Rhea tak pernah berpikir bahwa dia akan menjalani biduk rumah tangga bersama pria yang telah menyelamatkan adik nya. Edgar, pria misterius dengan identitas ganda yang terlibat skandal kumpul kebo dengan Rhea akibat kecemburuan dan jebakan tetangga jahat di komplek kediaman Rhea, harus menikah dengan Rhea setelah dijebak tidur satu malam dengan gadis itu.
Identitas Edgar yang tidak biasa mempersulit keadaan, sedang Rhea sendiri memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Semuanya terkuak perlahan-lahan bersama dengan perjalanan cinta mereka yang mengejutkan.
Mereka memiliki dendam yang sama terhadap seorang wanita yang telah menghancurkan kehidupan mereka.
Benih-benih cinta tumbuh tanpa di sadari.
" Aku tidak percaya cinta! aku tidak akan pernah jatuh cinta!" ucap Edgar yang tanpa sadar menatap Rhea penuh cinta.
"hahahah... apa itu cinta? sejak aku lahir aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti!" ucap Rhea sembari menyiapkan bekal penuh rasa cinta untuk suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 19
Mereka berdua masuk ke ruangan Ahin, anak laki-laki itu masih menutup matanya, sekujur tubuhnya dibalut dengan perban, kakinya mengalami patah tulang dan beberapa luka fatal di titik vital tubuhnya.
"Ahin!!" Rhea menghampiri adiknya, masih berusaha menyembunyikan kesedihannya, dia tersenyum sambil menggenggam jemari adiknya yang penuh dengan luka.
"Mengapa ini bisa terjadi pada anak sebaik dirimu sayang, maafkan kakak tidak peka akan masalahmu," ucap Rhea sambil menatap adiknya dengan penuh kesedihan.
"Kalau kau terus menangis, kau akan benar-benar jadi ikan buntal Rhea," ucap Edgar seraya menepuk kepala Rhea.
"Hahaha...." Tawa seseorang membuat Edgar dan Rhea terdiam membeku. Kedua mata mereka tertuju pada Ahin yang ternyata sudah sadarkan diri!
"Ahin!!"
Rhea dan Edgar sangat senang saat melihat Ahin sadar begitu cepat.
"Kak Rhea hahahha... Wajah kakak seperti ikan buntal hahhahaha... Bibirnya juga jadi dower hahahah... Dasar kakak cengeng... Hahaha.. "
"Adudududuhhh... Sakit..... Sshhh... Anak-anak bodoh itu memukuliku dengan berkelompok, coba saja one by one, mereka pasti sudah habis di tanganku!" Celetuk Ahin dengan tawa renyah khas miliknya.
"Ahin!!" Pekik Rhea yang tak kuasa menahan tangisannya, dia memeluk Ahin dengan erat sampai anak itu berteriak kesakitan.
"Aduuuhhh kakkk sakit tahuuuu.... Arkrhhh... Badanku remuk malah kakak peluk kuat-kuat!!" Protes Ahin yang kesakitan bukan main.
"Yahhh maaf... Habisnya kamu ejek Kakak terus, udah sakit masih bisa meledek kakak, kamu tahu sebesar apa rasa takut kakak hah!?"
"Kakak gak sanggup Ahin, kakak pikir kakak akan kehilangan kamu!!" Ucap Rhea dengan nada meledak-ledak, dia benar-benar marah dan kesal saat ini.
Ahin tersenyum, dia dengan tangan yang masih lemah, menggenggam lembut jemari kakaknya sambil menatap Rhea dengan dalam.
"Jangan nangis kak, Ahin baik-baik saja," ucapnya.
Rhea menekuk wajahnya dengan air mata berlinang, sedih dan bahagia bercampur jadi satu. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa sang adik. Melihat reaksi Ahin dan senyuman di bibirnya yang pucat, hati Rhea sedikit lebih tenang.
"Adikku sayang.... Maafkan kakak tidak peka, maaf ya... Kakak gak tahu kalau kamu mengalami semua ini... Maaf sayang," ucap Rhea penuh penyesalan.
Ahin mengusap lembut pipi kakaknya," ini bukan salah kakak, maaf Ahin gak terbuka, Ahin gak ingin lihat kakak menangis seperti ini," ucapnya menenangkan sang kakak.
Hubungan kakak beradik itu sangat kuat, membuat Edgar hanya berdiri diam bersama dokter Red dan perawat yang menatap mereka dari sisi ruangan.
"Rhea, biar Red periksa kondisi Ahin dulu," ucap Edgar menghampirinya.
Rhea mengangguk sambil mengusap air matanya, dia menatap adiknya lagi sambil tersenyum," kakak bersyukur kamu selamat Ahin," ucap Rhea yang dibalas senyuman lembut di wajah adiknya meskipun saat ini Ahin menderita, menahan rasa sakit yang luar biasa hebat dari cidera parah yang dia alami.
"Anak ini sangat hebat berpura-pura, padahal semua cideranya pasti membuatnya sangat menderita," batin Edgar.
Ahin diperiksa dan diberi tindakan oleh Red dan para medis yang dikerahkan untuk merawat Ahin.
Sementara itu, Rhea kembali ke ruangan istirahat di mana dia tidur sejak kemarin. Ditemani Edgar, gadis itu tampak sendu dan lebih banyak diam.
"Beristirahatlah, kau juga terguncang, masalah Ahin akan segera berakhir Rhea," ucap Edgar dengan lembut.
Rhea menatap Edgar," kenapa kamu baik sekali pada kami Edgar?" Tanya Rhea.
Edgar terdiam, dia bahkan tidak tahu kenapa dirinya sampai bertindak sejauh ini hanya untuk kakak beradik yang baru dia kenal kurang lebih tiga Minggu.
" Karena kalian terasa hangat seperti rumah," ucap Edgar seraya menepuk kepala Rhea.
" Tidurlah, Ahin juga sedang beristirahat sekarang, kalian harus memulihkan tubuh kalian," ucap Edgar yang terus berusaha menenangkan Rhea.
Rhea menurut saja, dia merasa bingung dengan jawaban Edgar. Rumah seperti apa yang dimaksud oleh Edgar ?
Sementara kakak beradik itu dijaga ketat di rumah sakit, Edgar menemui anak buahnya di markas Black Dragon.
Pria itu melesat menuju markas besar Black Dragon yang terletak di pusat kota dengan jalan bawah tanah yang terhubung dengan pusat latihan anggota Black Dragon.
Gate One, supermarket terbesar di kota itu dengan ribuan cabang yang sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Pemimpinnya tidak diketahui, tetapi ajudan pemimpinnya sangat terkenal di kalangan masyarakat.
Dengan penampilan yang sangat rapi, dibalut jas dan sepatu mengkilap, Edgar memasuki gedung manajemen Gate One miliknya yang berkembang pesat tanpa sepengetahuan keluarga besarnya.
Wajahnya selalu ditutupi dengan topeng kulit dan tato memanjang di bagian rahang kirinya. Wajahnya sangat berbeda dengan Edgar yang dikenal oleh Rhea, Ahin bahkan keluarga Edgar sendiri.
Wajah tampan namun misterius, terlihat seperti penduduk Italia dengan tubuh kekar dan tegap.
Bayangkan betapa lelah Edgar hanya untuk menutupi wajahnya yang sebenarnya.
"Black, kau tiba!!" Sambutan cerah nan ceria dari teman-teman terdekat Edgar membuat senyum di wajah Edgar mencuat ke permukaan, seandainya mereka di markas, dia pasti melepas topeng menyebalkan di wajahnya itu.
Biasanya dia disapa sebagai Sir Black, identitasnya sebagai pemilik Gate One. Supermarket besar yang dia kelola sejak dia duduk di bangku kuliah.
"Wahh...si borokokok akhirnya menunjukkan lubang hidungnya, sudah bosan hidup Black!?" Celetuk pria bertopi Koboy dengan wajah seperti penduduk Amerika, tapi nyatanya dia orang lokal asli Indonesia yang dibesarkan sepenuh hati oleh neneknya yang adalah blasteran Belanda-Jepang.
Bugk!!
Edgar meninju perut pria paling konyol sejagat raya itu, dia adalah Xavier William De Alger, biasa disapa Kang Asep oleh seluruh karyawan. Padahal nama aslinya sangat menawan, tapi dia malah nyaman dipanggil Kang Asep oleh orang-orang.
" Xavier bangsat, apa kau tidak ada kerjaan lain? Kenapa menggangguku terus keparat!?" Kesal Edgar dengan tatapannya yang dingin.
Xavier alias Kang Asep adalah seorang petani berkedok tukang bengkel yang setiap hari nangkring di emperan gedung manajemen Gate One untuk mengganggu Edgar maupun teman-teman mereka yang lain.
"Meheheheheheh...." Xavier mengangkat kedua tangannya yang dilumuri oli mesin, menghitam dan juga mengkilap. Sambil tertawa cengengesan dia menatap Edgar, Lan dan anak buah Edgar yang lainnya. Abel sendiri sudah kembali ke markas.
" David sedang menunggumu di dalam, aku memperbaiki mobil David," ucapnya sambil tertawa cengengesan seraya menunjuk ke arah bengkel besar di hadapan supermarket milik Edgar.
Edgar menggelengkan kepalanya," Kang Asep, tolong lah bereskan semua kekacauan yang kau buat di depan gedung ini, lama-lama kantorku berubah jadi bengkel milikmu bangsat!" Kesal Edgar.
"Cihh.... Iya dasar cerewet, ngomong-ngomong hampir sebulan lenyap dari muka bumi, ente ke mane aje nih?!! Apa lagi nabur benih!? Atau ketemu awewek bahenol buat dijadiin calon istri!?" Celetuk Xavier sambil meletakkan tangannya yang kotor di bahu Edgar.
"Bocah edan!"
"Kau pikir aku sejenis anjing liar? Tabur benih di mana-mana !? Gila Lo kalau ngomong!" Kesal Edgar sambil menepis tangan Xavier dari bahunya.
"Ya wess mas gak usah baper, kan saya cuma nebak!" kelakar Xavier.
Edgar memutar malas kedua bola matanya.
" Masuk gih, si David lagi hareudang karena simboknya lagi-lagi jodohin dia sama awewek seksoy... hahahha... Bujuk gih, kang Asep nguli dulu!" Celetuk Xavier sambil berjalan dengan santai menuju workshopnya.
Xavier melompat riang seperti anak sapi yang kegirangan, senyuman cerah di wajahnya tak hilang, bak seekor anjing Retriver, energinya tak pernah habis.
"Kang Asep, giginya rusak lagi!!!" Teriak salah satu karyawannya dengan wajah panik sambil mendorong sebuah sepeda motor jaman dulu memasuki bengkel.
"Lah tambal pakek gigi kau aja Bambang, biar afdol! Atau sekalian ganti pakai gigi bebek!!"
"berisik bener dah, udah tahu giginya rusak bukannya diganti malah dipelototin, dasar Bambang kampret!" Kesalnya sambil berlari terbirit-birit menuju pasien baru bengkel besarnya.
"Lah kang Asep, ada kabar buruk kang, sapi bang Umin makan padi kang Asep lagi, seperempat lahan sudah mau digundul!!" Teriak asistennya di lahan pertanian yang jaraknya jauh benar dari bengkel.
"Sialan, sapi gila si bang Umin lagi!? Arrkhhhhh... Dasar kutu kupret, awas Yo, kalau aku sampai balek ke ladang gara-gara dia, ku sembelih sapinya!!" Kesal Xavier sambil menghentakkan kedua kakinya di atas lantai.
"Pffthhh.. bocah ini ramai sekali, mengingatkanku pada Rhea dan Ahin," batinnya sambil tersenyum.
Edgar hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan absurd sahabatnya itu. Sedang Lan dan Victor yang berdiri di belakangnya hanya diam dan menunggu titah selanjutnya dari sang tuan yang bagi mereka sangat menyeramkan.
semangat selalu
author nya memang pintar dalam mengaduk aduk perasaan pembaca nya.
🤭 suka slogan nya no cuan no life, bener nggk nih ya saya nulisnya
semangat berkarya thor