Jiang Xia Yan merupakan putri bungsu dari seorang jenderal perang pada masa kekaisaran Ming Qi adalah wanita bodoh yang jatuh cinta dengan pangeran kedua Ming Shin yang pada akhirnya mati mengenaskan atas nama cinta.
Bukan hanya mati ditangan suaminya sendiri, Jiang Xia Yan juga menyebabkan Klan Jiang musnah ditangan Ming Shin.
Padahal Jiang Xia Yan sudah berkorban banyak untuk Ming Shin hingga bisa membuat lelaki yang sangat dicintainya itu bisa menjadi kaisar Ming setelah berhasil menggulingkam kekauasaan sang ayah.
Jiang Xia Yan mati dengan dendam yang mendalam....
Pada saat yang sama, ada seorang CEO wanita yang berhati dingin dan kejam bernama Agatha Wein yang juga mati mengenaskan ditangan sekelompok lelaki yang cintanya ditolak dengan kasar olehnya.
Agatha diberi kesempatan hidup didalam raga Jiang Xia Yan....
Mampukah Agatha bertahan hidup & membalaskan dendam Jiang Xia Yan?
Bisakah Agatha menemukan cinta dijaman kuno ini dan membuat hatinya yang dingin menjadi hangat ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA LAGI......
Seperti biasa waktu istirahat selama proses belajar di akademi digunakan oleh Jiang Xia Yan untuk berburu tanaman obat di hutan belakang sekolah.
Sekarang ketrampilan medis gadis itu semakin bertambah seiring dengan ilmu yang didapatkannya dari berbagai macam buku yang dia baca di dalam perpustakaan akademi.
Setelah dirasa semua tanaman obat yang dibutuhkannya sudah didapatkan, Jiang Xia Yan pun segera meloncati tembok belakang sekolah dan langsung melenggang santai tanpa dia sadari jika sejak tadi ada sepasang mata yang mengawasi setiap gerak – geriknya.
“ Gadis itu ?....”, Feng Mo Tian terlihat mengkerutkan keningnya cukup dalam berpikir dimana dia pernah melihat gadis itu.
Cukup lama Feng Mo Tian mengamati Jiang Xia Yan sambil mengkerutkan kening cukup dalam waktu tak mendapati aura kekuatan apapun disana.
“ Bagaimana dia bisa menggunakan ilmu peringan tubuh jika tak memiliki kekuatan apapun didalam tubuhnya?....”, batin Feng Mo Tian penuh tanda tanya.
“ Apa dia sengaja menyembunyikan kekuatan yang ada dalam tubuhnya….”, Feng Mo Tian kembali berspekulasi karena tak bisa menemukan jawaban apapun disana.
Merasa ada aura yang sangat kuat berada tak jauh darinya, untuk sejenak Jiang Xia Yan berhenti dan mengamati keadaan sekitarnya dengan seksama.
“ Biarkanlah….asal tak mengusikku, itu tak menjadi masalah….”, batin Jiang Xia Yan kembali melangkahkan kedua kakinya meninggalkan tembok belakang akademi.
Meski Jiang Xia Yan merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya, tapi selama orang tersebut tak membahayakannya dia akan berusaha untuk cuek dan tak perduli.
Tiba – tiba langkah Jiang Xia Yan terhenti dan dia langsung berbalik waktu ada teriakan seorang bocah kecil dari arah belakang.
“ Kakak…akhirnya aku menemukanmu….”, ucap Chi Bian Cheung dengan nafas tersenggal.
Jiang Xia Yan menunggu bocah kecil yang sudah beberapa kali dia temui itu sedang berlari menuju kearahnya dengan wajah merah dan keringat mengucur deras ditubuhnya.
“ Ada apa kamu mencariku ?....”, tanya Jiang Xia Yan lembut.
Belum sempat Chi Bian Cheung menjawab, Feng Mo Tian tiba – tiba hadir diantara keduanya dan langsung mendorong tubuh Jiang Xia Yan hingga menempel di tembok.
“ Katakan…apa tujuanmu menyembuhkan Chi Ang Bei ?...”, ucap Feng Mo Tian dengan nada mengancam.
Jiang Xia Yan yang merasa lehernya dingin karena ada pisau kecil yang menancap disana tetap merasa tenang dan menatap Feng Mo Tian dengan tajam.
“ Apa maksudmu ?...aku tak mengerti ?....”, ucap Jiang Xia Yan dengan nada datar.
Feng Mo Tian sedikit terkejut waktu gadis kecil dihadapannya tetap tenang meski sudah ditodong pisau dilehernya.
“ Bagaimana bisa gadis kecil ini tetap tenang disaat nyawanya sedang terancam ?....”, batin Feng Mo Tian dengan tatapan penuh selidik.
Bukan hanya sikap tenang yang ditunjukkan oleh Jiang Xia Yan yang membuatnya frustasi, tapi pikiran gadis itu yang sama sekali tak bisa dia baca meski kedua mata mereka saling beradu sejak tadi.
“ Apakan ini gadis yang sama….”, batin Feng Mo Tian bermonolong waktu mengingat jika dia sempat bertemu dengan seorang gadis kecil didalam akademi yang pikirannya tak bisa dia baca sama sekali.
Sikap tenang yang ditunjukkkan oleh Jiang Xia Yan bukan tanpa alasan. Karena pada kehidupannya terdahulu dia sering mendapatkan perlakuan seperti itu, jadi dia sudah terbiasa.
Bahkan bukan hanya pisau yang ditodongkan kepadanya, tapi pistol yang langsung diarahkan ke kepalanya.
Meski begitu, dia sama sekali tak merasa takut ataupun panik. Sebab jika dia merasa takut maka keadaanlah yang akan mengendalikannya.
Lain halnya jika dia bisa bersikap tenang, maka dia bisa mengendalikan situasi yang ada sehingga akan sangat menguntungkan baginya.
Dan instingnya mengatakan jika pemuda dihadapannya ini hanya berusaha mengertaknya, bukan membunuhnya.
Hal itu dibuktikan dengan pisau yang ditodongkan kepadanya bukan bagian yang tajam melainkan sisi belakang yang tumpul.
Melihat gadis kecil dihadapannya sangat tenang, bahkan jantungnya sama sekali tak berdebar membuat rasa penasaran Feng Mo Tian semakin tinggi.
“ Saya tak punya waktu untuk bermain – main dengan anda tuan muda Feng. Jadi, sebaiknya anda segera minggir…. ”, ucap Jiang Xia Yan tajam.
“ Jadi…kamu mengenalku ?...”, ucap Feng Mo Tian terkekeh.
“ Siapa di ibukota yang tidak mengenal anda tuan muda Feng Mo Tian yang tampan dan berbakat…”, ucap Jiang Xia Yan santai namun tetap dengan wajah dan nada suara datar.
“ Jadi…kamu menganggap aku tampan…”, ucap Feng Mo Tian dengan nada sedikit menggoda.
“ Setelah melihat langsung dari dekat…ternyata wajah anda biasa saja, bahkan terlihat pasaran….”, ucap Jiang Xia Yan dengan nada datar namun tersirat ejekan didalamnya.
Melihat jika gadis kecil yang ada dihadapannya sama sekali tak takut kepadanya, Feng Mo Tian semakin menekan pisau yang ada dileher Jiang Xia Yan sehingga sedikit membekas kemerahan dileher gadis itu.
“ Kakak Feng….jangan lukai kakak cantik….”, ucap Chi Bian Cheung memohon.
Untuk sesaat Feng Mo Tian sempat melupakan sosok bocah kecil yang ada dibelakangnya karena terlalu fokus terhadap gadis yang ada didepannya itu.
“ Bing’er…apa dia dewi penolong kakakmu ?....”, tanya Feng Mo Tian tajam.
Glekkk….
Chi Bian Cheung terlihat susah menelan ludahnya. Dia tak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Feng Mo Tian karena sudah berjanji kepada Jiang Xia Yan untuk tak membeberkan identitas dirinya kepada siapapun.
“ Bu…bukan kak…bukan dia….”, ucap Chi Bian Cheung gugup.
“ Maaf kakak Feng, aku berbohong padamu ….”
“ Aku sudah berjanji pada kakak Jiang Xia Yan jika akan merahasiakan identitasnya sebagai penolong kakakku….”
“ Sebagai lelaki sejati, aku akan teguh memegang janjiku….”
Itu semua adalah buah pikiran Chi Bian Cheung yang bisa Feng Mo Tian baca.
“ Jadi itu alasan kenapa buntalan lemak ini tetap diam tak menjelaskan….”, batin Feng Mo Tian berasumsi.
Saat Feng Mo Tian lengah, Jiang Xia Yan pun segera menghempaskan tangan pemuda tersebut hingga pisaunya terpental kelantai dan bergegas melarikan diri.
“ Menarik….”, guman Feng Mo Tian terkekeh.
Dia hanya melihat punggung gadis itu semakin lama semakin mengecil hingga hilang dibalik tembok tanpa sedikitpun niat untuk mengejarnya.
Sementara itu, Jiang Xia Yan melangkah cepat menuju kelasnya sambil berpikir keras bagaimana bisa dirinya berhubungan dengan pemuda yang berbahaya itu
Padahal menurut ingatan yang ada, sang pemilik tubuh sama sekali tak pernah berhubungan dengan Feng Mo Tian atau apapun yang berhubungan dengan pemuda tampan itu.
“ Kenapa dia sangat tertarik denganku ?....”
“ Bahkan dia juga menanyakan apa tujuanku menyembuhkan Chi Ang Bei ?....”
“ Sepertinya pemuda tersebut curiga terhadapku ?...”
“ Kurasa sebisa mungkin aku harus menghindarinya agar tak kena sial… ”, batin Jiang Xia Yan menggerutu.
Gadis itu merasa jika bertemu dengan Feng Mo Tian bukanlah sesuatu hal yang baik untuk dirinya, maka dari itu dia akan berusaha untuk menghindarinya sebisa mungkin.
Jika Jiang Xia Yan berpikir untuk menghindari Feng Mo Tian, namun lain halnya dengan apa yang dipikirkan oleh pemuda tampan itu.
Dia malah ingin bertemu dengan gadis itu sesering mungkin karena menurutnya banyak hal yang disembunyikan oleh gadis tersebut dimana hal itu membangkitkan rasa ingin tahu yang cukup tinggi baginya.