Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr. K 19.
Tatapan penuh rasa bersalah itu terlihat, Kenzo yang kini berada disisi tempat tidur Aira. Hanya bisa menatap Aira dan berharap wanita itu segera membuka matanya, agar dirinya tidak sangat khawatir.
"Apa perlu, keluarga nona Aira kita beri tahu tuan?" Ansel berdiri dibelakang Kenzo.
"Jangan, lakukan tugasmu Sel." Menjawab tanpa menatap lawan bicara, itulah Kenzo.
"Baik tuan, apa anda membutuhkan sesuatu?"
"Sepertinya aku akan berada disini, bawakan saja keperluanku dan Aira." Anggukkan Ansel sebagai jawaban dan ia pun berlalu dari sana.
Perlahan tangan mungil itu berada dalam genggaman yang begitu nyaman dari Kenzo, rasa takut akan kehilangan kembali melintasi dalam pikiran. Wanita yang kini berada dihadapannya telah berhasil menempati sisi ruang jiwa yang telah lama kosong, berharap peristiwa dari masa lalunya tidak akan terulang kembali.
Sementara itu, markas Dark Black sedang dalam suasana yang cukup tegang. Andre yang sedang duduk berjongkok dihadapan beberapa orang, dengan menunjukan serangkaian seringainya. Tangan itu sudah tidak sabar ingin melayangkan pukulan kepada tawanan mereka, namun dirinya tidak ingin membuang tenaga dengan sia-sia.
Dugh!
"Weh, ni anak selalu terdepan." Andre mengumpat halus Vero yang menendang tawanan.
"Dari pada kamu, cuma bisa memandangi tanpa menyentuh. Aku lepeh juga lu." Tatap sinis Vero.
"Sewot amat lu, ngapain juga buang tenaga." Andre pun berdiri dan menjauh.
"Woi, mau kemana?" Teriak Vero yang melihat patner kerjanya menjauh.
Dengan memutar kedua bola matanya dengan begitu malas, Andre memilih menikmati segelas kopi hangat daripada harus menghadapi Vero yang dalam mode penyebalkan.
"Heh, gara-gara kalian semuanya. Teman aku lebih memilih kopi daripada disini, kalian masih betah buat bungkam?" Tatap tajam Vero kepada orang-orang tersebut.
Tidak ada yang berani mengangkat wajahnya dari beberapa tawanan tersebut, dalam keadaan kedua tangan dan kaki mereka yang terikat. Membuat tawanan itu semua menjadi sulit bergerak, Lagi-lagi Vero merasa kesal akan diamnya mereka.
Suara pukulan dan juga tendangan terdengar keras, Vero melampiaskannya dengan begitu brutal. Ada perasaan amarah atas apa yang terjadi, mereka melukai tuan dan nonanya.
"Nyawa kalian akan dengan mudah aku lenyapkan, katakan siapa yang menyuruh kalian. Katakan!" Bentak Vero yang seakan kesabarannya telah habis.
Bahkan kali ini, Vero menggunakan sebuah balok kayu yang cukup kokoh dan menghantamkannya pada para tawanan tersebut. Membuat kondisi daripada tawanan tersebut sungguh begitu miris sekali, hanya saja Vero kini berhenti melakukannya.
"Sudah puas? Jangan sampai tuan balik murka kepadamu menghilangkan nyawa mereka tanpa mendapatkan informasi apapun." Ricky muncul dari balik punggung Vero.
"Sial! Awas saja kalian, jika bukan karena tuan melarangnya. Sudah habis kalian ditanganku." Vero melemparkan balok kayu yang ia gunakan sebelumnya.
Saat itu, Ricky hanya menatap par tawanan mereka tanpa ekspresi yang ia tunjukkan. Lalu ia meninggalkan begitu saja mereka semuanya tanpa melakukan apapun, pintu ruangan yang begitu remang-remang itu tertutup sangat rapat.
Para tawanan pun dapat bernafas lega, itu bertanda jika mereka bisa lepas dari siksaan yang terus diberikan sejak berada disana. Salah satu dari mereka semuanya bersandar dengan penuh perjuangan, tanpa disadari oleh yang lainnya ia berbicara.
"Kelemahannya terdapat pada wanita yang saat ini terluka tuan." Suara yang cukup pelan itu sedang melaporkan situasi.
Dari tempat yang berbeda, seseorang yang baru saja mendapstkan informasi itu tersenyum penuh arti. Dalam senyuman itu terdapat sebuah siasat yang selama ini sudah ia nantikan, bahkan disaat dahulu pun juga ia gunakan.
Begitu pula dengan wanita yang meringkuk manja dalam dekapannya ikut tersenyum, namun terdapat sebuah rasa yang tidak rela akan kabar tersebut. Pria itu lalu mengusap puncak kepala sang wanita, yang begitu terobsesi akan dirinya.
"Bagaimana sayang? Apa kamu ingin membalasnya?" Tanya pria itu dengan begitu halus.
"Aku serahkan padamu, kamu lebih berhak untuk memutuskannya."
"Baiklah, kamu memang terbaik sayang. Ingin mengulanginya lagi?" Senyum seringai itu seakan tidak membutuhkan jawaban.
Pasangan tersebut benar-benar larut dalam suasana yang cukup tenang, pria yang berhasil merebut wanita obsesinya dari rivalnya. Yang dulunya ia kira begitu kuat, namun ternyata terdapat kelemahan yang terletak pada permasalahan hati. Jasper Mavrick, menjadi musuh yang terbesar bagi Kenzo. Dan saat ini, wanita dari masa lalu Kenzo pun berada dalam kekuasaannya. Dia adalah Sofia Angelica, wanita yang begitu dicintai oleh Seorang Kenzo Brakher berakhir menjadi milik rivalnya itu.
...Kenzo, apa benar kamu telah menemukan pengganti diriku? Wanita seperti apa yang bisa menganggtikan aku dari dalam jiwamu? Lihat saja nanti, akan aku buat kamu tidak bisa memiliki wanita lain selain diriku. Sofia....
.
.
.
.
"Bang, ada yang datang. Coba kamu lihat." Bunda yang masih disibukkan dengan pekerjaan rumahnya.
"Iya bun." Shaka berjalan menuju pintu dan membukanya.
Terlihat seorang pria dalam balutan pakain yang cukup elegan, Shaka pun mengkerutkan keningnya. Karena ia tidak mengenal orang tersebut dan baru kali ini melihatnya, bahkan dengan mobil mewah berada dalam halaman rumah mereka yanh sederhana.
"Saya Kenzo Brakher, kekasih Aira."
Betapa kagetnya Shaka mendengar ucapan tersebut, adiknya yang tidak banyak bicara itu tiba-tiba saja mempunyai kekasih.
"Siapa bang?" Suara bunda yang terdengar.
"Loh, ada tamu kok tidak disuruh masuk nak. Mari masuk nak, Shaka." Bunda menepuk pundak putranya agar mempersilahkan tamunya untuk masuk.
"Hem, silahkan masuk." Shaka yang berubah menjadi dingin.
Dalam keadaan yang tidak begitu baik, dengan wajah Kenzo pun yang sangat datar dan juga dingin. Membuat bunda semakin bingung saat meletakkan minuman untuk tamunya.
"Silaht diminum nak." Ujar bunda.
"Terima kasih, Aira saat ini sedang berada dirumah sakit. Kedatangan saya, bermaksud untuk mengajak anda ikut bersama saya." Kenzo yang menggunakan kalimat bakunya.
"Astaghfirullah, kenapa dengan Aira nak?" Bunda langsung panik.
"Saya akan menjelaskan disana, bisakah kalian untuk segera bersiap. Aku tidak bisa meninggalkannya terlalu lama." Lagi-lagi Kenzo.
"Baik nak, ayo bang cepat." Bunda dan Shaka yang masih terdiam pun bergegas bersiap.
Mereka pun segera menuju rumah sakit dengan Kenzo yang dinginnya sangat melebihi batas.