Jingbei bereinkarnasi ke tubuh barunya, seorang gadis SMA setelah dia mengalami koma lama lalu bertemu seorang aktor film yang menjadi pacarnya
Akankah mereka berdua bersama ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Waktu Berlatih
Jingbei terlihat sedang membaca naskah film dengan serius.
Tiba-tiba Jing-Shen menyelinap masuk ke dalam ruangan tengah dimana Jingbei duduk di sofa.
Jing-Shen berjalan mendekat ke arah Jingbei yang asyik membaca naskah film.
BRUK !
Tampak sengaja Jing-Shen menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di sebelah Jingbei.
Sontak hal itu membuat Jingbei yang serius menghafal naskah terkejut spontan.
"Jing-Shen...", ucapnya.
Jing-Shen tersenyum sembari melipat dua tangannya tepat di depan dada lalu menoleh ke arah Jingbei yang berada di sebelahnya.
"Apa yang sedang kau lakukan sekarang ?" tanya Jing-Shen seraya tersenyum lebar.
"Apa kau tidak melihat kalau aku sedang membaca ?" sahut Jingbei.
"Ya, aku tahu itu...", ucap Jing-Shen.
"Lalu ? Jika kau tahu aku sedang membaca kenapa kau masih menanyakannya ?" tanya Jingbei.
"Masalahnya aku penasaran dengan caramu mendapatkan peran itu, apa yang kau baca ?" tanya Jing-Shen.
"Naskah film...", sahut Jingbei sekenanya.
"Kau harus tahu bahwa pasanganmu dalam film itu adalah aku dan seharusnya kamu membangun sebuah hubungan kuat denganku", ucap Jing-Shen.
"Benarkah ?" sahut Jingbei terkejut.
"Yeah, seperti itulah peran pemain utama film, saling membangun hubungan kuat satu dengan lainnya agar terbina chemistry kuat diantara pemain", ucap Jing-Shen.
"Tapi aku tidak tahu siapa lawan mainku nanti dalam film", sahut Jingbei.
"Sudah aku katakan kalau aku adalah pemain protagonis pria di film nanti", kata Jing-Shen.
"Tapi aku tidak yakin hal itu kalau kau pemain utama pria", ucap Jingbei.
"Yah, baiklah, tidak apa-apa kalau kau tidak mengerti dan sekarang sudah aku jelaskan bahwa aku adalah pemain utamanya", sahut Jing-Shen.
"Jadi... Apa yang harus aku lakukan sekarang ?" tanya Jingbei.
"Waktunya kita latihan bersama agar saling mendalami karakter film yang kita mainkan", sahut Jing-Shen.
"Baiklah, kita mulai sekarang", ucap Jingbei.
"Yah, mari kita segera latihan", sahut Jing-Shen sambil menepukkan kedua telapak tangannya.
"Sepertinya kau sangat bersemangat dengan film ini", kata Jingbei.
"Karena aku suka film saat memerankan setiap karakter dalam film, aku bisa menjadi diriku sendiri, tidak sebagai Jing-Shen yang tertekan", ucap Jing-Shen.
Jingbei langsung merespon ucapan Jingbei lalu menatap laki-laki yang menjadi pacarnya itu.
"Kau suka film tapi kau tidak suka bersentuhan dengan perempuan, Jing-Shen", ucap Jingbei.
"Itulah masalahnya dan ketika aku mendalami peran pada film aku bisa meluapkan emosiku sepenuhnya", kata Jing-Shen.
Jing-Shen tertunduk sendu lalu tersenyum sekilas.
"Saat aku memerankan sosok lain maka aku berubah menjadi orang yang berbeda dan di saat itu pula aku telah menjadi diriku sendiri", kata Jing-Shen.
Jingbei tersentuh ketika mendengar curahan hati Jing-Shen.
"Karena itulah kau menyukai film sebagai tempat pelarianmu dari tekanan keluargamu, Jing-Shen", ucap Jingbei.
"Tidak sepenuhnya seperti yang kau katakan tapi sebagian dari ucapanmu benar, aku menemukan hidup baru dalam film", kata Jing-Shen.
Jingbei menyentuh tangan Jing-Shen berusaha untuk menunjukkan simpatinya lalu berkata penuh perhatian.
"Kuharap aku dapat membantumu mewujudkan impianmu menjadi aktor terkenal, Jing-Shen...", sahut Jingbei.
Jing-Shen terkejut pelan seraya menatap ke arah Jingbei yang memandangnya penuh haru.
"Apa aku layak sebagai aktor terkenal ?" tanya Jing-Shen setengah bergurau.
"Apakah aku meragukan bakat besarmu itu ?" tanya balik Jingbei.
"Kurasa kita memang cocok satu sama lain", sahut Jing-Shen lantas tertawa pelan.
"Kuharap aku dapat membantumu mencapai cita-citamu sebagai aktor besar, Jing-Shen", ucap Jingbei.
"Terimakasih atas dukungannya...", sahut Jing-Shen.
Keduanya saling tersenyum satu sama lain, diam-diam timbul perasaan saling menghargai diantara mereka.
"Kalau begitu kita mulai saja latihannya sekarang, bagaimana ?" kata Jingbei.
"Baiklah, kita lakukan sekarang", sahut Jing-Shen.
Jing-Shen kembali bersemangat lalu menolehkan kepalanya, seperti sedang mencari sesuatu di dekatnya.
"Tunggu ! Aku mau mencari naskah punyaku, dimana ya ?" ucap Jing-Shen.
Jingbei membantu mencari naskah kepunyaan Jing-Shen melalui kedua mata robotnya.
Tit... !
Tit... !
Tit... !
Sinar lensa robot AI bekerja cepat saat mencari naskah film milik Jing-Shen, lensa mata robot milik Jingbei terus bergerak ke segala arah di dalam ruangan.
Pandangan mata Jingbei langsung terhenti tepat di arah sebuah tumpukan buku di atas meja.
Jingbei melihat naskah film tergeletak paling atas pada tumpukan buku.
"Rupanya kau meletakkan naskah film disana, Jing-Shen", ucap Jingbei.
"Dimana ?" tanya Jing-Shen langsung merespon cepat.
"Disitu !" sahut Jingbei.
Jingbei menunjuk pada tumpukan buku di atas meja.
"Ya, ampun !", ucap Jing-Shen berseru kaget sambil memegangi keningnya.
Jing-Shen segera beranjak dari atas sofa menuju ke arah tumpukan buku yang diatasnya terletak sebuah naskah film.
Terburu-buru Jing-Shen berjalan mendekat ke arah tumpukan buku di atas meja lalu meraihnya segera.
SRET... !
"Aku melupakan hal penting yang merupakan bagian utama dalam hidupku dan masa depanku", ucap Jing-Shen.
Jingbei hanya tersenyum sekilas saat melihat reaksi Jing-Shen yang terlihat lega ketika dia menemukan kembali skrip naskah filmnya.
Terlihat aktor muda itu lalu membalikkan badannya menghadap ke arah Jingbei.
"Bagaimana kalau kita mulai latihannya ?" tanya Jing-Shen seraya menoleh ke arah Jingbei.
"Ya, kenapa tidak !?" sahut Jingbei lalu tersenyum lembut.
"Mari kita mulai latihannya sekarang'', ucap Jing-Shen sambil membuka halaman naskah film di tangannya.
Sret... Sret... Sret... !
"Baiklah... Kita mulai latihannya sekarang...", sahut Jingbei.
Jingbei segera berdiri dari sofa lalu menghadap lurus ke arah Jing-Shen dengan memegang naskah film.
Keduanya sama-sama berpandangan serta saling menarik nafas dalam-dalam saat mereka hendak memulai latihan untuk peran yang akan mereka mainkan dalam film nanti.
Jing-Shen tersenyum lembut kepada Jingbei sebelum dia memulai membaca naskah film miliknya.
"Kita mulai latihannya sekarang pada babak episode awal", ucap Jing-Shen.
"Baik, kita mulai latihannya", sahut Jingbei.
"Siapa yang akan membaca duluan ? Kau atau aku ?" tanya Jing-Shen.
"Terserah padamu...", sahut Jingbei.
"Baiklah, aku mulai dulu latihannya dengan membaca naskah ini", ucap Jing-Shen.
"Ya...", sahut Jingbei.
Mereka saling mengangguk lantas kembali berpandangan serius.
Sedetik kemudian, Jing-Shen mulai membaca skrip naskah film pada bagian dia berperan.
Tampak Jing-Shen menghayati setiap perannya dengan sungguh-sungguh, dia terus berusaha menjiwainya.
Jingbei tersentak kagum dengan penjiwaan yang dilakukan oleh Jing-Shen saat dia membaca setiap perannya dalam naskah film.
Jing-Shen tidak hanya membaca naskah itu melainkan dia sangat menjiwainya meski lewat kata-kata, seolah-olah dirinya adalah pemeran film itu.
Aktor muda itu benar-benar mendalami perannya hingga dia terlihat berbeda, seperti orang lain.
Jingbei yang tadi hendak ikut latihan justru urung melakukannya karena dia terpukau dengan peran yang sedang dilakonkan oleh Jing-Shen dalam menghayati perannya sebagai tokoh utama film.
"Wow ! Dia hebat sekali dan luar biasa !" gumam Jingbei terkagum-kagum.
Jing-Shen sangat mendalami karakter filmnya, dia tak terlihat lagi sedang membaca naskah film melainkan dia tampak seperti pemeran karakter yang dia mainkan.
Aktor muda itu menjelma menjadi sosok lain yang ada pada tokoh utama film, bukan lagi sebagai sosok Jing-Shen yang dikenal oleh Jingbei dalam kesehariannya.
Jingbei yang kagum langsung duduk kembali di sofa sembari menyaksikan Jing-Shen yang berlatih sebagai pemeran tokoh utama film.
dan juga nama tokoh nya diganti semuanya ya? padahal bagusan Yolanda & Nicholas Abbey.. 🙄
kenapa diganti ya kak?
halu nya lebih berasa apalagi romantis nya..