NovelToon NovelToon
Becoming A Poor Princess

Becoming A Poor Princess

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Tamat / Cinta Paksa / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Itha Sulfiana

Diana Steel yang baru saja menemukan sang tunangan bersama sahabat baiknya tengah berselingkuh, kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang hancur. Diperjalanan, seorang Nenek tua menawarinya membeli sebuah novel tua bersampul hijau yang terlihat aneh di mata Diana.

Karena desakan sang Nenek dan rasa kemanusiaan yang tinggi, akhirnya Diana pun membeli novel yang menurut Nenek adalah novel yang mampu merubah kehidupan Diana. Apakah Diana percaya? Tentu tidak. Namun, kenyataan lain menampar Diana selepas menuntaskan cerita novel itu dalam satu malam. Dipagi hari berikutnya, dia terbangun di tempat lain dengan identitas sebagai Putri Diana Emerald. Sosok gadis malang, yang terasing sejak kecil dan malah akan berakhir mati ditangan suaminya sendiri, yaitu Kaisar Ashlan.

Menyadari hidupnya diambang bahaya, Diana memutuskan untuk menciptakan alur yang baru untuk kisahnya sendiri. Dia akan membuat Kaisar Ashlan jatuh cinta terhadapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga?

Rutinitas kesibukan Diana kembali dimulai. Pagi setelah ia berdandan rapi, perempuan berambut panjang bergelombang dengan warna kecoklatan itu berangkat mengunjungi sekolah penyihir di pusat kota Bern bersama Mulanie, 6 orang pengawal terlatih kerajaan serta seorang pria muda utusan dari keluarga Duke Arken yang hari ini berhalangan hadir karena sedang sakit.

Duke Antonius Arken adalah kepala keluarga Arken. Sosok pria berumur 65 tahun yang menjabat sebagai menteri yang bertanggung jawab membawahi seluruh sekolah penyihir maupun sekolah umum untuk bangsawan biasa. Seharusnya, lelaki tua itu yang mendampingi Diana dalam peninjauan sekolah sihir hari ini. Namun, karena kondisi kesehatannya yang mendadak drop sejak 2 hari yang lalu, maka tugas itu diambil alih oleh putra keduanya. Stevanus Arken.

Stevanus Arken merupakan sosok pria yang cerdas. Penjelasan yang ia berikan kepada Diana cukup membantu wanita itu dalam memahami seluk beluk sistem pendidikan di kerajaan itu. Hanya saja, satu-satunya hal yang tidak disukai Diana dari lelaki yang dua tahun lebih tua darinya tersebut adalah tatapan matanya yang sejak tadi tak pernah berhenti memindai tubuh Diana dari atas ke bawah. Entah sedang menilai Diana dari segi mananya.

"Apa ada beasiswa untuk anak-anak yang memiliki kemampuan spesial tapi berasal dari keluarga kurang mampu?" tanya Diana. Sejauh yang ia tangkap, hampir keseluruhan murid di sekolah penyihir berasal dari kaum bangsawan.

"Sejauh ini belum, Yang Mulia. Karena, setahu kami, yang mendaftar ke sekolah ini pun hanya anak-anak dari kaum bangsawan saja." Stevan menjawab dengan lugas. Memang benar, dikarenakan biaya masuk ke sekolah penyihir terbilang 3 kali lipat lebih mahal dari sekolah umum biasa,tentu akan sulit bagi masyarakat biasa mendaftarkan anak-anak mereka sekalipun memiliki bakat.

Ya, sihir dimiliki bukan hanya karena garis keturunan semata. Kebanyakan, justru muncul secara acak dalam diri seseorang. Meski tak memiliki garis keturunan yang memiliki sihir, tapi bisa jadi ia memiliki kekuatan itu tanpa diminta atau diharapkan. Hanya saja, jika tidak diasah dengan benar, maka perlahan kekuatan itu akan menghilang dengan sendirinya. Berbeda dengan yang memiliki karena memang merupakan garis keturunan. Sekalipun tidak diasah, kekuatan tersebut akan tetap ada.

"Apa tidak ada kemungkinan bahwa ada anak dari kalangan biasa yang memiliki kemampuan yang istimewa?" Kali ini, Diana menoleh kepada kepala sekolah. Seorang pria yang penampilannya tak jauh berbeda dari penyihir agung. Hanya saja, sabuk yang dikenakannya tampak berbeda dari milik penyihir agung. Menandakan bahwa tingkatan dan pangkatnya berada di bawah lelaki yang akrab di sapa Tuan Vernand itu. Jika sabuk penyihir agung berwarna keemasan maka sabuk yang dipakai oleh sang kepala sekolah justru berwarna perak.

"Ada satu, Yang Mulia." Kepala sekolah menyahut. "Namanya Daisy. Usianya baru 7 tahun tapi kemampuan sihirnya sudah berada di level menengah."

"Oh ya? Dimana dia sekarang?" tanya Diana bersemangat.

Kepala sekolah mengembuskan nafas panjang. "Sejak seminggu kemarin, dia berhenti sekolah. Orang yang membiayai sekolahnya selama ini telah meninggal. Sedangkan, keluarganya tidak tahu berada dimana. Dia adalah seorang budak kecil yang dibeli Tuan Lorraine 4 tahun lalu. Dan, saat Tuan Lorraine menyadari bahwa anak itu istimewa, beliau menyekolahkannya disini. Tapi, karena Tuan Lorraine meninggal, sekolahnya terpaksa berhenti karena dua orang putri Tuan Lorraine menolak membiayai gadis kecil itu lagi."

"Bawa anak itu kembali kemari!" titah Diana tanpa berpikir.

"Tapi, biayanya?"

"Aku yang menanggung," tegas Diana. "Begitu pula untuk anak-anak dari kalangan biasa yang lain. Siapapun yang memiliki bakat istimewa, boleh bersekolah dengan biaya yang ditanggung oleh diriku."

Kepala sekolah tentu senang mendengar ucapan sang Ratu. Andai dia cukup kaya, mungkin hal yang serupa sudah lama ia lakukan. Namun, apalah daya. Dia memang seorang bangsawan. Tapi, tak semua bangsawan memiliki aset kekayaan yang berlimpah. Dan, ia termasuk dalam jajaran bangsawan yang tidak terlalu kaya itu.

"Yang Mulia, kenalkan ini Daisy!" kata Kepala sekolah seraya menggandeng tangan seorang gadis kecil menghampiri Diana yang sedang bersantai sambil memperhatikan anak-anak berlatih sihir di lapangan sekolah.

"Hai!" sapa Diana sambil membungkukkan badannya agar sejajar dengan gadis kecil itu.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba Daisy memegang pipi sang Ratu seraya tersenyum. Semua orang tentu terkejut. Beberapa pengawal bahkan bersiap maju menghalau gadis kecil itu namun dilarang oleh Diana melalui isyarat tangan.

"Ada apa?" tanya Diana kepada Daisy yang semakin melebarkan senyumnya. Tangan gadis itu masih memegang pipi Diana.

"Tidak terbaca apa-apa," jawab gadis itu polos.

"Hah?" Diana menaikkan kedua alisnya bingung.

"Daisy memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang, Yang Mulia!" ucap Kepala sekolah.

"Dengan cara memegang pipi seperti ini?" tanya Diana penasaran.

"Tidak. Dari jarak jauh pun, sebenarnya dia bisa. Tapi, sepertinya karena dia menyukai Yang Mulia, makanya Daisy bertindak begini."

"Oh...," Diana mengangguk lalu berlutut diatas tanah lapang. Kini, tinggi mereka benar-benar sudah setara.

"Aya baca sekali lagi, apa yang aku pikirkan!" pinta Diana sambil memegang tangan kecil yang juga memegang pipinya.

Daisy lagi-lagi tersenyum. "Ratu orang terkuat yang pernah aku temui. Apa karena Ratu berasal dari tempat yang sangat jauh?"

Tubuh Diana menegang. Ucapan gadis kecil itu tampak mengisyaratkan sesuatu. "Apa yang kau lihat mengenai tempat tinggalku?"

"Ada banyak hal yang tidak pernah dilihat oleh semua orang. Kastil-kastil dengan dinding berkilauan. Tinggi sekali, Ratu. Bahkan, ada burung besar yang didalamnya membawa banyak orang untuk bepergian jauh." Daisy mengernyitkan alisnya. "Apa mereka tidak takut berada didalam perut burung besar itu, Ratu? Bahkan, Anda juga ikut-ikutan masuk," imbuhnya dengan nada polosnya.

Semua orang tentu mengira bahwa yang dibahas oleh Daisy adalah tanah kelahiran Ratu Diana Emerald yakni kota Urk di Kerajaan Timur. Tak ada yang menyadari kecuali Diana kalau sebenarnya yang sedang dibahas Daisy adalah masa depan. Masa dimana seharusnya Diana berada dan menjalani hidup.

*

Sepulang dari sekolah penyihir, Diana kebanyakan melamun dibanding bercerita dan mengagumi setiap hal yang dilewatinya. Mulanie yang berada dalam kereta yang sama dengannya tentu menyadari itu. Gadis itu tahu bahwa Diana menjadi pendiam pasti karena ucapan Daisy. Mulanie menyimpulkan kalau Diana mungkin sedang rindu dengan kota kelahirannya lagi.

"Anda rindu rumah Anda lagi, Yang Mulia?" Mulanie mencoba mengurai hening yang sejak tadi terpintal.

"Tentu saja, Lanie." Diana menghela nafas panjang. Wanita cantik itu menyandarkan kepalanya sambil menaikkan satu kakinya diatas kursi.

"Yang Mulia, Anda tidak boleh menaikkan kaki seperti itu. Tidak sopan," tegur Mulanie.

Diana memutar bola matanya malas. Setelah sekian purnama, Mulanie cerewet akhirnya kembali. "Tidak ada siapapun di sini selain kita, Lanie. Tidak apa-apa."

"Yang Mulia, tetap tidak boleh. Anda seorang Ratu. Tidak pantas berperilaku seperti bandit diluaran sana."

"Lanie...," Diana menggeram. Kesal sudah sampai ke ubun-ubun. "Kalau tidak suka, tutup saja matamu. Okay?"

Mulanie melotot mendengarkan ucapan Ratunya. Gadis itu tampak syok. Astaga! Semakin hari, tingkah laku Diana semakin sulit diatur saja.

"Kita sudah sampai, Yang Mulia!" kata Mulanie membangunkan Diana yang sempat tertidur.

Perempuan yang hari ini mengenakan dress berwarna krem dengan aksen pita besar di bagian belakang serta rambut yang disanggul anggun tersebut tampak menggeliat lalu menguap lebar sembari membuka mata.

Mulanie lekas memalingkan wajah. Berpura-pura tidak melihat daripada harus membebani diri dengan perasaan tak enak karena tak mampu menegur Diana. Ralat, bukan tak mampu. Tapi, sia-sia.

"Diana!" panggilan itu menggema dan memaksa Diana berhenti melangkah saat akan menuju kembali ke kediamannya.

Ia pun berbalik. Sontak, tubuhnya menegang saat tahu siapa sosok yang saat ini sudah berdiri didepannya dengan tatapan angkuh. Bukan hanya satu orang, melainkan tiga orang.

"Keluarga dari Ibumu sedang berkunjung dan beginikah caramu menyambut?" Duchess Levrina mendengkus sebal. Tatapan matanya begitu sinis dan merendahkan. "Dasar anak tak punya etika," ucapnya sarkas.

Mendengar cacian dari seseorang yang mengaku sebagai kerabat, Diana hanya tersenyum dengan netra yang kini mulai mengembun. Kedua tangannya terkepal erat disisi tubuh. Seluruh tubuhnya memanas terbakar emosi yang berpusat dari hati yang mendadak sakit.

"Keluarga?" Diana menyeringai tak kalah sinisnya.

1
Bzaa
hadirrrrr....
semangat diana
Sufiaa Ulfaa
Luar biasa
sunflower01
marathon baca novel mu 2 hari Thor baru nemu kemarin ya di gass terus Thor 🔥😀 karyanya bagus..🌟👍. happy ending... 🥰❤️makasih Thor...🙏 lanjut baca karya mu yg lain ...🏃🏃
Anonymous
Suka ma ceritanya kereeenn
Uci Umami
bagus ceritanya suka....akhir nya juga pass
gaby
Intinya Ashlan anak pelakor kalo di dunia nyata. Emaknya Ashlan menikahi pria beristri
gaby
Jgn mau disentuh dulu dong sblm tau apa alsan Kaisar membunuh Diana dulu sblm Diana dr masa dpn dtg.
gaby
Kaisar bukannya menolak Verona, tp baru mau buka baju, dah kburu kegep sm bininya🤣🤣
gaby
Yah, masa kaisar takut sm bawahannya, sampe2 berani ngamuk ke istri. Masih mending suamiku dong, walau kluarganya menghinaku, suamiku langsung pasang badan. Bahkan adik perempuannya ditampar karena menghinaku
Oi Min
aq penasaran ma jati diri nenek Anneth......
Oi Min
wah..... ternyata Vanya itu Verona
Oi Min
Erick ma Lanie...... sprt dulu
Oi Min
gembor donk...... terkedjoet donk.....
Oi Min
hloooo..... nenek Anneth apa moyangnya Diana???
Oi Min
ikut g sabar aq ma pertemuan mereka
Oi Min
apa Erick=Alarick???
Oi Min
kuwapuwok...... dasar benalu, parasit menjijikkan
Oi Min
tenang Di...... tunggulah Ashlan akan datang padamu
Oi Min
apa Diana kmbali ke dunia modern nyusul Ashlan???
Oi Min
Ashlan kek nya jg ada di dunia modern dan koma. apa Ashlan akan kmbli sblm Diana??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!