Follow ig : @yoyotaa_
"Apa! Menikah? Yang benar saja dong Pa! Aku tidak setuju!"
"Saya setuju Om."
"Hah?"
Pernikahan yang terpaksa dan dadakan karena permintaan mamanya Liora pun diadakan di rumah sakit dengan sederhana. Meski kedua mempelainya tidak saling cinta bahkan Liora benar-benar tidak begitu mengenal Raja.
Liora Cania Handoko seorang wanita manja yang masih berkuliah semester akhir harus merelakan masa lajangnya demi mengikuti keinginan terakhir sang sama.
Raja Dewantara, pria kaku dan dingin menyetujui permintaan mama Liora karena itu adalah sebuah wasiat.
Lalu bagaimana kehidupan pernikahan keduanya yang tanpa cinta? Apalagi pernikahan itu pun tanpa persetujuan dari kedua orang tuanya Raja. Akankah pernikahan dadakan itu bisa jadi pernikahan yang awet?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Datangnya tamu tak diundang
Satu Minggu berlaku dengan sangat cepat. Raja yang tidak berniat datang ke acara keluarga pun harus tetap ikut karena bujukan dari Liora.
Acara itu dilakukan di sebuah vila yang sengaja dipesan oleh keluarga besar Dewantara.
Liora datang dengan penuh senyum, sementara Raja dengan wajah yang terpaksa nya. Kedatangan pasangan baru itu, disambut dengan baik oleh keluarga Raja. Bahkan Liora bisa berbaur dengan mudahnya. Ia juga sedikit demi sedikit membantu para tantenya Raja yang sedang menyiapkan BBQ an di halaman vila.
Sementara Raja sendiri, malah cuma duduk sambil melihat istrinya yang tampak bahagia.
"Kamu beruntung punya istri seperti dia yang mudah berbaur dengan keluarga kita. Bahkan Oma Wina yang galak dan jutek aja sekarang sudah dekat dengannya. Beda sekali dengan mantan calon tunanganku yang akhirnya memilih untuk mundur karena tidak kuat dengan sikap kolot keluarga kita yang memandang kasta," curhat Rino salah satu sepupu dari Raja.
"Kamu tidak tahu saja, Liora juga berjuang untuk mendapatkan simpati Oma dengan mendatangi Oma ke rumah bahkan sampai mengikuti apa yang Oma lakukan."
"Ya, mungkin itu perbedaannya."
Raja menepuk pundak sepupunya. Ia memberikan dukungan ke sepupunya semoga mendapatkan gantinya yang lebih baik. Seperti dirinya yang mendapatkan Liora.
"Tante, ini bumbunya sudah aku campur semuanya. Ada lagi yang bisa aku bantu?"
"Udah selesai ya? Ya sudah kamu tinggal duduk diam aja. Soalnya tugas bakar-bakar itu para lelaki."
"Ah begitu, baiklah Tante."
Liora pun menghampiri suaminya yang duduk bersama sepupunya.
"Hai Rino," sapa Liora.
"Hai juga Ra. Sudah selesai bantu-bantunya?"
"Iya, katanya tinggal tugas lelaki yang berurusan dengan api."
"Sanah gih! Bantuin om, om kamu disana!"
Raja menggeleng pelan. Ia masih ingin bermalas-malasan disana.
"Raja mah kalau udah nggak mau ya nggak mau nya keterusan Ra. Dia mah orang yang paling susah dipaksa di keluarga. Kalau biasanya kita ngadain acara kaya gini Ya Raja mah selalu duduk diam dan melihat aja. Terus nantinya tinggal ikut makan. Paling kalau pun bantu, ya cuma numpang muka pura-pura ikutan bakar ayam," ucap Rino yang membongkar semua kelakuan Raja ketika berkumpul bersama keluarga.
Raja hanya nyengir sambil memperlihatkan deretan giginya ke Liora.
"Ya sudah, kalau begitu, aku mau bantu bakar-bakar dulu."
Rino pun ikut bergabung dengan para bapak-bapak. Sementara Raja masih menikmati posisinya. Apalagi ia malah bersandar di pundak sang istri. Jadi malas untuk ngapa-ngapain lagi.
"Kalau begini, kamu tidak akan dekat dengan keluarga kamu sendiri."
"Sudah dekat kok."
"Iya deh terserah," ucap Liora kemudian pergi meninggalkan Raja dan menemani Oma yang sedang duduk sendirian.
"Ih! Kok malah pergi?"
*
*
Waktu terus berlalu, matahari sudah tak terlihat lagi karena sudah tergantikan hadirnya oleh bulan. Bakar-bakar pun sudah selesai, sekarang saatnya untuk makan bersama.
Tiba-tiba Tante Meri datang dan mengucapkan maaf karena terlambat. Tapi rupanya ia tak datang sendirian melainkan membawa Aurel, mantan dari Raja.
Oma Wina, Ayah Tara dan Ratu menatap Aurel dengan tatapan tidak suka. Ingin bersuara tapi takut malah acara keluarga mereka jadi berantakan. Jadi lebih baik diam dan tidak menganggap kehadiran Aurel di tengah-tengah keluarga mereka.
Tante Meri menghampiri Raja yang tengah disuapi oleh Liora.
"Ja, lihat Tante bawa siapa kesini?" ucapnya. Raja menoleh dan melihat Aurel yang tersenyum padanya. Tapi hatinya suda mati rasa dan tidak ada cinta lagi untuk Aurel jadi ya sudah biasa aja. Lagipula Aurel sudah terganti dengan Liora.
"Kamu nggak senang, Tante bawa dia kesini?" tanya Tante Meri.
"Apa Tante tahu ini acara apa? Ini adalah acara keluarga kita. Itu artinya orang lain tidak boleh ikut. Kenapa Tante malah bawa-bawa dia yang sama sekali bukan bagian dari keluarga ini?" ucap Raja kemudian mengajak Liora untuk berpindah tempat karena katanya ia melihat iblis disana.
"Duh, Tante, aku jadi ngerasa nggak enak malah datang ke acara keluarga ini. Aku kan memang bukan bagian keluarga ini Tante," ucap Aurel.
"Sudah jangan khawatir kamu masih ada kesempatan untuk masuk ke keluarga ini. Karena Tante ingin kamu yang jadi istrinya Raja."
Aurel tersenyum senang mendengarnya. Ia pun jadi merasa punya andil disana dan malah menghampiri Oma Wina yang duduk sendirian di kursi.
"Hai Oma. Gimana kabarnya? Sehat?"
"Nggak perlu repot-repot untuk basa-basi denganku. Seharusnya kamu sadar diri. Kamu itu siapa? Kamu hanya mantan tunangan Raja yang berkhianat. Sudah tidak pantas kamu datang kesini. Lebih baik kamu pergi saja! Kamu hanya akan memperkeruh suasana."
Oma Wina pergi meninggalkan Aurel begitu saja. Wanita tua itu sudah benar-benar kecewa dengan kelakuan Aurel dulu. Bahkan untuk melihat wajah Aurel lagi saja, ia sudah enggan.
Aurel mengepalkan tangannya. Tidak apa-apa,mungkin sekarang ia memang tidak dianggap. Tapi, nanti ia akan membuat Oma Wina menganggap dia lagi.
*
*
Setelah pertemuan dengan Tante Meri tadi dan Aurel, Raja jadi tampak diam dan tak berselera makan. Liora sampai heran sendiri melihatnya.
"Wanita yang bersama Tante Meri tadi siapa? Kenapa sepertinya Tante Meri antusias sekali mempertemukan kamu dengan dia?"
Karena Raja tidak ingin menyembunyikan apapun dari Liora. Raja pun menceritakan siapa wanita tadi.
"Dia Aurel, mantan tunangan saya," ucap Raja.
Ingatan Aurel jadi kembali ke beberapa waktu lalu ketika Ayah Tara bercerita tentang Raja yang dikhianati tunangannya. Liora pun tidak ingin memaksakan Raja untuk bercerita sepenuhnya. Karena ia sadar masa lalu Raja hanya milik Raja. Mau cerita atau tidak, tidak akan berarti apapun bagi hubungan mereka. Kecuali jika Raja masih memiliki sedikit rasa. Itu beda lagi ceritanya.
"Ah, begitu rupanya."
"Seharusnya dia tidak ada disini. Karena memang dia bukan bagian dari keluarga ini. Entah apa yang direncakan Tante Meri dengan membawa Aurel kesini. Dia bahkan seakan lupa, keluarga ini sudah menanggung malu akibat batalnya pernikahan saya dulu. Bukannya saya belum move on. Hanya saja, kalau melihat Aurel, yang teringat di kepala saya itu adalah pengkhianatan dirinya dan luka yang diberikannya."
Liora mengelus pundak Raja untuk menenangkan suasana hati suaminya. Ia memang belum pernah merasakan yang namanya patah hati, apalagi dikhianati. Tapi ia sebisa mungkin akan membuat Raja agar tidak ingat lagi dengan rasa sakit yang pernah diterima nya di masa lalu.
*
*
TBC