Ellen merencanakan misi besar untuk menghancurkan pernikahan Freya dan Draco.
Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKM BAB 19 - Pillow Talk
Kerel terus mengumpat karena kakinya yang masih sakit setelah ditendang Draco sebelumnya. Pada saat itu, Rara lewat setelah mengantar makanan yang dibawa Ellen ke kamar Draco.
"Hei kau, berhenti!" teriak Kerel yang melihat Rara lewat.
Rara menghentikan langkahnya kemudian mencari suara berat itu. Saat melihat pemilik suara, Rara langsung menunduk karena menghindari kontak mata dengan Kerel.
Semua pelayan istana juga tahu kalau Agatha menyukai Kerel dari dulu. Jadi, Rara tidak mau terlalu dekat atau Agatha dan pelayan lain akan menindasnya lagi.
"Bawakan aku makanan!" tambah Kerel.
"Ba--baik!" Rara bergegas pergi ke dapur istana.
Rara menyiapkan beberapa makanan untuk Kerel dan segera mengantarnya di tempat Kerel sebelumnya berada.
"Silahkan," ucap Rara yang masih menundukkan wajah. "Kalau sudah selesai tinggal di sini saja tempat kotornya, Tuan. Saya akan ambil lagi nanti!"
Rara membalik badannya tapi tangannya dicekal oleh Kerel dan ditarik sampai tubuh Rara duduk di samping lelaki itu.
"Kau tunggu saja di sini dari pada bolak balik," ucap Kerel.
"Tapi..."
"Kau sepertinya takut padaku, tenang saja, aku tidak akan menggigit!"
Dan interaksi keduanya dilihat oleh salah satu pelayan, pelayan itu melaporkannya pada Agatha.
...***...
Di kamar Draco, suara erangan Ellen semakin menjadi-jadi. Ellen sangat merindukan sentuhan Draco yang membuatnya bisa gila.
"Drac..." Ellen memejamkan matanya karena merasakan kenikmatan tiada tara. Tak lama Draco menyusul dengan menjatuhkan wajahnya di ceruk leher Ellen.
Keduanya menetralkan nafas sejenak sampai Draco menaikkan badannya lagi seraya menatap wajah Ellen dari atas.
"Jadi, bagaimana tanggapanmu mengenai pakaian dalamnya?" tanya Ellen.
Seperti biasa Draco tidak menanggapi pertanyaan yang tidak butuh jawaban. Lelaki itu melepas miliknya perlahan dan mencoba menjauh seperti yang sudah-sudah.
Tapi, sebelum Draco menjauhi Ellen, perempuan itu menahan tangan Draco.
"Bagaimana kalau kita melakukan pillow talk?" tanya Ellen.
Tentu saja Draco tidak mengerti hal semacam itu yang mana membuat Ellen membimbing Draco untuk membaringkan tubuh dan saling menatap satu sama lain.
"Pillow talk itu seperti percakapan intim, hangat dan mendalam saat berada di atas ranjang. Biasanya dilakukan sebelum tidur atau setelah selesai berhubungan intim," jelas Ellen.
Malam ini, Ellen ingin berbicara dari hati ke hati dengan Draco. Dia ingin mencairkan es kutub itu supaya lebih peka terhadap dirinya.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Bukankah hubungan kita memang sebatas berhubungan badan? Aku tidak pernah menjanjikanmu apa-apa," ucap Draco. Selama ini dia merasa kalau Ellen lah yang menyerahkan diri padanya.
Ellen mendekat dan memberanikan diri mengecup bibir lelaki itu kemudian menyenderkan kepalanya di dada Draco.
"Apa kau benar tidak merasakan sesuatu saat bersamaku? Sesuatu seperti ikatan yang tidak bisa dijelaskan," ucap Ellen seraya memeluk raga kekar Draco.
"Aku tahu laki-laki sepertimu tidak akan mudah menerima wanita asing masuk ke dalam kehidupanmu,"
"Kali ini jawablah pertanyaanku,"
Ellen meminta kepastian jika memang Draco tidak merasakan apapun rasanya percuma perjuangannya yang sudah sejauh ini.
"Aku tidak tahu, aku hanya merasa terganggu karena bayanganmu malam itu selalu terlintas di kepalaku," jawab Draco jujur.
Ellen tersenyum, Draco memang kaku dan tidak pandai mengekspresikan diri.
"Kau selalu berada di luar untuk menangkap pengkhianat, apa kau tidak pernah berpikir jika itu hanya pengalihan saja?" tanya Ellen lagi.
"Bagaimana kalau ternyata pengkhianat itu justru orang dalam, orang yang kau percaya selama ini?"