NovelToon NovelToon
Romansa Masa SMA

Romansa Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Rasti yulia

Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan seorang laki-laki yang aku anggap menyebalkan akan menjadi awal bagiku merasakan sebuah sensasi rasa asing yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Lelaki menyebalkan yang hampir setiap hari menjadi teman cek-cok justru menjadi sosok lelaki yang berkeliaran dalam pikiran dan juga hati.

Perasaan apa ini? Apakah perasaan benci yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta ketika banyak hari yang kita lewati bersama? Ataukah hanya sekedar perasaan sesaat yang menghampiri di masa-masa SMA?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RMS 18. Tamparan Keras

Entah sudah berapa kali aku membasuh wajahku dengan air yang berada di kamar mandi. Kukira air mata ini akan berhenti mengalir tapi ternyata justru semakin deras membasahi pipi. Dan sekarang aku harus berusaha keras untuk bisa menghapus sisa-sisa air mata dengan air kran di kamar mandi meskipun nantinya masih akan terlihat jejak-jejak yang menghiasi.

Sungguh lelaki tak punya adab. Bagaimana bisa aku bertemu dengan lelaki macam itu? Lelaki sombong yang tidak punya hati dan pastinya tidak punya sopan santun sama sekali. Baru kali ini aku dibuat menangis oleh laki-laki. Menangis bukan karena cinta tapi karena perkataannya yang seperti orang yang tidak beragama dan tidak punya rasa saling menghargai.

Sudah terlalu lama berada di dalam kamar mandi,akhirnya aku memutuskan untuk bergegas pergi dari sini. Entah apa pandangan orang-orang yang berpapasan yang melihat mataku sembab dan hidung yang memerah seperti ini. Aku sungguh tak peduli. Aku hanya menundukkan wajah sembari mempercepat langkah kaki.

"Amel tunggu aku!"

Langkahku terpaksa terhenti kala kudengar suara Sastri yang berasal dari arah belakang punggung. Hal yang wajar jika tanpa sengaja aku berpapasan dengan Sastri karena letak kantin memang tidak jauh dari arah kamar mandi.

Aku masih berdiri terpaku tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sastri. Bisa aku tebak, sebentar lagi dia pasti akan protes karena dianggap mengacuhkannya.

"Iiihhhhh ... Kamu kok diam saja sih Mel? Kenapa tidak menengok ke belakang? Kamu mengacuhkan aku?"

Sastri benar-benar protes melihat aku yang bersikap tidak biasa seperti ini. Dia pun memegang pundakku dan mengarahkannya untuk bisa menatapnya.

"Amelia, kamu.... Astaga, kamu kenapa Mel? Kenapa matamu sembab seperti ini? Kamu habis nangis?"

Pekikan suara nyaring Sastri sukses membuat orang-orang yang berada di lorong-lorong sekolah ini menoleh ke arahku. Tak ingin semakin menjadi pusat perhatian, aku menarik lengan tangan Sastri dan ku ajak ia ke tempat yang sedikit lebih sepi.

"Jangan keras-keras, Sastri, aku malu!"

"Isshhhh, kamu kenapa Mel? Kenapa kamu menangis? Kamu cek-cok sama Sakha?"

Aku menghela napas dalam-dalam dan perlahan aku hembuskan. Aku mengangguk pelan. "Iya, aku bertengkar sama Sakha!"

"Astaga Mel, apa lagi yang dia lakukan kepadamu? Apa dia buat kamu kesal? Sini, biar aku balas dia."

Sastri hampir saja lolos dari jangkauanku. Namun buru-buru aku tahan lengan tangannya. Aku menggelengkan kepala berusaha untuk mencegahnya.

"Sudah, tidak usah Sas. Biarkan saja dia mau berbuat apa saja," ucapku.

"Tapi kamu sampai nangis seperti ini Mel. Itu tandanya dia sudah sangat keterlaluan kan?"

"Sudah, tidak perlu Sas. Biarkan saja."

Meskipun ingin rasanya aku menceritakan yang sebenarnya kepada Sastri, tapi aku urungkan keinginanku itu. Aku tidak mau jika sampai masalah ini kian panjang tak berujung.

Sastri menatapku dengan tatapan sedikit keheranan. "Lalu, aku harus melakukan apa untukmu Mel? Biar aku beri dia pelajaran, biar kapok!"

"Sudah gak usah Sas." Aku mencoba membuat negosiasi barangkali saat ini Sastri menyetujuinya. "Aku pindah tempat duduk saja ya Sas. Biarkan aku duduk sama kamu dan Rio yang satu bangku dengan Sakha."

Sastri terlihat berpikir sejenak, hingga tak selang lama dia menganggukkan kepala.

"Baiklah Mel. Nanti kalau pak Johan bertanya, biar aku yang jawab. Yang penting sekarang kamu bisa menjauh dari lelaki itu. Aku kira kalian bisa saling jatuh cinta tapi ternyata itu semua jauh dari ekspektasiku."

Aku terhenyak mendengar perkataan Sastri, bisa-bisanya dia punya pikiran sejauh itu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah jatuh cinta pada orang itu. Apalagi dia telah menginjak-injak harga diriku.

"Apaan sih Sas. Udah, ayo kita segera ke kelas. Aku ingin segera pindah tempat duduk."

Aku berjalan bersisihan dengan Sastri. Setelah ini aku akan pindah tempat duduk. Terserah nanti pak Johan akan berkomentar apa di saat aku tak duduk bersama Sakha lagi.

Aku membereskan barang-barang yang ada di atas meja dan juga yang ada di laci. Aku bisa bernapas sedikit lega karena setidaknya lelaki menyebalkan itu tidak ada di ruang kelas. Entah ada di mana dia. Mungkin ke kantin karena jam istirahat masih belum usai.

"Loh Mel, kenapa kamu bawa tas kemari?"

Rio sedikit keheranan saat melihatku meletakkan tas dan juga laptop di atas bangkunya. Wajar jika ia kebingungan karena aku belum sempat bicara apapun.

"Yo, aku duduk sini ya. Kamu pindah tempat duduk di samping Sakha."

"Hah, mana bisa seperti itu Mel? Kalau pak Johan marah bagaimana? Bukankah kamu yang disuruh pak Johan untuk membimbing Sakha?"

"Issshhhh... Kamu tidak perlu khawatir Yo, itu semua biar jadi urusanku. Kamu hanya tinggal pindah saja. Lagipula Sakha bukan orang yang sedang tersesat jadi tidak perlu dibimbing."

"Tapi Mel...?"

Aku bergegas merogoh saku baju seragamku. Aku keluarkan pecahan uang lima puluh ribu dari sana.

"Nih, untukmu. Sekarang kamu pindah ya,"

Wajah Rio mendadak berbinar terang kala ku ulurkan lembaran uang lima puluh ribu tepat di depan mata. Dia yang sebelumnya kekeuh tidak ingin pindah, tiba-tiba dengan gerak cepat mengemasi tas dan juga buku-bukunya.

"Kalau seperti ini bisa kita bicarakan Mel, hahaha. Makasih ya!"

Rio tergelak sembari mencomot lembaran uang lima puluh ribuan itu. Dia buru-buru pindah tempat duduk di samping Sakha.

"Akhirnya, aku bisa jauh dari lelaki angkuh itu. Dia kira aku akan diam saja dizolimi seperti itu?"

Aku bernapas lega, setidaknya saat ini aku bisa meminimalisir interaksi dengan Sakha. Baru beberapa hari aku mengenalnya saja sudah dibuat sakit hati seperti ini, lantas bagaimana untuk satu tahun ke depan. Sudah bisa dipastikan aku akan depresi.

"Mel, memang apa sih yang dikatakan oleh Sakha sampai kamu menangis seperti ini?"

Rupanya Sastri masih penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Sakha terhadapku. Aku pun hanya bisa mengulas senyum simpul di bibir sebagai isyarat tak ingin lagi membahas hal itu.

"Udah Sas, gak perlu dibahas lagi. Yang penting saat ini aku bisa menjauh dari orang itu yang artinya bisa menjaga kewarasanku, oke?"

Tak ingin lagi memaksa, Sastri hanya menganggukkan kepala. Dia paham jika aku memilih untuk bungkam pasti ada perkataan yang memang keterlaluan.

"Hmmmmmmm... Baiklah kalau begitu. Yang penting kamu jangan nangis seperti ini lagi Mel. Karena aneh aja melihat orang yang selalu ceria seperti kamu ini nangis."

"Siap Sista!!"

Bel tanda berakhirnya jam istirahat sudah berbunyi. Satu persatu penghuni kelas yang sebelumnya ada di luar, kini mulai kembali masuk ke dalam ruang kelas. Tak terkecuali Sakha, lelaki itu juga mulai menuju tempat duduknya.

"Ngapain kamu duduk di sini?"

"Sorry Kha, Amel yang memintaku untuk duduk di sini. Jadi, mulai sekarang kita jadi teman sebangku."

Sayup-sayup kudengar Sakha dan Rio saling berbicara. Aku memilih untuk tidak peduli. Biarkan saja mereka jika sampai ribut. Yang jelas, aku sudah memberikan kompensasi kepada Rio, dia pasti paham akan apa yang harus ia katakan.

"Ssstttt.. Mel, Sakha menuju sini. Sepertinya dia ingin protes kepadamu."

Sastri berbisik lirih yang memaksaku untuk menautkan pandangan ke arah Sakha. Benar saja lelaki itu berjalan ke arah bangkuku.

"Apa maksudmu pindah tempat duduk? Apa kamu tidak terima jika aku katai seperti itu?"

Sungguh angkuh sekali. Dia bertanya sembari berdiri dan menyilangkan kedua lengan tangannya di depan dada.

"Bukan urusanmu. Mau aku pindah tempat duduk, pindah sekolah, itu semua bukan urusanmu. Lagipula bodo amat kamu mengataiku seperti apa. Aku sudah tidak peduli. Cukup sekali saja aku menangisi ucapanmu, setelah itu aku tidak akan peduli lagi," jawabku yang tak kalah angkuh.

"Kalau memang perkataanku keliru, buktikan dong. Kalau kamu tidak bisa membuktikan itu artinya semua ucapanku benar adanya," timpal Sakha yang masih tetap berdiri teguh pada prinsipnya

Kupandang lelaki di depanku ini dengan tatapan jengah. Aku sampai tidak ngerti, apa mau orang ini.

"Ada hak apa kamu memintaku untuk membuktikan tuduhanmu itu? Memang kamu siapa? Orang tuaku? Kakakku? Pacarku?" tanyaku sinis.

Kulihat, Sakha tertegun mendengar ucapanku. Ia yang sebelumnya menunjukkan powernya sebagai lelaki angkuh, kini seakan dibuat bungkam dengan pertanyaanku.

Aku berdiri dan menatap lekat wajah Sakha. Dan senyum seringai aku berikan kepada lelaki itu. "Kamu bukan siapa-siapaku. Jadi tidak ada kewajiban bagiku untuk membuktikannya kepadamu. Jika kamu bisa menuduhku seperti itu, seharusnya kamu yang menunjukkan bukti itu."

Kudaratkan kembali bokongku di atas kursi. Tak kuhiraukan lagi keberadaan Sakha yang masih berdiri di samping bangkuku.

"Jika sudah tidak ada lagi keperluan, silakan kembali ke tempat dudukmu. Sebelum aku berprasangka bahwa kamu memang menyukaiku sehingga kamu selalu saja mencari ribut untuk mendapatkan perhatianku!" pungkasku yang diiringi dengan derap langkah kaki Sakha meninggalkan bangkuku.

.

.

.

1
Lia Yulia
pingin q getok nih si Sakha...
novi²⁵
uhuuuuy... klo dah kenal lbh dekat lalu mau apa lagi Kha? 😂
novi²³
judulnya udah mulai jatuh cinta 🤣🤣
novi²⁴
aseeeekkkkk... udah mulai PDKT nih.. dan sepertinya bakal jatuh cinta tuh Sakha
novi²⁴
ternyata kamu tahu balas budi ya kha 😂 kukira gk tau terima kasih. bagus deh klo gitu
novi²³
abis ngantar pulang lalu mau ngajak kemana Kha?? 🤣 pepet terussss
Fumiko Sora
ayeyeeeyeee... mau kamu ajak kemana tuh Amel, Kha? 😂😂😂 ati2.. jgn ngebut
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Citra
lanjut thoor
Fumiko Sora
aseeeekkkk... getar2 cinta dah mulai merasuki Sakha🤣🤣🤣
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
novi²⁶
acieeee cieeeee si Sakha udah mulai berani yah.. Ini sih fiks, dari benci jd cinta😆😆😆
novi²⁶
tuh kan, apa aku bilang? Sakha dah mulai tertarik sama Amel😂 semangat berjuang Kha
novi²⁶
kamu emang baik Mel, aku yakin Sakha bakal nyesel udh ngata-ngatain yg buruk ke kamu
novi²⁶
nah loh br sadar kan lu Kha klo Amel mmg sosok perempuan yg berbeda
novi²⁶
bagus Mel, orang itu emg gk pnya tata krama.. klo perlu, kamu injek tuh kakinya
novi²⁶
issshhhhh keterlaluan bgt sih tuh Sakha.. klo bicara jgn ngawur dong
mama Al
aku mampir kak Rasti
Rasti Yulia: makasih kak Mel😆
total 1 replies
mama Al
takdirmu di tangan othor
mama Al
Weh berantem terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!