajalah Ma, untuk saat ini bukan waktu yang tepat tapi secepatnya Niki akan segera memberitahukan Loli," sahut Nikita.
"Lebih cepat lebih baik, bagaimana pun Mario adalah Ayah kandungnya dan Loli harus tahu itu," seru Mama Kasih.
"Iya, Ma. Kalau begitu Niki cuci baju dulu, biarkan keduanya main sepuasnya."
Nikita pun mengambil cucian kotor dan segera membawanya ke kamar mandi, sedangkan Kasih memilih masuk ke dalam kamarnya. Mario dan Loli semakin dekat, bahkan kebahagiaan Mario sangat terasa kala pada akhirnya dia bisa memeluk dan mencium putrinya itu.
"Ayah janji akan melindungimu, Nak. Ayah tidak takut kehilangan semuanya, yang penting Ayah bisa berkumpul denganmu dan Nikita," batin Mario.
2 jam pun berlalu, Nikita baru saja selesai menjemur cuciannya. "Kok, sepi? Mario dan Loli ke mana?" gumam Nikita.
Nikita pun membuka pintu kamar Loli dan betapa terkejutnya dia saat melihat keduanya sudah tertidur dengan lelap. Loli tidur di atas lengan Mario, Nikita memperhatikan keduanya sungguh hatinya berdesir melihat pemandangan seperti itu. Nikita sangat bahagia, andaikan orang tua Mario tidak membencinya mungkin saat ini mereka sudah menjadi keluarga kecil yang bahagia.
Perlahan Nikita membereskan mainan yang sudah berserakan di lantai itu. "Loli terlihat sangat bahagia," gumam Nikita.
Setelah selesai membereskan mainan, Nikita memutuskan untuk keluar dan membiarkan kedua orang yang dia sayangi tertidur. Nikita menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, Nikita mulai menguap dan pada akhirnya Nikita pun ikut tertidur juga. Sementara itu, Indah kembali ke rumah Mario dengan raut wajah kesal dan sedihnya.
"Siang, Tante, Om," seru Indah lemas.
"Loh, Mario mana? kenapa kamu terlihat lemas dan sedih seperti itu?" tanya Daddy Teo.
"Mario meninggalkan Indah di tengah jalan, katanya dia mau kembali ke kantor karena sedang banyak pekerjaan," sahut Indah dengan wajah sedihnya.
"Apa! terus kamu pulang dengan siapa?" tanya Daddy Teo kembali.
"Tadi Mario menghubungi sopir pribadinya dan Indah pulang bersama sopir pribadi Mario," sahut Indah.
"Astaga, anak itu," geram Daddy Teo.
"Sayang, lebih baik sekarang kamu istirahat dulu sepertinya kamu lelah sekali," seru Mommy Metha.
"Indah memang lelah, Tante. Ya sudah, kalau begitu Indah istirahat dulu," seru Indah.
Indah pun masuk ke dalam kamar tamu, sedangkan Teo merasa sangat geram sekali atas kelakuan putranya itu. "Mario benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya dia membuat Indah sedih seperti itu," geram Daddy Teo.
Teo pun mengutak-atik ponselnya dan menghubungi kantor, tapi berapa terkejutnya dia saat mendengar kalau Mario tidak ke kantor hari itu.
"Kurang ajar, kemana Mario pergi?" geram Daddy Teo.
"Ada apa, Dad?" tanya Mommy Metha.
"Mario tidak ada di kantornya, kemana dia?" sahut Daddy Teo.
Teo pun memanggil sopir pribadi yang selama ini selalu menemani Mario dan menanyakan kemana biasanya Mario pergi. Sang sopir awalnya bingung karena Mario selalu melarangnya untuk memberitahukan semuanya kepada Teo tapi aura Teo justru lebih menakutkan dibandingkan Mario membuat sang sopir merasa sangat ketakutan. Akhirnya dengan terpaksa, dia pun memberitahukan kemana biasanya Mario pergi.
"Antarkan saya ke sana sekarang juga!" titah Daddy Teo.
"Ba-baik Tuan."
Sopir itu pun mengantarkan Teo ke rumah Nikita, tidak membutuhkan waktu lama mereka pun sampai. Benar saja, Teo melihat kalau mobil Mario sudah ada di sana.
"Ini rumah siapa?" tanya Daddy Teo dingin.
"Sekertaris Pak Mario, Tuan."
"Sekertaris?" Teo mengerutkan keningnya, dia pun kembali menghubungi orang kepercayaannya dan menyuruh dia untuk memberikan biodata sekertaris Mario.
"Kita kembali ke rumah," seru Daddy Teo.
"Baik, Tuan."
Di tengah-tengah perjalanan, Teo mendapat pesan dari orang kepercayaannya dan betapa terkejutnya Teo saat melihat siapa yang selama ini menjadi sekretaris Mario. "Kurang ajar, ternyata wanita ini belum kapok juga," geram Daddy Teo dengan mengepalkan kedua tangannya.
Mario mulai meregangkan tangannya. "Astaga, aku ketiduran," batin Mario.
Mario memindahkan kepala Loli secara perlahan karena takut putrinya itu bangun. Mario melihat jam yang melingkar di tangannya dan ternyata sudah menjelang sore. Mario keluar dari kamar Loli dan terlihat Kasih sedang masak.
"Tante, sepertinya Mario harus pulang dulu sudah sore juga takutnya Om pulang dan marah jika melihat Mario ada di sini," seru Mario.
"Tunggu, Tante bangunkan Niki dulu."
"Jangan Tante, kasihan. Gak apa-apa, nanti Tante tinggal bilang saja sama Niki dan Loli," seru Mario melarang Kasih untuk membangunkan Nikita.
"Ya sudah, kamu hati-hati ya di jalan," seru Mama Kasih dengan mengusap pundak Mario.
"Terima kasih, Tante karena Tante sudah mau menerima dan memaafkan Mario."
"Sama-sama Nak, bagaimana pun kamu adalah Ayah kandung Loli dan Tante tidak mungkin memisahkan anak dan juga Ayahnya," sahut Mama Kasih.
Mario menyunggingkan senyumannya. "Kalau begitu, Mario pamit dulu."
Mario mencium punggung tangan Kasih dan akhirnya pamit.
baru tahu kan sekarang kamu Teo,kl menantu mu tuh jahat
.q tunggu cerita barunya🤗😘