NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Model / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sebuah Kata

Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.

Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.

Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.

Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?

Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.

Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.

Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Annisa Dan Zulaikha

Hari ini matahari tampak bersinar terang hingga siang ini terasa sedikit panas dan seorang gadis tengah duduk didepan laptop yang menyala sembari membolak balikkan kertas yang ada didepannya.

Annisa, gadis itu kini berada di toko baju tempat dirinya bekerja seraya melanjutkan skripsinya yang kini sudah berada dibab 3, Annisa punya target untuk lulus 3,5 tahun dan itu bisa dia capai jika dia fokus mengerjakan skripnya.

Annisa memegang kepalanya yang sedikit terasa berat dan menatap kertas putih yang sudah tak beraturan didepannya, hari ini toko juga sepi, tidak seperti biasanya yang rami dipenuhi pengunjung.

Annisa memejamkan matanya, "Ya Rabb, bantu hamba untuk menyelesaikan ini semua, hamba yakin engkau selalu bersama hamba." batinnya kembali membuka mata sembari melihat keliling toko.

Hari ini Annisa menjaga toko sendirian karena beberapa karyawan sedang izin makan siang, dan dirinya memilih untuk puasa sunah dihari senin.

Annisa merasa sedikit lelah dengan skripsinya, gadis itu menutup laptop serta kertasnya dan memasukan kedalam tas miliknya. Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, Annisa dikagetkan dengan kedatangan seseorang.

"Assalamualaikum mba," salamnya yang kini berada didepan meja kasir tempat Annisa duduk.

"Waalaikumsalam, sebentar ya mbak," balas Annisa yang masih sibuk dengan tasnya.

"Baik mba," balas wanita itu yang kini berdiri membelakangi Annisa.

"Maaf lama mba, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya yang kini juga sudah berada dibelakang wanita itu.

Wanita dengan gamis syar'i berwarna navy itu berbalik badan menghadap Annisa.

Deg

Kejadian waktu itu kambali berputar diingatan Annisa saat bertemu dengan Zulaikha. Hatinya merasa sakit sekaligus bahagia bisa bertemu langsung dengan wanita sholeha itu akan tetapi Annisa hanya manusia biasa yang memiliki rasa tidak ikhlas jika seseorang yang dia cintai menikah dengan orang lain.

Annisa sadar bahwa dirinya dan Habibi tidak akan pernah bersama, hanya saja gadis itu masih bermimpi jika takdir akan berpihak kepadanya dan dia akan hidup bahagia bersama Habibi, membangun rumah tangga yang samawa dan memiliki anak- anak yang lucu.

Annisa membayangkannya saja sudah dibuat terbang apalagi jika benar itu terjadi, mungkin dia akan menjadi wanita paling beruntung dimuka bumi ini akan tetapi kenyataannya Habibi yang dia cintai akan menikah dengan Zulaikha dan akan memiliki anak-anak yang lucu, Zulaikha akan mengajarkan anak-anaknya mengaji dan memasak makanan untuk keluarga kecilnya.

Zulaikha dan Habibi juga akan mengaji bersama setelah shalat magrib dan tahajud sempurna sekali keluarga kecil mereka, begitulah pikir Annisa saat ini jauh dari dirinya yang tidak akan bisa mengajarkan anak-anaknya mengaji yang benar sedangkan dirinya sendiri masih belajar mengaji.

Annisa tersenyum miris menatap kehidupannya yang krisis agama jauh berbanding terbalik dengan wanita didepannya.

"Mba," panggil Zulaikha saat Annisa hanya diam dan melamun.

"E-eh maaf, mbanya ngomong apa barusan? Maaf saya kurang fokus." balasnya saat sadar dari lamunan.

Zulaikha tersenyum ramah, "Saya mau membatalkan pesanan saya." ulangnya.

Annisa mengerutkan dahinya bingung,"Maksud mbanya?"

Zulaikha kembali tersenyum, kali ini senyumnya mengisyaratkan luka, "Pernikahan saya ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan, jadi saya mau membatalkan pesanan saya, untuk biaya yang udah saya bayar diawal biarkan saja." jelas Zulaikha kembali menampar keras Annisa.

Apa pernikahan itu ditunda karena dirinya?

Annisa sempat berfikir seperti itu, karena sebelum itu Annisa dan Habibi sempat bertemu dan pria itu tau jika Annisa mencintainya.

"Apa karena aku, pernikahannya ditunda?" batinnya.

Sedikit percaya diri, akan tetapi memang begitu adanya, Annisa memiliki pengaruh terhadap pembatalan pernikahan ini dan jika saja Zulaikha tahu siapa Annisa sebenarnya mungkin Zulaikha akan menendang gadis mungil itu ketengah jalan.

"M-maaf mba, jangan dibatalkan, mba bisa ambil pesanan mba kalau pernikahan mba kembali dilanjutkan." sarannya.

Apa ini? Gadis mungil itu tengah merasa dilema antara senang dan sedih. Perasaan senang itu muncul ketika dirinya tahu akan pernikahan sang pujaan hati yang ditunda namun Annisa juga wanita yang memiliki perasaan iba terhadap Zulaikha.

Setiap wanita pasti menantikan pernikahan yang selama ini dia inginkan apalagi menikah dengan seseorang yang tampan dan paham agama itu adalah impian setiap wanita yang ingin membangun rumah tangga yang dipenuhi hiasan relegius.

Sekali lagi, gadis ayu didepan Annisa kembali tersenyum ramah, "Tidak mba, saya akan datang kesini lagi jika pernikahan ini dilanjutkan, karena saya telah jatuh cinta sama model gaun yang ada di toko ini, hanya saja saya belum tau kapan hal itu terjadi."

Annisa menatap wajah ayu Zulaikha yang tengah menunduk sembari menautkan jari-jarinya, Annisa memberanikan diri memegang pundak wanita didepannya, "Mba yang sabar ya, saya yakin Allah punya hadiah yang indah buat mbanya." ucap Annisa berusaha menguatkan walau dihatinya yang paling dalam dia juga butuh seseorang untuk menguatkannya akan takdir yang tidak berpihak kepadannya.

Zulaikha yang merasa nyaman diberi saran oleh Annisa berbalik memeluk tubuh mungil gadis itu dengan air mata yang tak bisa lagi Ia tahan. Pertahanan Zulaikha runtuh ketika itu, sedangkan Annisa yang mendapat pelukan secara tiba-tiba hanya bisa membeku karena tidak tau harus bereaksi seperti apa.

Perlahan Annisa membalas pelukan Zulaikha dan mengusap penuh lembut pundak wanita ayu itu, "Saya ragu untuk melanjutkan pernikahan ini mba," serunya dengan diakhiri isakan.

Annisa melonggarkan pelukkan mereka dan menatap keatas melihat wanita yang lebih tinggi darinya sedang menangis, gadis mungil itu menangkup wajah Zulaikha dengan kedua tangan mungilnya dan membantu menghilangkan cairan bening itu.

Hati Annisa juga teriris ketika melihat wajah ayu itu terluka, dirinya memang tidak tahu pasti apa yang membuat pernikahan itu ditunda tapi hatinya mengatakan ada hubungannya dengan pertemuan beberapa waktu itu, "Mba, aku tau kalau mba pasti paham semuanya, jauh daripada aku yang hanya gadis biasa. Maaf mba, bukan maksud aku menceramahi mba, hanya saja aku pengen mba tahu bahwa Allah gak akan menguji seorang hamba diluar batas kemampuan hambanya dan Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang ada"

"Mba, takdir Allah itu tidak pernah salah, mba itu manusia pilihan yang Allah pilih untuk menjalankan ujian yang saat ini menimpa pernikahan mba. Jika mba ragu, maka kembali memohon lah kepada Allah sesungguhnya semua jawaban ada pada yang kuasa, jika mba memutuskan tanpa melibatkan Allah yang ada mba menyesal. Aku yakin mba lebih paham daripada aku, maaf mba jika aku lancang." ucapnya membuat Zulaikha terdiam dan kembali menangis.

Wanita ayu itu telah melupakan bahwa ada Allah yang akan selalu menolongnya dalam setiap kesulitan, dan kenapa dirinya lupa saat masalah terasa berat untuk Ia pikul. Seharusnya Zulaikha lebih menyadari hal itu, bahwa Allah tidak akan memberi masalah kepada seorang hamba jika hamba itu tidak mampu melewatinya.

Katakan saya saat ini gadis mungil itu sudah bijak dalam menghadapi sesuatu, apa itu karena Habibi atau karena pendewasaan yang dipaksa oleh keadaan?

Biarkanlah, lebih baik begitu bukan?

Setiap orang memiliki sisi baiknya masing-masing, tergantung bagaimana mereka melihat sisi baik itu dan tergantung bagaimana cara mereka mempraktekan sisi baik yang mereka punya.

Zulaikha menarik nafasnya panjang dan membuangnya dengan pelan, wanita ayu itu menghapus air mata yang mengalir dipipi merahnya, "Terima kasih ya, maaf kalau boleh tau nama kamu siapa?" tanyanya setelah merasa tenang.

Annisa tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya hingga cacat indah diwajahnya terlihat menawan, " Panggil aku Nisa mba," balasnya.

Zulaikha mengangguk, "Icha, aja gimana?" tanyanya lagi, baginya nama Annisa itu cocoknya dipanggil Icha jadi dia akan memakai nama Icha untuk memanggil Annisa.

Annisa mengangguk, tidak ada yang salah karena memang ada sebagian orang yang memanggilnya Icha salah satunya Bisma.

Bisma?

Sudah cukup lama Annisa tidak bertemu pria itu di kampus, apa Bisma sakit?

Ets, ngapain mikirin Bisma, biarkan saja.

"Icha, makasih ya, kalau gak ada kamu mungkin aku udah stress mikirin semuanya, dan aku juga mungkin bakal menyalahkan takdir yang kuasa, aku bersyukur kita bisa bertemu dan aku harap kedepannya kita bisa menjadi teman atau mungkin sahabat?"

Annisa mendengarnya saja merinding, bukan apa-apa bagaimana bisa dia menjadi sahabat dari calon istri sang kekasih idamannya? Bagaimana bisa dirinya akan terus melihat keromantisan Habibi bersama Zulaikha? Dan bagaimana sanggup Annisa main bersama anak-anak Zulaikha nantinya?

Sungguh, ini adalah neraka bagi hati gadis mungil itu akan tetapi jika dirinya menolak mungkin Annisa akan termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi karena menjauhi manusia sholeha seperti Zulaikha.

Bukankah didalam islam teman juga merupakan sumber kebaikan dan islam juga mengatur cara tentang pertemanan?

Sungguh, gadis mungil itu bingung sekarang namun, kepalanya tetap mengangguk mengiyakan ajakan Zulaikha yang mengajaknya menjadi teman ataupun sahabat. Biarkan saja hatinya terluka, toh semua akan berakhir juga.

Pasrah?

Sepertinya iya, gadis itu pasrah dengan takdir yang mempermainkan dirinya, sungguh ini jauh lebih menyakitkan ketimbang melihat mantan jalan dengan pacar barunya.

Zulaikha memberikan kartu namanya kepada Annisa berharap mereka bisa saling berkabar via whattsap.

"Huft, kalau begitu aku pamit pulang dulu ya, Cha, kapan-kapan aku main kesini lagi." ucap Zulaikha yang hendak pulang.

Annisa tersenyum kikuk, saat mengingat dirinya bakal menjadi teman Zulaikha, "I-iya mba, hati-hati ya." balas gadis itu gugup.

Zulaikha tersenyum dan mengangguk, "Jangan lupa hubungi nomor aku yang ada disana, aku pulang dulu, Assalamualaikum." ucapnya berlalu pergi setelah Annisa menjawab salamnya.

Zulaikha keluar dari toko dengan wajah bahagia dan lega, setidaknya sedikit masalahnya berkurang karena telah bercerita pada Annisa, gadis mungil yang baru saja dirinya temukan dan kini menjadi sahabatnya.

Dari kejauhan, seorang pria yang tengah duduk didalam mobilnya melihat Zulaikha penuh tanya, "Apa yang dia lakukan disini?" monolognya saat melihat wanita berparas ayu itu keluar toko.

"Dia bahagia? Apa jangan-jangan dia memang tidak menginginkan pernikahan itu?" asumsinya lagi.

Pria itu terus saja melihat gerak gerik Zulaikha sampai wanita itu menghilang dari area toko. Setelah itu pria dengan koko bewarna coklat muda yang terpasang dibadannya menambah kesan ketampanan nya.

Pria itu berjalan memasuki toko dan menemukan Annisa yang sedang memijit kepalanya yang semakin terasa sakit dan berat, kehadiran pria itu belum disadari oleh Annisa dirinya sibuk dengan memijit kepala berharap sakitnya akan menghilang.

Annisa merasa kepalanya tidak mengalami pengansuran, dia meraih ponsel didepannya dan menekan nomor salah satu karyawan yang tadi izin makan siang tapi sampai sekarang belum kembali padahal makan siang sudah berakhir sepuluh menit yang lalu.

Langkah pria itu terhenti saat suara serak Annisa terdengar, "Assalamualaikum mon, kamu jam berapa ke toko?" tanyanya pada gadis disebrang sana.

"Oke, cepat ya mon, soalnya aku mau izin pulang kepala aku sakit banget." lanjut Annisa.

"Iya, hati-hati, assalamualaikum." panggilan pun berakhir dan pria itu mengurungi niatnya memasuki toko kembali keluar.

Beberapa menit setelah itu dua gadis yang bisa ditebak itu adalah rekan kerja Annisa baru saja datang dan bergegas masuk. Mereka membawakan Annisa air mineral dan beberapa obat-obatan.

"Cha, kepalanya masih sakit?" tanya Mona saat sudah berada didepan Annisa yang tengah menyandarkan kepalanya diatas meja dengan bertumpu pada lipatan tangannya.

Annisa mengangkat kepalanya, "Kok ga baca salam dulu?" tanyanya heran.

Mona cengengesan mendengar itu, dirinya lupa mengucap salam karena ikut panik, "Maaf, Assalamualaikum Ichanya aku, kepalanya masih sakit?" ulangnya membuat Annisa tersenyum karena tingkah rekan kerjanya.

"Iya Mon, aku rencananya mau pulang, kamu sama Riri gak papa aku tinggal?"

Mona dan Riri mengangguk, "Gak papa Cha, kamu istirahat dulu aja, biar toko aku sama Mona yang urus." sahut Riri.

Annisa mengangguk dan hendak membereskan barang-barangnya, "Eh Cha, ini ada air mineral sama obat, kamu minum gih biar cepat sembuh." Mona menyodorkan kantong plastik bewarna putih kearah Annisa.

Annisa tersenyum dan menerima kantong itu, "Setelah buka puasa aku minum ya, btw terima kasih anak baik." ucapnya.

Mona melirik Riri, "Kamu masih puasa? Gak mau batalin aja?" tanyanya.

Annisa menggeleng, "Cuman pusing doang, kenapa harus batalin puasa? Dibawa tidur juga hilang." ucap Annisa.

"Yaudah deh, tapi jangan lupa minum obatnya." ucap Mona dan Riri.

Annisa mengangguk, dan berjalan keluar toko setelah berpamitan dengan Mona dan Riri. Gadis mungil itu sepertinya kelelahan karena terlalu memaksakan diri untuk mengerjakan skripsi dan bekerja hingga lupa menjaga kesehatan.

Annisa berdiri didepan halte menunggu bus datang, namun sudah hampir lima belas menit bus yang ditunggu belum juga nampak. Kepala gadis itu semakin berat hingga membuat matanya juga terasa panas, "Semoga aku kuat." batinnya.

"Ini, buat kamu." satu paperbag kecil muncul didepan wajah Annisa yang sudah merah padam. Gadis itu menatap heran paperbag yang tiba-tiba melayang didepan wajahnya.

1
Zulfa Ir
Ceritanya mendidik untuk menerima takdir Allah
aca
hadeh sabar
aca
lanjut
Capricorn 🦄
k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!