They Are Not Your Baby

Jam setengah 8 pagi. Vino dan Vina sudah bangun dari tidurnya, mereka berdua sudah mandi dibantu Bu Arin. Kondisi Vino juga sudah diperiksa Ibnu. Dokter pribadi Vino tersebut mengatakan Vino tidak apa-apa.

"Benar-benar gak papa? Periksa sekali lagi Ibnu" Fira masih mengkhawatirkan kondisi putranya.

"Bu, Vino baik-baik saja" Vino keluar dari kamarnya.

"Tuh benar kata Vino, dia baik-baik saja Fira. Kamu tidak perlu terlalu khawatir" Ibnu membujuknya.

"Yasudah baiklah, ibu sudah membuatkan sarapan untuk kalian makan. Ibnu kamu juga boleh ikut makan dengan mereka, terimakasih atas kebaikan kamu" kata Fira. Dia merasa terus tidak enak kepada Ibnu. Kali ini pun dia terus saja merasa sungkan pada dokter tersebut.

"Bu Arin, aku pergi ya hari ini akan pulang telat. Tolong jaga anak-anak ya" pinta Fira berpamitan dengan pengasuh kedua anaknya.

Bu Arin menepuk-nepuk bahunya, "Tenang saja ibu juga senang menjaga mereka" kata Bu Arin mengantar kepergian Fira.

Dia menuruni bangunan bertingkat tersebut melewati lift. Pintu lift terbuka, betapa terkejutnya dia saat didepan lift mata Ghama malah langsung bertatapan dengannya.

Ghama berusaha menyapa Fira, wanita cantik itu mengabaikannya dan pergi menuju parkiran mobil. Ghama terus mengejarnya.

"Berhenti mengikuti ku" kata Fira menghentikan langkahnya.

"Fira aku hanya ingin mengantarkan kamu pergi kerja" Ibnu memegang tangannya.

"Lepas" Fira menarik tangannya kasar.

Dia meninggalkan Ghama, kali ini Ghama terus membujuknya. Ketika disamping mobilnya , Fira terkejut ban mobilnya kempes. Pantas saja Ghama berada disini.

"Ghama maksud kamu apa?" dia menunjukkan ban mobilnya pada Ghama.

"Maksudku apa? Aku hanya ingin mengantarkan kamu pergi bekerja" sahut Ghama.

"Kamu membuat bocor ban mobilku" Fira mengerang.

Ghama bergeleng, dia sungguh tidak tahu kenapa ban mobil Fira bisa bocor. Berkali-kali dia memberitahukan Fira jika itu bukan ulahnya. Fira tidak mempercayai perkataan Ghama.

"Sialan! Terserah apa katamu. Kebetulan sekali kamu berada disini untuk mengantarku lalu mobilku ban nya bocor, jika bukan rencana mu lalu apa?" tanya Fira.

"Sumpah aku tidak tahu" Ghama masih berusaha memberitahukan kebenarannya.

Pagi ini Ghama langsung kemari karena berniat mengantarkan Fira. Benar-benar hanya berniat mengantarkan Fira bukan ingin memaksa Fira.

"Ada apa Fira?" tegur Ibnu. Dia sudah rapih dengan setelan kemeja, tidak lupa pula jas putih khas dokter bergantung dilengannya.

"Ban mobilku rusak" sahut Fira.

"Butuh tumpangan?" lanjut Ibnu bertanya lagi.

Fira mengangguk, mereka pergi bersama. Setelah kepergiannya, Ghama teringat telfon Vino pagi ini. Dia menoleh kearah jendela lantai tiga tepat dikamar sikembar.

Vino menatap kearahnya, bocah kecil itu sudah memberikan kesempatan pada Ghama. Tapi lelaki itu malah membuat dirinya ditinggal sendirian disana.

Melihat tatapan putranya Ghama jadi mengerti jika semua ini ulah Vino. Tidak jauh dari tempat Ghama berdiri, seorang ibu-ibu datang menghampirinya.

"Saya sudah mempertimbangkan tawaran anda tuan, saya akan menjual rumah saya" ucap ibu itu membuatnya kembali bersemangat.

Sore semalam Ghama bernegosiasi dengan pemilik rumah disebelah rumah Fira. Kebetulan ibu-ibu itu adalah wanita didepannya saat ini.

-

Dilain tempat, Fira baru tiba di SDL Collection. Dia mendapat kunjungan pribadi dari aktris utama proyek film mereka. Natalia sedang menunggu Fira diruangannya.

"Saya dengar anda mencari saya" Fira melangkah masuk.

Nata menoleh kearahnya, "Hai, apa kabarmu?" dia menyapa Fira dengan tersenyum.

"Aku baik-baik saja, ada apa kemari? Bukankah kita tidak ada meeting hari ini." tanya Fira dengan heran.

 "Aku datang kemari untuk menjelaskan masalah kemarin. Aku mengisengi Ghama mengatakan aku pacarnya didepanmu" ucap Nata membuat Fira bingung.

"Apa hubungannya denganku?" dia bertanya.

"Tentu saja ada hubungannya. Gara-gara perkataan ku waktu itu kamu seperti menghindarinya, dan karena hal itu juga meeting kita terus ditunda" Nata mengeluh padanya.

"Oh" Fira menghiraukannya.

Nata tertawa puas, menurutnya Fira sangat berbeda dengan kebanyakan perempuan yang mendekati Ghama. Wanita cantik didepan Nata tersebut jangankan tertarik dengannya, dia malah seperti memikirkan hal lainnya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Nata.

"Gak ada, kamu masih ada urusan denganku?" tanya balik Fira.

Nata bergeleng.

"Kalau begitu, aku pergi ya. Urusan pakaian kamu cari Tina atau Syifa saja, aku sudah meminta ijin dua hari cuti kerja" Fira terlihat buru-buru.

Dia sudah pergi meninggalkan Nata. Tadi sebelum pergi kerja niat awal Fira adalah untuk pergi menjenguk Bu Andin tapi ban mobilnya bocor. Ketika diantar Ibnu dia terpaksa pura-pura pergi kerja, agar tidak dicurigai.

Kini Fira sedang mencari taxi, dia menunggunya dipinggir jalan. Taxi online yang dia pesan menolak mengantarnya, Fira jadi terpaksa mencari taxi sendiri.

Tidak lama dia menunggu disana. Sebuah taxi akhirnya melintas, dia memberhentikan taxi tersebut.

2 jam perjalanan Fira tiba di kampung halamannya, dia menuju rumah Bu Andin.

Tok tok

"Bu Andin" panggilnya sembari mengetuk pintu rumah Bu Andin.

Tidak ada sahutan membuat Fira mengetuk pintu satu kali lagi. "Bu Andin" panggil Fira lagi.

"Ya, sebentar" Bu Andin berjalan membukakan pintu rumahnya.

Dia terkejut melihat siapa yang datang menemuinya. Gadis kecil yang dulunya menangis saat memasuki panti, kini sudah besar dan sukses.

"Ini benaran kamu nak?" tanya Bu Andin mempersilahkan Fira masuk.

Fira memeluknya erat, "Iya Bu, Fira datang kesini memastikan kondisi Bu Andin" ucapnya.

"Oh iya nak, kebetulan kamu datang ada yang mau ibu berikan. Sudah lama ibu ingin memberikannya tapi belum juga ibu berikan. Silahkan duduk" Bu Andin meminta Fira menunggunya.

Rumah itu berantakan sekali. Sepertinya sebelum Fira datang kemari, rumah Bu Andin kedatangan tamu.

Bu Andin kembali membawa sebuah kardus. "Fira kemarilah nak" pinta Bu Andin membuat Fira mendekatinya.

"Ada apa Bu?" tanya Fira.

"Kotak ini ibu simpan untukmu. Bukalah, didalam sana ada bajumu waktu pertama kali datang kepanti, ada juga sebuah kalung dan cincin yang kamu kenakan juga ibu taruh disini" Bu Andin memberinya kotak tersebut.

"Sekarang pergilah, ibu tidak tahu siapa mereka. Jika ibu perhitungkan mereka akan tiba sebentar lagi. Kamu harus pergi dari sini nak" dia mendorong Fira pergi

"Tapi Bu, bagaimana dengan ibu?" tanya Fira. Dia khawatir dengan kondisi Bu Andin setelah kepergiannya.

"Ibu baik-baik saja, mereka hanya bertanya dan membongkar rumah. Mereka tidak mengganggu ibu" kata Bu Andin membujuknya untuk pergi.

Wajah Bu Andin tersenyum, Fira memutuskan pergi karena itu permintaan ibu asuhnya sebelum dia diadopsi. Tidak jauh mobil taxi yang Fira naiki berjalan, mobil lainnya berhenti juga didepan rumah Bu Andin.

Sikembar keluarga Andersons turun dari mobil itu. "Apakah disini?" tanya Dylan pada bawahannya.

Kali ini si kembar ingin mengintrogasi Bu Andin seorang diri. Bawahan yang dia suruh hanya bisa membuat mereka menunggu dan tidak menemukan hasil apapun.

.......

...[25]...