Pernikahan Dadakan
"Apa! Menikah? Yang benar saja dong Pa! Aku tidak setuju!"
"Saya setuju Om."
"Hah?"
Liora benar-benar tidak habis pikir dengan laki-laki dewasa di hadapannya. Ia dengan mudah menyetujui permintaan pernikahan yang mamanya inginkan. Meski mamanya memang sedang diambang kematian, tetap saja untuk permintaan menikah. Liora tidak bisa. Ia masih ingin bebas dan menikmati masa mudanya.
"Pokoknya Rara nggak mau Pa! Lagian Rara juga nggak mengenal pria ini," ucap Liora yang masih terus menolak.
"Sayang, papa mohon ya, ini keinginan mama kamu. Dia ingin melihat kamu menikah. Lagipula Raja ini orangnya baik, papa yakin dia bisa membimbing kamu. Papa sudah mengenalnya sangat lama."
"Tapi kenapa harus aku Pa? Kak Lintang kan anak pertama, harusnya dia duluan yang menikah. Kenapa harus aku? Lagian aku tidak mengenal pria ini. Baik menurut papa bukan berarti baik juga menurut aku. Pokoknya aku menolak dengan sangat keras pernikahan ini!"
Liora masih terus menolak permintaan sayang mama. Sampai mereka pun mendapatkan kabar kalau kondisi mamanya Liora semakin buruk.
"Papa mohon, Ra. Turuti permintaan terakhir mamamu. Mama memintamu menikah lebih dulu, karena mama ingin melihat kamu menikah dengan orang yang tepat. Apalagi kamu ini putri kesayangan kami berdua."
Dengan berat hati, akhirnya Liora pun memutuskan untuk menyetujui keinginan sang mama untuk menikah dengan Raja. Laki-laki yang dipilihkan oleh mamanya.
Tak butuh waktu lama selang berapa waktu, semua persiapan pernikahan sudah dilakukan. Dimulai dari penghulu dan para saksi. Acara pernikahan dilangsungkan dengan sederhana di ruangan rawat mamanya Liora. Bahkan Liora hanya mengenakan kebaya putih dan riasan natural di wajahnya.
Ketika ijab kabul telah selesai diucapkan. Mama Liora menghembuskan napas terakhirnya. Liora menangis sejadi-jadinya. Ia benar-benar belum siap kehilangan mamanya.
"Papa, mama masih hidup kan? Mama cuma tidur sebentar kan? Mama pasti bangun lagi, Rara yakin itu," tanya Liora bertubi-tubi sambil meneteskan air matanya.
Papa Handoko hanya diam tak menjawab ucapan anaknya. Ia pun merasa sedih dan tak berdaya karena ditinggal istri yang dicintainya.
"Kamu harus ikhlas ya, Ra. Mama kamu sudah meninggal. Dia pasti akan tenang disana," ucap Raja yang ada di samping Liora.
"Ngomong apa kamu barusan? Mamaku belum meninggal ya? Dia masih hidup! Jangan bicara sembarangan!"
Tapi, kedatangan suster dan dokter yang hendak memindahkan mamanya ke ruangan mayat membuat Liora menangis lebih keras bahkan sampai pingsan. Raja yang kini sudah berstatus sebagai suami Liora pun harus siaga menunggu Liora sampai bangun. Sambil melihat kondisi di sekitarnya.
*
*
Keesokan harinya adalah hari pemakaman mamanya, Liora masih terus menangis di pelukan Papa Handoko. Ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian sang mama yang begitu cepat.
Begitu juga dengan Lintang yang baru bisa datang di hari pemakaman karena sebelumnya ada urusan di luar kota. Ia benar-benar tidak menyangka mamanya akan pergi secepat ini.
Ketika hendak pulang dari TPU, Liora meminta ikut pulang dengan Papa Handoko ke rumah. Tapi, Papa Handoko melarang.
"Kamu sudah bersuami. Sekarang kamu harus ikut dengan suami kamu. Kecuali kalau suami kamu mengizinkan kamu itu ikut bersama papa."
"Apa!? Menikah? Kapan? Kenapa nggak ada yang bilang ke aku? Papa! Rara itu masih kecil! Kenapa dinikahkan?"
Begitulah Lintang, pria itu masih menganggap adiknya anak kecil karena masih suka manja padanya. Mendengar adiknya sudah menikah dan dia tidak tahu apapun. Ia sangat terkejut dan tidak percaya. Untuk mengurus diri sendiri saja tidak bisa apalagi harus mengurus suami. Lintang tidak bisa membayangkan akan sehancur apa rumah tangga Liora kelak.
"Maaf, papa tidak sempat menghubungi kamu. Karena keadaannya genting sekali. Lagian Rara sudah besar, sudah 22 tahun juga."
"Astaga Pa! Umur aja yang udah 22 tahun. Tapi kelakuannya masih kaya anak SMP, yang ini dan itu maunya dilayanin. Apa nggak kasihan sama Raja?"
"Sudah nggak papa. Saya bisa menghadapinya. Lagipula saya yang menyetujuinya lebih dulu," ucap Raja.
Lintang hanya bisa menghela napasnya. Ia tidak tahu lagi harus apa sekarang. Fakta yang didengarnya begitu mengejutkan.
"Hari ini kamu boleh menginap di rumah papa kamu. Besok saya akan menjemputmu."
Liora diam, karena masih belum terima ia sudah menikah dengan pria kaku seperti Raja. Apalagi bicaranya yang terkesan baju, membuatnya kesal saja.
"Apa kamu tidak mau ikut menginap juga?" tawar Papa Handoko.
"Tidak, saya masih ada hal yang mau diurus. Saya titip Rara ya, Pa."
"Dih, apaan titip-titip! Orang aku anak papa juga! Ngeselin banget!"
"Rara!" teriak Papa Handoko ketika anaknya mengatakan hal tidak sopan ke suaminya sendiri.
"Iya, maaf Pa."
*
*
Mereka pun pulang dengan jalur yang berbeda. Setibanya di rumah, Liora langsung masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Berbeda dengan Papa Handoko dan Lintang yang langsung bicara serius di ruang tamu.
"Wajar kalau kamu terkejut. Papa menikahkan Rara atas permintaan mama kamu. Dia ingin melihat putri kesayangannya jatuh ke orang yang tepat. Dan dia pun memilih Raja. Papa tidak bisa menolak itu, dan untungnya Raja setuju. Meski awalnya adik kamu menolak mati-matian."
"Ya ampun, Pa. Sekarang aku jadi kasihan ke Raja. Dia pasti tidak akan sanggup menghadapi sikap manja dan kekanak-kanakan dari Rara. Walaupun aku tahu, Raja memang baik, tetap saja kalau pasangannya Rara, aku tidak bisa berekspektasi lebih."
"Entahlah, papa juga nggak tahu. Papa cuma bisa berharap pernikahan mereka berdua berjalan dengan baik. Meski papa tahu pernikahan itu terjadi tanpa ada rasa cinta. Papa pun tidak tahu, kenapa Raja dengan mudahnya menyetujui permintaan mamamu."
"Hufttt...."
Lintang menghela napasnya. Ia jadi terus kepikiran tentang kehidupan adiknya selanjutnya. Apalagi adiknya itu masih jadi mahasiswa tingkat akhir di universitas.
*
*
Malam harinya, Liora keluar dari kamarnya untuk makan malam bersama. Di meja makan, Liora terus meminta diambilkan makanan ini dan itu ke kakaknya. Lintang hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah gimana pusingnya Raja nanti setelah mengetahui tingkah adiknya.
"Nanti kalau kamu sudah tinggal bersama dengan Raja. Kamu jangan minta dilayani terus. Kamu juga harus melayani segala kebutuhan Raja juga."
"Emangnya siapa yang mau tinggal sama pria itu? Aku mau tinggal disini sama papa aja. Biarin aja dia sendirian di rumahnya. Pernikahan ini kan tanpa cinta. Kalau besok bercerai pun, boleh kan?"
Tuk!
Lintang mengetok kening adiknya dengan sendok karena ucapannya yang ngawur.
"Heh! Dimana-mana orang tuh maunya nikah sekali seumur hidup. Kamu malah baru beberapa hari aja udah mau cerai. Jangan ngomong sembarangan! Masa nyebut suami sendiri pria itu! Nggak sopan!"
Liora mendengus sebal. Karena memang ia tidak mau tinggal bersama Raja. Baginya pernikahan kemarin itu cuma main-main untuk mengabulkan permintaan mamanya.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Mimianti Liem
lanjut
2023-07-07
0
Rosa Rosiana
menarik
2023-06-11
0
Rosa Rosiana
menaril
2023-06-06
0