Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.
Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.
Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.
Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.
Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.
Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.
Akankah mereka bertemu kembali ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSC 19
"Jadi ... kau yang telah menghamili Shenina, hah? Katakan brengsekkk!" sentak seseorang yang tiba-tiba saja meringsek dan menarik kerah baju Rainero dengan wajah merah padam.
"Siapa kau, hah?" Rainero mencengkeram balik lengan laki-laki yang tiba-tiba saja menyentaknya itu.
"Katakan saja, brengsekkk!"
Bugh ...
Laki-laki itu lantas memukul rahang Rainero dengan keras dan menghempasnya.
Rainero tentu saja murka. Ia menyeka darah segar yang mengalir di sudut bibirnya dengan kasar.
"Dasar bajingaan!"
Rainero lantas menyerang laki-laki itu sehingga terjadilah perkelahian di sana. Suasana yang awalnya dipenuhi hingar bingar seketika riuh dengan suara pekikan saat kedua laki-laki itu saling memukul. Pecahan gelas dan botol berhamburan saat mereka saling menjatuhkan.
Brakkk ...
Rainero membanting tubuh laki-laki itu di atas meja kaca sampai kacanya pecah berhamburan.
"Rain, tenang!" Axton mencoba melerai dengan menahan Rainero, sedang Jevian tampak menahan laki-laki itu yang hendak kembali menerjang Rainero.
"Tenang? Dia yang lebih dulu mencari gara-gara denganku."
"Itu salahmu sendiri. Katakan, apa benar kau yang telah memerkosa Shenina, hah? Katakan bajingaan!" pekik laki-laki itu dengan wajah merah padam.
"Itu bukan urusanmu," bentak Rainero yang berusaha keras melepaskan diri dari Axton. Ia tidak mengingat wajah laki-laki yang ada di hadapannya itu, tapi Axton masih ingat. Ia ingin memberitahu Rainero, tapi Rainero tidak mengindahkan dirinya sama sekali.
"Itu urusanku karena kau hubungan kami jadi kacau, brengsekkk."
"Memangnya siapa kau, hah?"
"Aku ... aku kekasih Shenina. Aku calon suaminya. Gara-gara kau, semua jadi kacau. Aaaarghhh ... Brakkk ... "
Laki-laki yang ternyata Theo itu lantas menendang meja kaca tadi hingga terbalik. Matanya basah, ia menangis karena telah salah paham dengan Shenina. Ia pikir, Shenina berselingkuh darinya. Tapi ternyata, Shenina telah dinodai laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Kau benar-benar bajingaan!" Theo sekuat tenaga melepaskan diri dari Jevian. Kesal karena Jevian terus menahannya, ia lantas mengangkat lututnya dan mengayunkan kakinya ke belakang hingga tepat mengenai senjata keramat Jevian.
"Aaaaakkkhhh ... sialan. Brengsekkk! Senjata keramat ku!" raung Jevian sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di atas senjata keramatnya.
Rainero yang terhenyak di tempat tak sempat menghindar saat Theo kembali meringsek dirinya dan melayangkan banyak pukulan ke wajah dan perutnya.
"Sudah, cukup. Hentikan!" sergah Axton yang tak sampai hati melihat wajah Rainero yang telah babak belur. Rainero seakan sengaja menerima semua pukulan itu karena rasa bersalahnya.
"Jangan halangi aku! Biar aku menghabisi bajingaan ini!" Theo sekuat tenaga melepaskan diri dari Axton, tapi tenaga Axton yang cukup kuat, pun keadaan Theo yang telah cukup kelelahan membuat Theo kesulitan melepaskan diri dari Axton.
"Tenanglah. Kekerasan takkan bisa menyelesaikan masalah," ucap Axton bijak.
"Ya, memang kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalah, tapi setidaknya aku bisa membalaskan rasa sakit hati Shenina atas perbuatan bajingaan itu," ucap Theo menggebu.
"Apa dengan melakukan ini, Shenina akan menyukainya?" peringat Axton lagi sambil mengarahkan pandangannya ke arah Rainero yang sudah terkapar tak berdaya. Namun matanya masih terbuka lebar, meski sedikit sayu. Axton merasa iba melihat keadaan Rainero saat ini. Padahal laki-laki itu jago bela diri. Bahkan garang bila sudah berhadapan dengan musuhnya, tapi kali ini, ia seakan pasrah menerima semua pukulan Theo.
Theo tergugu. Ia pun terduduk di lantai. Tak ada isakan, tapi air matanya mengalir deras menunjukkan betapa besar luka hatinya.
"Gara-gara bajingaan itu, aku salah paham. Gara-gara bajingaan itu, pernikahan kami dibatalkan. Entah bagaimana keadaan Shenina saat ini, ia pasti sangat terluka. Aku ... seharusnya aku ada di sisinya di saat terpuruknya saat ini, tapi aku ... aku justru meninggalkannya. Maafkan aku, Shen. Maafkan aku. Aku menyesal," lirihnya.
Saat melihat kedua orang itu tadi berkelahi, pengunjung club malam itu tampak antusias, tapi saat mereka berhenti berkelahi, mereka pun membubarkan diri untuk kembali menikmati dentuman suara musik yang menghentak.
Tiba-tiba saja Theo berdiri, "tidak. Aku tidak boleh menyerah. Shenina sangat mencintaiku. Aku yakin dia akan memaafkan kesalahanku. Aku akan tetap menikahnya. Tak peduli kalau anak yang Shenina kandung adalah anak bajingaan itu. Aku akan menjadikannya seperti anakku sendiri," gumam Theo penuh keyakinan.
Rainero yang mendengar kata-kata itu sontak melebarkan matanya. Entah mengapa ada rasa tak rela bila anak yang Shenina kandung memanggil Theo dengan sebutan ayah. Padahal ia meyakini anak yang Shenina kandung bukanlah anaknya, tapi ia malah tak rela baik Shenina maupun calon anaknya didekati oleh Theo yang notabene adalah kekasih Shenina sendiri.
Melihat Theo yang bergegas pergi, membuat Rainero segera bangkit. Ia hendak mengejar Theo, tapi ternyata kakinya terluka karena mendapatkan tendangan Theo tadi.
"Shiiit! Sialan!" umpat Rainero saat kakinya terasa sakit saat digerakkan.
Sementara itu, Theo yang masih mencintai Shenina lantas melajukan mobilnya menuju kediaman Shenina. Tapi karena hari sudah larut, lampu-lampu di kediaman Shenina pun telah dimatikan. Theo mendesah, pikirnya Shenina pasti telah tertidur.
Theo lantas mencoba menghubungi Shenina. Tak peduli hari sudah sangat larut, ia sangat ingin berbicara dengan Shenina. Tapi setelah dihubungi beberapa kali, nomor Shenina masih saja tidak aktif membuat Theo sangat gusar memikirkannya. Theo yang tak kehabisan akal lantas memeriksa pesan masuk. Mencari nomor seseorang yang kerap mengirimnya pesan, tapi tak pernah ia respon apalagi simpan nomornya. Saat berhasil menemukannya, Theo pun segera menekan panggilan.
"Ck ... siapa sih?" kesal Jessica saat ponselnya yang ada di dalam tas terus berdering. "Honey, tunggu sebentar ya! Aku angkat panggilan itu dulu. Takutnya itu Mommy."
Laki-laki yang sedang memangku Jessica pun mengangguk. Jessica pun segera mengambil ponselnya yang ada di dalam tas.
Matanya seketika berbinar saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Saat kekacauan terjadi, Jessica justru sedang sibuk dengan sugar Daddy'nya. Jadi ia tidak tahu sama sekali telah terjadi perkelahian antara Theo dan Rainero.
"Hallo honey," sapa Jessica seolah-olah yang menghubunginya itu adalah kekasihnya.
"Bangunkan Shenina segera. Katakan aku ingin bicara dengannya sekarang," tukas Theo tanpa basa-basi apalagi beramah tamah. Ia pikir, mungkin Jessica ada di rumah karena itu ia meminta Jessica memanggilkan Shenina.
Jessica berdecak kesal. Ia pikir, Theo menghubunginya karena ingin bertemu dengannya. Tapi yang terjadi justru Theo memintanya memanggilkan Shenina.
" Tak usah mencari Shenina lagi karena dia telah diusir dari rumah," ketus Jessica sambil memutar bola matanya.
"Apa kau bilang? Jangan berbohong!" sentak Theo.
"Untuk apa aku berbohong. Kalau tidak percaya ya sudah."
Setelah mengucapkan itu, Jessica pun segera menutup panggilan itu dengan kesal.
"Shenina, Shenina, Shenina. Apa sih kelebihan perempuan sialan itu? Padahal aku lebih seksi dan lebih pandai memberikan kepuasan, tapi aku selalu saja kalah dari perempuan sialan itu," geram Jessica.
"Kenapa kau marah-marah, honey?" tiba-tiba sepasang lengan melingkari perut Jessica.
"Aku tidak apa-apa. Mau lanjut?"
"Of course," jawab laki-laki itu sambil tersenyum lebar.
Sementara itu, Theo yang melihat panggilannya ditutup Jessica secara sepihak terus mengumpat.
"Dasar sialan. Apa katanya tadi? Shenina diusir? Apakah Shenina benar-benar diusir?" Theo menatap nanar kediaman Shenina. Ia benar-benar khawatir saat ini. Bagaimana kalau Shenina benar-benar diusir? Theo pasti akan benar-benar menyesali perbuatannya yang langsung saja marah dan meninggalkan Shenina tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.
"Aku harap wanita iblis itu hanya berbohong padaku, Shen. Aku benar-benar minta maaf, Shen. Semoga aku masih bisa mendapatkan kesempatan kedua darimu."
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...
gue masih nunggu gimana hubungan Theo dan istrinya.
mau mempermalukan Shena
Jessica yang kena batunya
ikhlas Theo biarkan Shena bahagia dengan laki-laki yang telah merenggut kehormatanny
kasihan Shena.
dia telah bertemu orang-orang
baik tapi Shena dan anak-anak mu membutuhkan mu Rain
Lo bis melawan secara mulut sama saudara dan mama tiri Lo, tapi tidak dengan kelicikaan mereka
Kenapa juga Rainero tidak mau mendengar kan penjelasan dokter , kenapa juga langsung menjudge diri sendiri