Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~19
"Audrey, segera ke ruangan saya !!" perintah Ariel melalui sambungan teleponnya dan tak berapa lama nampak seorang wanita cantik bergegas masuk.
Bukan dengan senyuman mengembang yang biasa wanita itu perlihatkan di bibir merahnya, namun sebuah ketegangan menghiasi wajahnya.
"Apa ada masalah, tuan ?" ucapnya mengingat suara dingin pria itu saat menghubunginya tadi.
"Siapa yang membersihkan ruangan saya ?" tanya Ariel yang nampak berdiri memunggungi sekretarisnya tersebut menghadap ke arah jendela.
"Seperti biasa tuan, Lucy office girl yang anda bawa dari kantor pusat." ucap Audrey menjelaskan.
"Kamu yakin hanya dia? atau apa ada yang masuk ruangan ini selama saya tidak ada ?" tanya Ariel lagi lantas berbalik badan menatap wanita itu.
"Tidak ada yang berani masuk ke sini selama anda tidak ada tuan, kecuali Lucy." tegas wanita itu.
"Kamu yakin ?" Ariel nampak menatapnya dengan pandangan menyelidik dan itu membuat Audrey seketika berkeringat dingin, lantas tiba-tiba wanita itu mengingat office girl baru yang bersama Lucy tadi.
Apa gadis itu telah mencuri sesuatu dari dalam ruangan CEOnya ini?
"Saya baru ingat tuan, tadi Lucy membawa serta seorang office girl baru ke ruangan ini." ucapnya memberitahu.
"Office girl baru ?" Ariel langsung mengernyitkan dahinya.
"Benar, tuan." angguk sang sekretaris.
"Kenapa bisa ada OG baru masuk ke ruangan ini, hah ?" Ariel mulai emosi, pria itu paling tidak menyukai orang-orang baru yang masuk ke area pribadinya tanpa seijinnya.
Audrey yang melihat kemarahan CEOnya itu langsung memutar otaknya mencari alasan, salah bicara sedikit ia pasti akan kena imbasnya juga.
"Astaga perawan tua itu benar-benar sedang mencari masalah." gerutunya dalam hati.
"Sepertinya nona Brigitta sengaja cari OG baru untuk berjaga-jaga jika suatu saat Lucy berhalangan hadir, tuan." ucapnya setelah menemukan alasan yang ia rasa tepat.
"Benar begitu ?" Ariel masih nampak tak percaya.
"Tentu saja, tuan. Nona Brigitta pasti sudah memikirkan keputusannya dengan tepat dan saya yakin OG pilihannya sudah pasti berkompeten dalam bidangnya." terang Audrey dengan yakin.
"Setelah ini kau harus mentraktirku, nona Brigitta." gumam wanita itu lagi bersorak dalam hati.
"Berkompeten kamu katakan ?" ucap Ariel lalu melangkah menuju meja kerjanya.
"Ten-tu saja, tuan." sahut Audrey meyakinkan padahal ia sendiri kurang yakin dengan office girl baru itu.
"Lalu ini apa ?" Ariel langsung menunjuk tisu di atas meja di mana ada sehelai rambut berwarna keemasan di sana.
Audrey yang melihat itu langsung menelan ludahnya, meski hanya sehelai rambut itu akan menjadi masalah besar di seluruh kantor ini.
"Maafkan saya tuan, kalau begitu segera saya perintahkan nona Brigitta untuk memecat OG baru itu." ucapnya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya meminta maaf, lantas wanita itu segera berbalik badan untuk meninggalkan ruangan tersebut.
"Siapa yang menyuruhmu pergi ?" ucap Ariel dan sontak menghentikan langkah sekretarisnya itu.
"Sa-saya ingin memberitahukan pada nona Brigitta agar segera memecat OG baru itu, tuan." ucap Audrey memberikan alasan kepergiannya.
"Sejak kapan kamu memiliki wewenang untuk memecat seorang karyawan ?" tanya Ariel dan lagi-lagi membuat sekretarisnya itu menelan ludahnya.
"Ma-maafkan saya, tuan." ucapnya dengan menundukkan kepalanya menyesal.
"Jadi benar ini rambut OG itu ?" tanya Ariel yang langsung membuat sekretarisnya itu kembali mengangkat wajahnya.
"Benar tuan, OG itu berambut pirang keemasan." terang Audrey kemudian.
"Pirang keemasan ?" lirih Ariel, seketika ia mengingat seorang gadis dengan seragam office girl kantornya nampak berlarian di jalanan saat ia baru datang tadi.
"Berikan dia SP3, jika mengulanginya lagi maka OG itu tak pantas bekerja di sini lagi !!" perintah Ariel kemudian dan sontak membuat sang sekretaris nampak sedikit melebarkan matanya, karena baru kali ini CEOnya itu memberikan kesempatan pada seorang karyawan apalagi itu hanya seorang office girl.
"Ba-baik, tuan." Audrey langsung mengangguk patuh.
"Kalau begitu saya permisi dahulu." ucapnya, kemudian segera pamit meninggalkan ruangan tersebut. Rasanya napasnya semakin sesak jika terlalu lama bersama pria itu.
Setelah kepergian sekretarisnya itu Ariel kembali duduk di kursinya lalu pandangannya tak sengaja ke arah sehelai rambut di atas mejanya tersebut.
Tanpa sadar tangannya nampak terulur untuk menyentuh rambut tersebut namun sebelum itu terjadi segera ia urungkan dan bersamaan itu ponselnya berdering dengan nyaring.
"Iya, pa." sahutnya setelah mengangkat panggilan di ponselnya.
"Akhir pekan ini berkunjunglah ke rumah Ar, ada hal penting yang ingin papa bicarakan."
Mendengar perkataan sang ayah, Ariel nampak menghela napasnya. "Hm, jika aku tak sibuk." sahutnya dengan sedikit malas.
"Papa tidak ingin mendengar alasan." ucap William dari ujung telepon lantas segera mematikan panggilannya sebelum putranya itu menanggapinya.
Ariel nampak meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dengan sedikit kasar, ayahnya itu pasti akan membicarakan pernikahannya yang sejak kepulangannya dari luar negeri selalu di singgungnya.
Sekarang ia memang lebih memilih untuk tinggal sendiri di sebuah Apartemen, ia merasa sudah dewasa dan berhak memiliki sebuah privasi. Karena sebelumnya ayahnya itu selalu ikut campur dalam kehidupannya.
Beruntung sang ayah tak mempermasalahkan ia tinggal sendiri jadi membuatnya sedikit memiliki kebebasan meski dalam sebuah hubungan percintaan tetap saja di aturnya.
Lantas pandangannya tak sengaja ke arah brankas yang berada di bawah meja kerjanya tersebut, kemudian ia segera menekan beberapa angka untuk membukanya.
Setelah terbuka, terlihat beberapa dokumen penting perusahaannya dan pemuda itu nampak menarik sebuah potret di tumpukan dokumen paling bawah lalu segera mengeluarkannya dan menutup kembali brankas tersebut.
Di lihatnya potret itu dengan seksama, bahkan ia mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah seorang gadis cantik yang terlihat berfoto bersamanya itu.
"Helena." gumamnya dengan wajah sendu lalu saat mengingat sesuatu rahang pria itu nampak mengeras lantas segera membuka laci mejanya lalu meletakkan foto tersebut di dalam sana.
Helena seorang gadis yang menjadi cinta pertama pria itu namun karena sebuah hal mereka harus berpisah.
Tak ingin larut dalam kenangan masa lalu, Ariel segera beranjak dari duduknya lantas segera meninggalkan ruangannya tersebut.
Sementara itu Sofia yang baru selesai dengan mata kuliahnya nampak segera berlalu keluar dari kampus sebelum petang.
Harusnya ia kuliah hingga malam namun dosennya yang sedang berhalangan hadir membuatnya bisa pulang lebih cepat.
"Sofia !!" panggil seseorang hingga membuat Sofia yang hendak menyeberang jalan langsung menoleh ke sumber suara.
"Dani." ucapnya sedikit terkejut, sejak ia bekerja memang tak pernah lagi bertemu dengan pria itu.
"Aku mencarimu, Sofia. Kemana saja kamu beberapa hari ini ?" tanya Dani seraya melangkah mendekati gadis itu.
"Aku bekerja." sahut Sofia yang kini urung menyeberang.
"Jadi kamu sudah mendapatkan pekerjaan, di mana Sofia aku ingin tahu ?" tanya Daniel penasaran.
"Aku menjadi office girl di sebuah perusahaan." sahut Sofia kemudian.
"Benarkah? apa aku boleh tahu di mana perusahaan itu Sofia ?" tanya Daniel lagi.
Sofia yang akhir-akhir ini menghindari pria itu nampak menghela napasnya sejenak. "Itu bukan hal penting Dani, hanya perusahaan biasa." dustanya, sungguh ia tak ingin pria itu terus menerus mengganggunya.
"Oh ya sedang apa kamu di sini ?" imbuhnya mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja mencarimu, Sofia. Aku ingin berbicara penting denganmu." sahut Daniel dan itu membuat Sofia nampak mengernyit tak mengerti.
"Tentang ?" timpalnya kemudian.
"Ibuku." sahut Daniel yang langsung membuat Sofia tersenyum sinis.
"Bisa kita bicara di Cafe dekat sini." imbuh Daniel lagi namun Sofia langsung menggeleng.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan Dan, kita memang tak pantas bahkan hanya untuk sekedar kenal." tolak Sofia, kemudian melangkah pergi namun Daniel langsung menahan lengan gadis itu dan bersamaan itu nampak mobil yang membawa Ariel terlihat melintas tak jauh dari mereka berada.
"Bukankah itu Dani ?" gumam pemuda yang sedang duduk dengan anteng di kursi belakang mobilnya saat tak sengaja melihat sahabatnya itu sedang bersama seorang wanita.
james scott menghukum dg tdk tersenyum krn anaknya yg hilang..aneh gak.. tapi lihat anaknya malah mengumpat dan gak ada simpati2 nya blas sama sofiya. benar kata sofia..dasar org kaya sombong
bikin emosi😏
bikin ketawa😜
bikin nangis😭
makasih k atas rezeki karya sebagus ini, semoga di RL kehidupan KK selalu sehat, bahagia, lancar rezeki usahanya
Aamiin 🤲