Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.
Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.
Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Berapa pun Pemberianmu
Dila langsung tersenyum dan mengacungkan kedua jempol tangannya.
"Tapi itu dulu, kakak belum pernah memiliki kak Elena, hati kakak masih merasa penasaran. Berbeda keadaan dengan nanti, semakin lama usia semakin bertambah, sepuluh atau dua puluh tahun kedepan, kondisi kak Elena tak lagi, cantik dan seksi seperti sekarang ini, begitupun kehidupan ranjang kalian. Kak Elen mungkin sudah terasa membosankan diatas ranjang. Sementara diluar sana, wanita muda belia yang masih begitu menggairahkan. Soal ranjang, wanita muda penyuka harta suami orang pasti lebih gesit, pisit dan menggigit. Bisa jadikan kak Anggara akan terpikat dengan mereka, awas saja," ancam Dila pada Anggara yang masih tersenyum.
Ayah yang baru datang langsung menjitak kepala Dila hingga dia teriak memanggil ayah.
"Jauh-jauh ayah menguliahkanmu dikota lain, apa hanya urusan ranjang yang kamu pelajari, hingga kamu begitu lancar berbicara soal itu," seloroh ayah.
Aku dan ibu tertawa melihat Dila yang memegangi kepalanya. Ayah mengambil kursi dan langsung duduk bergabung dengan kami. Sementara kak Anggara memulai pekerjaannya membuat adonan untuk mengoreng pisang. Aku juga ikut membantu dengan mengupas pisang-pisang yang tadi dibeli dipasar. Kulihat ayah akan memulai bicara pada kami.
"Kalian dengar ya semua anak dan menantuku. Dalam sebuah pernikahan memang banyak sekali ujiannya, banyak lika-likunya. Begitupun yang namanya cinta antara suami dan istri, kadarnya kadang turun, kadang juga naik.
Ditambah lagi godaan dari rumput tetangga yang terlihat lebih hijau daripada rumput dihalaman sendiri. Tapi satu hal yang mesti kita sadari, kita ini punya akal dan fikiran yang akan mengontrol perbuatan kita yang tidak baik.
Kalau ayah selalu mengikuti anjuran agama. Saat ayah belum menikah dan memilih seorang istri, ayah selalu membuka mata lebar-lebar untuk memandang wanita dari segala sisi. Dari kecantikannya, karakternya, kecerdasannya, akhlak dan keimanannya. Semua ayah lihat, ya walau tidak ada wanita yang sempurna. Karena ayah juga sadar, ayah juga tidaklah sempurna. Tapi ayah akan memilih wanita yang terbaik menurut ayah dan mau menerima ayah apa adanya tentunya.
Namun setelah ayah menjatuhkan pilihan pada ibumu dan menikahinya. Ayah menundukan pandanagan saat bertemu wanita lain dan ayah hanya memandang wajah ibu kalian saja, sehingga hanya ibu kalianlah yang paling cantik menurut ayah karena ayah tak punya pembanding yaitu wanita lain.
Nah sebagai suami atau istri agar yidak mudah tergoda oleh lawan jenis maka tundukanlah pandanganmu dari lawan jenis yang bukan mahrammu, pasanganmu selalu tampak paling menarik karena kamu tak pernah melihat yang lain sehingga tak bisa membandingkan," ujar ayah.
"Apa benar ayah seperti itu bu, yakin ayah tidak pernah melirik wanita lain," tanya Dila.
Ibuku menganggukkan kepala. Menurut ibuku, ayah bukanlah sosok Laki-laki yang romantis, ayah selalu cuek dan terkesan tak peduli, bahkan saat muda ayah sangat arogan. Ayah dan ibu menikah karena dijodohkan, namun mereka berdua mampu membangun komitmen dan saling berusaha untuk menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya.
Waktu terus berlalu aku dan kak Anggara terus mengerjakan pekerjaan kami, membuat beberapa macam olahan pisang. Dila dan ibu juga ikut membantunya.
Setelah semua pekerjaan selesai, kami menaruhnya diatas meja. Para tetangga yang telah mengetahui kalau suamiku hari ini jualan pisang keju, pisang goreng dan beberapa olahan pisang lainnya datang kerumah. Sedangkan suamiku mengantarkan pesanan yang diorder oleh beberapa orang dari media sosial.
"Elen-elen, kamu itu cantik, berpendidikan, kenapa pilih suami seorang penjual pisang goreng begini. Mending kamu jadi istrinya Andrea, jadi istri kedua pun tak mengapa. Toh kamu tidak merebut suami orang. Justru wanita itulah yang merebut Andrea. Gara-gara kamu terlalu lemah dan sok kecakepan akhirnya punya suami ya begini kere cuma tukang gorengan. Mana orangnya sepertinya jutek banget lagi. Kamu yang sabar ya Elen," ujar bu Lastri tetanggaku.
Mendengar ucapan tetangga, Elena hanya tersenyum, dia ingat nasihat suaminya kalau pendapat orang lain tentang diri kita itu bukan urusan kita, yang terpenting adalah pendapat kita tentang diri kita.
"Tidak apa-apa bu, harta kan tidak menjamin seseorang untuk bahagia, buktinya sekarang ini saya merasa sangat bahagia, walaupun mempunyai suami tidak kaya raya seperti yang ada dalam fikiran ibu. Ibu juga tidak kaya kan tapi aku liat ibu hidupnya bahagia," jawabku santai.
Wanita itu tersenyum mengejekku, lalu dia bilang kalau ini masih diawal-awal pernikahan, masih anget-angetnya orang bilang. Jadi segalanya masih terasa indah. Tapi nanti kalau sudah lama bahkan tahunan, kita baru merasakan jenuh dan bosan hidup susah.
Ibu itu selalu merasa bahagia walaupun hidup sederhana karena memang dari kecil dia selalu hidup susah jadi ya sudah terbiasa.
Setelah wanita itu pulang tak lama kemudian datang lagi seorang gadis belia, dia akan membeli pisang keju. Aku pun melayaninya dengan baik.
"Kak Elen kok mau sih menikah sama tukang gorengan dan mau-maunya juga kak Elen jadi tukang goreng juga," selorohnya.
"Ya mungkin sudah takdir kakak dek berjodoh dengan lelaki tukang gorengan," jawabku asal saja.
Gadis itu langsung menertawakan jawabanku, dia bilang jodoh itu pilihan karena kita masih bisa memilih yang lebih baik dan menolak yang tidak baik. Aku juga ikut membalas menertawakan ucapannya.
"Kamu benar dek, kita bisa memilih siapa yang akan menjadi suami kita, dan menurut kakak, suami kakak adalah lelaki terbaik yang sudah kakak pilih. Kalau menurut pendapatmu dia tidak baik ya itu urusanmu yang penting menurut kakak dialah yang terbaik, kan kakak yang menjalani bukan kamu, " jawabku.
"Susah sekali ya dinasihati kalau sudah termakan cinta, semoga jangan sampai deh aku jatuh cinta.," ucap gadis belia itu sambil berlalu pergi.
Waktu terus berlalu, kak Anggara sudah pulang, sementara dagangan dirumah pun sudah tinggal beberapa lagi. Akhirnya kami menutup. Jualan kami dan memberikan pisang goreng yang tidak terjual kepada ayah, ibu dan semua yang ada dirumah ini.
Kak Anggara menghitung penghasilan hari ini dia menyerahkan uang hasil keuntungan harii setelah menarik modalnya untuk berjualan lagi besok.
"ini uang hasil kerja kita hari ini, kamu simpan ya, pakai untuk keperluan kita. Mulai sekarang kamu yang pegang dan kelola uang kita. Kamu tidak apa-apa kan hanya mendapatkan sedikit uang sebagai nafkah dariku," tanya kak Anggara.
Mendengar ucapan suamiku aku merasa sangat terharu. Bagiku berapapun pemberian suamiku selalu aku syukuri. Karena itu termasuk rezeki dan anugerah yang indah.
Bukan nilainya yang membuat aku bahagia menerima uang darinya tapi bagaimana penjuangan dia untuk mendapatkannya.
"Terimakasih ya sayang, kamu memang jodoh terbaik yang Tuhan berikan untukku"
Suamiku mengajakku istirahat setelah merapikan semua peralatan untuk jualan.
Besok aku ingin bangun lebih pagi, aku ingin menyiapkan segala keperluan suamiku sebelum dia pergi kepasar untuk membeli bahan jualan.
*******
dan andrea segera mampus
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪