NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 29

Raka mengemudi dengan satu tangan di setir, satu lagi menggapai ponsel yang bergetar di dashboard.

“Mamahku telpon,” ucap Raka sambil melirik ke arah Anjani.

Anjani hanya mengangguk. Ia menatap jalanan dengan tenang.

Raka menerima panggilan dan mengangguk-angguk kecil.

“Ni, nanti malam mamah ada acara sama ibu gubernur. Jadi, sore ini mamah bisa ketemu kamu,” katanya begitu menutup telepon. Wajahnya datar, terdengar tidak antusias.

“Aku terserah kamu aja,” ucap Anjani pelan.

“Lho, kok terserah aku sih?” Raka menoleh sebentar ke arahnya. “Kamu tuh kayak nggak anggap penting pertemuan ini. Lihat baju kamu aja belum ganti. Aku takut mamah nggak bisa terima kamu.”

Anjani mengernyit. Ia tak paham kenapa Raka lebih khawatir soal penerimaan orang lain daripada kepercayaan dirinya sendiri.

“Ya terus aku harus gimana?” tanya Anjani, datar.

“Ya harusnya kamu punya dong baju-baju bermerek. Jadi nggak kayak sekarang, mau ketemu mamahku tapi tampil kayak... ya gitu.”

“Maaf ya,” ucap Anjani, tetap tenang. “Aku terbiasa begini. Fokus ke hal yang penting, bukan ke formalitas.”

“Ni, hidup ini bukan cuma soal kamu. Kita harus saling menghargai. Kamu bukan hidup di suku pedalaman yang nggak ngerti perkembangan zaman.”

“Oh, jadi kamu anggap aku kuno?” Anjani menoleh, nadanya mulai meninggi.

“Bukan begitu, Ni. Tapi hidup itu ya, saling menghargai dan menyesuaikan.”

Anjani menarik napas dalam. “Kamu pikir suku pedalaman nggak punya aturan? Mereka itu hidupnya sangat teratur. Cara bikin rumah, menanam, berkeluarga, semua ada aturannya. Mereka punya hukum adat dan mereka patuh. Karena mereka percaya sama hukum alam.”

Ia melanjutkan, matanya tajam ke depan.

“Mereka sehat-sehat. Nggak pernah ada wabah, nggak rusuh, karena hidupnya selaras sama alam. Coba kamu pikir, siapa yang sebenarnya nggak berkembang?”

Raka terdiam sesaat, lalu geleng-geleng kepala.

“Aduh, susah banget ngomong sama kamu, Ni. Padahal Nabi itu ngajarin hijrah, ngajarin kita buat berubah, nggak stagnan.”

Anjani melirik ke arahnya. “Memangnya kamu ngerti hijrah itu apa?”

“Ya hijrah itu ya berubah, dong. Dari buruk jadi baik. Dari yang nggak punya arah jadi punya tujuan. Misalnya, kamu nih, masih pakai baju sederhana. Ya harusnya berubah, dong. Sesuai zaman. Kalau kita nggak berubah, kita bakal ketinggalan zaman dan tergilas.”

“Oh, gitu.” Anjani mendengus pelan. “Bagiku, hijrah itu bukan soal ikut tren atau pakai barang mahal. Tapi dari yang tadinya bodoh jadi pandai. Dari serakah jadi ikhlas. Dari sombong jadi rendah hati. Dari dzalim jadi adil.”

Dia menoleh ke arah Raka.

“Dan Nabi nggak pernah persoalkan warna kulit, bentuk wajah, atau cara berpakaian. Yang dilihat Nabi itu ketaatan sama Allah, dan manfaatnya orang itu buat sesama.”

Raka menghela napas berat, tak menjawab.

Mobil terus melaju di jalanan perumahan elit. Rumah-rumah besar mulai terlihat di sisi kanan dan kiri. Raka memelankan laju kendaraan.

Anjani melangkah masuk ke rumah Raka yang begitu megah. Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal menggantung anggun di atas marmer mengilap. Ruang tamunya luas, elegan, dan dingin, seperti galeri seni yang tidak semua orang bisa menyentuh.

Raka berjalan di sampingnya, lalu melirik sekilas.

“Bagaimana, Anjani, rumahku?” tanya Raka.

“Besar banget. Aku sampai nggak bisa ngitung jumlah pintunya ada berapa,” jawab Anjani sambil tersenyum kecil.

Sekitar sepuluh orang ART langsung menyambut mereka. Anjani jadi sadar, baju sederhana yang ia kenakan mungkin seharga celemek yang dipakai para ART itu. Tapi ia tetap melangkah dengan tenang.

Mereka menuju ruang tengah. Seorang wanita berusia sekitar lima puluh lima tahun duduk anggun, mengobrol dengan wanita lain yang memakai gaun mewah. Duduk mereka tegak, bahasa tubuhnya sopan, wajah mereka penuh wibawa.

Raka melangkah ke arah wanita itu.

“Mah, ini Anjani, orang yang sering aku ceritain,” ucap Raka sopan.

Anjani ikut melangkah maju.

“Anjani Ramadhani,” katanya sambil menunduk sopan.

“Aku Farida Atmaja, ibunya Raka. Jadi ini ya, orang yang sering kamu ceritakan, Ka,” ujar Farida sambil tersenyum tipis.

Di sampingnya, seorang wanita muda menatap Anjani dengan dingin. Gayanya tajam, jelas bukan tatapan suka.

“Ini kakak aku, Tiara Atmaja,” ujar Raka.

Tiara mengangguk kecil, senyumannya kaku. Anjani bisa menangkap dengan jelas nada penilaian di tatapannya.

“Cantik sekali kamu, sayang. Hampir tiap malam Raka cerita tentang kamu ke Mamah,” ucap Farida.

Anjani tersenyum. Ia sempat mengira akan ditolak mentah-mentah. Tapi ternyata tidak.

“Iya, Mah. Anjani juga penemu formula AJ-25 itu, loh,” ujar Raka bangga.

Farida menoleh, ekspresinya berubah jadi lebih tertarik.

“Wah, kelihatan sekali kamu pintar. Kami nggak mempermasalahkan status kamu sebagai calon janda. Kamu masih muda dan punya masa depan cerah,” ucap Farida sambil menatap Anjani penuh makna.

“Terima kasih, Mah,” jawab Anjani singkat.

“Anjani dulu kuliah di mana?” tanya Tiara, suaranya datar tapi menyelidik.

Anjani menarik napas. Ia paling malas menjawab pertanyaan seperti ini, tapi demi menghargai Raka, ia jawab.

“Saya terakhir kuliah master di IPB dan ITB,” ujar Anjani.

“Oh, kukira lulusan luar negeri. Kok bisa ya, lulusan universitas lokal bisa nemuin formula kayak gitu?” tanya Tiara sinis.

“Ka, jangan gitu dong. Anjani memang pintar. Aku yakin Anjani bisa bersaing sama lulusan luar negeri,” bela Raka cepat.

“Ya tapi tetap aja, masih universitas lokal. Dan kenapa ngambil jurusan pertanian? Itu lama banget berkembang dan kurang prestisius,” ucap Tiara lagi.

“Tiara, nggak boleh gitu. Kita harus hargai jerih payah Anjani,” potong Farida dengan suara tegas tapi tetap tersenyum. “Anjani ini wanita tangguh dan mandiri. Jarang loh ada perempuan dari kampung yang bisa jadi ilmuwan. Pasti orang tuamu sudah banyak keluar uang dan mungkin sampai jual tanah, ya?”

“Alhamdulillah nggak ada sepetak tanah pun yang dijual. Dari sarjana sampai master, saya dapat beasiswa,” jawab Anjani tenang.

“Oh, mahasiswa tak mampu toh,” celetuk Tiara.

“Ka!” Raka menegur, nadanya naik satu oktaf.

“Tiara, kamu jangan begitu,” tegur Farida, kali ini lebih keras. “Justru itu membuktikan bahwa walau dari kalangan biasa, Anjani bisa sampai titik ini. Itu luar biasa. Apalagi sekarang Anjani dipercaya Pak Menteri. Kariernya pasti bagus.”

Anjani menghela napas. Ia merasa tidak nyaman. Ia dekat dengan Menteri bukan demi karier, tapi karena ingin membangun ketahanan pangan nasional. Bukan untuk proyek, bukan untuk kekayaan.

Mereka kemudian makan malam bersama. Anjani tetap tenang, meski harus berhadapan dengan etika makan keluarga konglomerat. Tak nyaman, tapi demi menghormati Raka, ia diam saja.

“Anjani, minggu depan ulang tahun Mamah. Aku harap kamu bisa hadir, dan aku harap kamu bisa ubah sedikit penampilan kamu. Kalau kamu butuh baju atau perawatan, nanti biar Raka yang antar,” ujar Farida sambil menyesap supnya pelan. “Dan kalau boleh, kenalin Mamah ke Pak Menteri juga ya.”

Anjani menghela napas panjang.

“Baiklah, saya usahakan datang,” jawabnya pendek.

“Terima kasih, Anjani. Kamu tamu istimewaku,” ujar Farida tersenyum.

Setelah makan malam selesai, Anjani pamit pulang. Tiara diam-diam memfoto Anjani dari sudut ruangan. Entah untuk apa, tapi tatapannya membuat Anjani sedikit tidak enak.

Raka mengantar Anjani ke mobil.

“Ni, jangan lupa ya datang di ulang tahun Mamah aku. Kalau kamu butuh perawatan atau baju mahal, tinggal bilang aja sama aku,” ucap Raka.

Anjani menatap lurus ke depan, suaranya datar.

“Aku akan datang, tapi jangan pernah atur aku untuk ikut gaya pakaian yang kamu tentukan,” ucap Anjani.

“Anjani,” suara Raka meninggi, nada memaksa.

“Maafkan aku, Anjani. Aku mohon, kamu berubah demi aku. Aku akan kenalkan kamu sebagai istriku. Jadi, tolong berubah lah demi aku,” ucap Raka memohon.

Anjani menoleh ke arah luar jendela mobil.

“Sudah sampai. Aku mau istirahat. Terima kasih sudah temani aku malam ini,” ujar Anjani sambil membuka pintu.

Tanpa menoleh lagi, ia keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam kontrakannya

1
Ari Peny
pasti ni diko ada rahasia
shari ayi
selamat berjuang rizki dan raka 💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪
Hainun Hanafiah
kok kaya kisah nyata yaa..
Rika Hassan Aulia
terimakasih Thor cerita yg keren happy ending bikin seneng... coba kl sad ending g bisa tidur 👍
Ari Peny
yaaa anjani kok kalah
Memyr 67
𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗋𝖺𝗉, 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉, 𝗋𝗂𝗄i, 𝗒𝗀 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖾𝗋𝗎𝗌𝗄𝖺𝗇 𝗉𝗋𝗈𝖿𝖾𝗌𝗂 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖾𝗆𝗎 𝗌𝗂 𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗋 𝗇𝗂𝗇𝖺 𝗇𝖺𝗇𝗂, 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖾𝗋𝗈𝗌𝗈𝗄 𝗓𝗂𝗇𝖺, 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅𝗄𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌.
Dedeh Dian
sungguh sangat bagus ceritanya.... makasih author
Dedeh Dian
terimakasih author...sangat sangat bagus ceritanya... terinspirasi..untuk menjadi lebih kuat.💪
Ladya
Cih nulis pake chatGPT aja bangga 😏
SOPYAN KAMALGrab: hahaha.... terimakasih KA udah mampir
total 1 replies
Memyr 67
𝗀𝖺𝗒𝖺 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉 𝗅𝗎𝗌𝗂? 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗆𝖺𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗆𝗈𝗋𝗈𝗍𝗂𝗇 𝗋𝗂𝗄𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗒𝗀 𝖽𝗂𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗂𝗍𝗎 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄, 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗍𝗎 𝗅𝗎𝗌𝗂. 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗄𝖺𝗉𝖺𝗇, 𝗄𝖾𝗌𝖺𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗇𝗃𝖺𝗇𝗂?
Alang Sari
kereen bab ini
Lina Gunawan
realita politik dn birokrasi di negeri antah berantah
Yusni
cerira yg menaruk....sesuatu yg jrg sekali ada di novel..semua dikemas dlm saty cerita walau ada jg yg typo ...semoga semakin keren lagi kedepannya
Lina Gunawan
suka bngt sm alur ceritanya, kereen thor/Good//Good/
Dessy Lisberita
anjani sekarang berkuasa dari kakenya
Alma Zhienot
nah kn Jamal lagiiiiii. awas aza kmu Jani kalo sampe mecat jamal
Alma Zhienot
brp kali idup kmu d selamatin sama Jamal hei janiiiiiiii.
Rafinsa
bingung euy..
Rafinsa
gimana sih maksudnya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!