NovelToon NovelToon
NIKAH KONTRAK, CINTA NYATA

NIKAH KONTRAK, CINTA NYATA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: wiedha saldi sutrisno

ELINA seorang guru TK yang tengah terlilit hutang warisan dari kedua orangtuanya terus terlibat oleh orang tua dari murid didiknya ADRIAN LEONHART, pertolongan demi pertolongan terus ia dapatkan dari lelaki itu, hingga akhirnya ia tidak bisa menolak saat Adrian ingin menikah kontrak dengannya.

Akankah pernikahan tanpa cinta itu bisa berakhir bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiedha saldi sutrisno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26: Perlahan Bergerak ke arah yang Lebih Nyata

Ruang rapat utama Leonhart Group pagi itu tak berbeda dari biasanya, dingin, rapi, dan menegangkan. Lampu-lampu putih menyala sempurna di langit-langit, menerangi permukaan meja panjang yang didominasi oleh warna hitam logam. Deretan direksi dan manajer duduk tegak, menunggu giliran menyampaikan laporan triwulan mereka.

Di ujung meja, duduklah Adrian Leonhart, seperti biasa mengenakan setelan gelap yang memancarkan kharisma dan kekuasaan. Wajahnya tegas, mata tajamnya menyorot grafik yang diproyeksikan di layar.

Namun pagi ini, ada sesuatu yang berbeda. Aura Adrian tak lagi sekeras baja seperti biasanya. Ada jeda dalam sorot matanya, dan bahunya tak setegang biasanya.

Samuel, yang duduk di sebelah kanan Adrian sebagai penasihat eksternal dan sahabat lamanya, memperhatikan perubahan itu dengan saksama.

Presentasi dari departemen pemasaran tengah berlangsung ketika suara gugup seorang manajer muda terdengar dari ujung meja.

"E-eh... target kuartal... maksud saya, kuartal sebelumnya kami..."

Slide yang ditampilkan keliru. Data yang seharusnya menunjukkan tren positif malah tergantikan dengan grafik pertumbuhan lama yang belum diperbarui. Seisi ruangan membeku.

Beberapa kepala mulai menunduk. Semua orang tahu, di bawah kepemimpinan Adrian Leonhart, kesalahan seperti itu bisa berarti akhir dari karier seseorang.

Manajer muda itu menelan ludah, wajahnya memucat. Tangannya gemetar saat mencoba mengganti slide, tapi semakin panik, semakin sulit baginya mengendalikan gerakan.

Samuel melirik Adrian, menunggu kemarahan itu meledak seperti biasa. Tapi...

Adrian mengangkat tangannya pelan. "Tenang," ucapnya, suaranya tidak meninggi, justru terdengar datar namun tak mengancam. "Ambil nafas. Tunjukkan data yang seharusnya. Kita akan ulang dari awal."

Ruangan mendadak sunyi. Samuel menoleh, mengerutkan dahi. Bahkan sekretaris yang duduk di dekat pintu terbelalak.

Manajer itu mengangguk kaku dan akhirnya berhasil menampilkan slide yang benar. Presentasi berlanjut. Tidak sempurna, tapi cukup berjalan.

Usai pemaparan, Adrian hanya berkata, "Pastikan revisi laporan sudah masuk ke meja saya sore ini. Gunakan format standar."

Tidak ada teguran tajam. Tidak ada kalimat yang menjatuhkan harga diri. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tidak ada ancaman halus yang biasa disisipkan Adrian di balik nada profesionalnya.

Rapat berakhir tiga puluh menit kemudian. Para peserta satu per satu meninggalkan ruangan dengan wajah bingung, beberapa berbisik, sebagian besar terdiam.

Samuel masih duduk, menunggu semua orang pergi sebelum akhirnya bersandar ke sandaran kursi dan menatap Adrian dengan senyum setengah mengejek.

"Siapa kau, dan di mana Adrian Leonhart yang dulu?"

Adrian tidak menjawab. Ia membuka sebotol air mineral, meneguk sedikit, lalu menoleh pelan pada Samuel.

"Kau ingin jujur?"

Samuel mengangguk, mencondongkan tubuh ke depan.

Adrian menatap lurus ke depan, matanya tak sekeras biasanya, suaranya pelan, hampir seperti mengakui sesuatu yang sudah lama dipendam.

"Elina bilang... seseorang yang tak pernah diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan, takkan pernah berkembang. Dan aku mulai berpikir... mungkin dia benar."

Samuel tersenyum, kali ini tulus. Ia menyandarkan tubuhnya kembali, menatap sahabatnya yang perlahan... menjadi lebih manusiawi.

"Elina benar," gumamnya. "Akhirnya ada yang bisa menjinakkan singa."

Adrian hanya tersenyum samar. Tak menyangkal. Tak membantah.

Hari itu, di ruang rapat yang biasanya menjadi medan perang, lahir satu bentuk baru dari kekuasaan: yang tidak hanya menuntut hasil, tapi juga memberi ruang untuk tumbuh.

...****************...

Langit malam menyelimuti kota dengan gemerlap lampu yang berserakan seperti bintang jatuh. Di rumah pribadi keluarga Leonhart, suasana tenang meresap ke setiap sudut, hangat, bersih, dan nyaman. Elina berdiri di dekat meja makan, sedang memeriksa ulang makanan yang telah disiapkannya sore tadi. Claire sudah tidur lebih awal, lelah setelah hari pertama sekolahnya yang menyenangkan.

Suara pintu utama yang terbuka perlahan menyentakkan perhatiannya. Suara langkah berat yang ia kenali, berirama tenang, pasti, milik Adrian. Elina menoleh, dan senyum lembut terbit di wajahnya saat suaminya memasuki rumah.

Adrian menghentikan langkahnya seketika. Pandangannya menajam. Di hadapannya, Elina berdiri mengenakan gaun rumah berwarna lembut, jatuh pas di tubuhnya, dengan potongan yang sedikit menggoda. Bukan vulgar, tapi cukup untuk membuat mata laki-laki terpaku. Rambutnya digerai sederhana, dan aroma tubuhnya samar tercium hingga ke tempat Adrian berdiri.

Adrian menelan ludah. "Elina…"

Elina mengerjap, pura-pura tidak mengerti. "Kenapa?"

Ia mendekat, senyumnya tak hilang, tenang namun menggoda. "Kalau kamu menatapku seperti itu, makan malamnya bisa dingin, loh."

Adrian mengusap tengkuknya yang tegang, lalu tertawa pelan. "Aku hanya berpikir... kamu terlihat... sangat mempesona malam ini."

Elina memutar tubuh pelan, memperlihatkan gaun itu dari sudut lain. "Pakaian ini pemberian nenek Elizabeth” katanya ringan. "Beliau memberikannya sebelum kita pulang. Katanya, aku harus mulai berani terlihat cantik... sebagai seorang istri."

Adrian mengangguk pelan, matanya masih tak beranjak. Ada senyum kecil yang menggantung di sudut bibirnya. Senyum yang jarang sekali muncul, manis dan tulus.

"Aku harus berterima kasih padanya, kalau begitu," gumamnya pelan.

Elina menunduk sedikit, menahan senyum. Lalu dengan suara lembut ia berkata, "Kamu mau mandi dulu, atau makan malam dulu?"

Adrian mengangkat alis. "Kalau aku bilang... aku lapar dua-duanya?"

Elina terkekeh, pipinya merona. "Kalau begitu, kita mulai dari makan malam saja dulu. Nanti, aku bantu siapkan air hangat untuk mandimu."

Sikapnya malam itu begitu manis, begitu lembut. Ada ketulusan yang terpancar dari setiap gerak dan ucapannya. Ia tidak hanya bersikap sebagai seorang istri karena status, tapi mulai mencoba benar-benar menjadi satu, dengan hati, dan kehangatan.

Adrian meletakkan jasnya di gantungan dekat pintu, lalu berjalan mendekat. "Terima kasih, Elina... karena kau di sini malam ini."

Elina tersenyum, menatap matanya yang sendu namun hangat.

"Aku di sini... bukan hanya malam ini, Adrian," jawabnya pelan. "Aku ingin tetap di sini, kalau kamu mengizinkan."

Dan malam pun bergulir dalam damai. Mereka duduk berdampingan menikmati makan malam, tak banyak kata-kata, tapi penuh makna. Tak perlu tergesa, tak perlu berlari. Karena cinta yang tumbuh dengan lambat... seringkali bertahan lebih lama.

...****************...

Usai makan malam, Elina membereskan piring-piring dengan langkah ringan. Adrian sempat menawarkan bantuan, tapi ia hanya tersenyum sambil menggeleng. "Kamu sudah bekerja seharian. Biar aku saja," katanya lembut.

Adrian hanya berdiri di dekat meja, memperhatikan. Tak ada yang istimewa dari gerakan Elina saat mencuci atau mengeringkan piring, namun justru dalam kesederhanaan itu, ada keindahan yang tak bisa ia abaikan. Perempuan itu... kini menjadi bagian dari rumah ini, dari hidupnya.

Setelah selesai, Elina mengeringkan tangannya dan melirik ke arah Adrian yang masih berdiri di sana.

"Mau langsung mandi sekarang?"

Adrian mengangguk pelan. "Kalau airnya hangat, aku nggak keberatan."

Elina tertawa kecil. "Aku siapkan, tunggu di kamar saja."

Beberapa menit kemudian, suara air mengalir dari kamar mandi utama. Elina membuka pintunya dan memanggil lembut, "Airnya sudah siap."

Adrian masuk ke kamar dan berpapasan dengannya di ambang pintu kamar mandi. "Terima kasih." Suaranya rendah, nyaris serak. Mereka saling menatap sejenak sebelum Elina mengalihkan pandang dan pergi ke lemari kecil di sisi ranjang, merapikan beberapa barang pribadi miliknya.

Saat Adrian selesai mandi dan keluar dengan rambut yang masih basah, mengenakan kaus tidur dan celana panjang santai, ia melihat Elina duduk di sisi tempat tidur sambil membaca sesuatu di ponselnya. Rambutnya diikat longgar, dan malam ini ia mengenakan piyama panjang yang terlihat nyaman, namun tetap anggun di tubuh rampingnya.

"Aku bisa tidur di sofa, kalau kamu masih belum nyaman tidur sekamar," tawar Adrian tiba-tiba.

Elina mengangkat wajahnya, menatapnya dengan tenang. "Tidak perlu. Kita sudah membicarakannya kemarin. Aku tidak keberatan... selama kamu tetap memegang janjimu."

Adrian mendekat, mengambil tempat di sisi ranjang yang lain. Ia mengangguk. "Aku pegang janji itu, Elina. Aku tidak akan menyentuhmu tanpa izinmu."

Hening sebentar. Elina menatap ke arah lampu tidur, lalu menarik selimutnya perlahan. Adrian mengikuti gerakan itu, lalu berbaring sambil menghela napas panjang. Di kamar yang temaram dan sunyi itu, mereka berbaring berdampingan... masih ada jarak, tapi tidak sejauh sebelumnya.

Malam itu, tak ada sentuhan lebih dari selembar selimut yang sama. Tapi di balik diam dan ketenangan itu, tumbuh sesuatu yang lembut, kepercayaan, ketenangan, dan benih kecil yang entah kapan mekar menjadi cinta.

Sebelum memejamkan mata, Adrian melirik ke arah Elina dan berkata pelan, "Selamat malam, istriku."

Elina tersenyum samar. "Selamat malam, Adrian."

Dan malam pun menutup mereka dalam sunyi yang damai. Sebuah awal yang baru, yang tak lagi sekadar pernikahan kontrak, tapi perlahan bergerak ke arah sesuatu yang nyata.

1
Mia Syara
Awal baca,sudah tertarik dengan alur cerita ini..Salam dari Malaysia
Wiedha: Terimakasih sudah mampir Kak Mia...diusahakan untuk up date setiap hari...🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!