NovelToon NovelToon
Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama
Popularitas:448.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: LatifahEr

Lisle yang baru pindah ke kota Black Mountain menemui banyak masalah. Kepolosannya telah dimanfaatkan oleh orang-orang berhati busuk, seorang teman baru yang hendak menjualnya dan bibi yang menjadikannya sebagai jaminan hutang-hutang. Tanpa sengaja bertemu dan berkali-kali diselamatkan oleh seorang laki-laki bernama Kennard Kent. Belakangan Lisle baru tahu bahwa lelaki itu adalah orang paling berpengaruh di kota Black Mountain. Namun latar belakang Kennard yang luar biasa dan wajah menawannya malah membuat gadis itu ketakutan. Penolakannya pada Kennard membuat lelaki itu makin tertarik dan tidak sabar. Dengan licik akhirnya Kennard berhasil membuat gadis itu berada dalam genggamannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LatifahEr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Percakapan di Tempat Tidur

Kennard pulang ke rumah ketika Lisle telah terlelap seperti malam sebelumnya, meringkuk dengan selimut menutupi hampir seluruh tubuh di sofa kamar tidur. Dia akhirnya harus melewatkan makan malam di rumah karena harus pergi ke perjamuan bisnis. Ditariknya sedikit selimut yang menutupi bagian wajah Lisle. Gadis itu benar-benar terlelap seperti bayi. Kulitnya yang putih nyaris transparan seperti kristal. Sedikit keringat membuatnya berkilau.

“Kau suka sekali digendong rupanya.” Kennard bergumam sendiri. Diangkatnya tubuh itu, memindahkannya ke ranjang, mengatur posisi yang nyaman untuk gadis itu.

Lisle bergerak seperti terusik tapi tak membuka matanya. Disambutnya guling yang diletakkan di sisi tubuhnya dan memeluk dengan nyaman seperti ikan yang langsung menyambar umpan. Kennard tertawa geli.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Kennard berbaring miring di sisi Lisle sambil menopang wajahnya dengan sebelah tangan. Dia sebenarnya bukan tipe lelaki yang sabar menghadapi mangsanya. Ketika dia menginginkan seorang wanita, dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkannya. Tapi terhadap gadis ini, saat dia sudah menggenggamnya, dia masih saja menahan diri untuk tidak memakannya.

Dia masih melamun sambil sebelah tangannya sesekali membelai wajah cantik di depannya, menyentuh helaian rambut berantakan Lisle, ketika tiba-tiba kelopak mata gadis itu bergerak-gerak kemudian terbuka. Bibir Lisle sudah membuka dan teriakan kagetnya nyaris melompat keluar ketika Kennard membungkamnya dengan ciuman. Hanya gumaman tak jelas yang terdengar dari tenggorokan gadis itu. Lelaki itu merasakan penolakan dari gerakan mendorong Lisle tapi itu hanyalah upaya sia-sia, karena tenaganya yang tak sebanding. Baru setelah beberapa saat ketika tubuh dalam pelukannya terasa lemas, Kennard mengakhiri ciumannya.

“Tuan....” Lisle menghirup udara sebanyak-banyaknya mengisi paru-parunya yang terkuras.

“Panggil namaku,” ujar Kennard dengan suara serak berusaha menekan gairah yang tiba-tiba.

“Tuan Kent...,” ujar gadis itu lagi. Wajahnya memerah menggemaskan.

“Panggil aku Kennard atau Ken saja.” Kennard meralat.

“Ken, aku... aku... haus.... Aku ingin minum.” Lisle bicara asal. Dia berusaha menjauh dari Kennard, dengan gugup berusaha turun dari ranjang.

“Kuambilkan. Kau tetaplah di sana!” Kennard beranjak dari posisinya. Menuju kulkas yang ada di salah satu sisi ruangan, mengambil sebotol air dingin dari dalamnya. Dia menyerahkan botol itu pada Lisle.

“Terima kasih,” ujar Lisle dengan tenggorokan tersekat. Diteguknya sedikit air dari dalam botol. Sebenarnya dia tidak haus. Hanya saja tenggorokannya terasa kering  dan dia sedang mencari alasan agar bisa menghindar dari tatapan Kennard yang membuatnya panas dingin.

“Lain kali jangan tidur di sofa. Kau akan mendapatkan hukuman jika tidak patuh. Apa kau mengerti?” Kennard memberi gadis itu peringatan.

Lisle mengangguk pasrah. Dia juga tak bertanya hukuman yang dimaksud. Apa pun itu pasti bukan sesuatu yang menyenangkan untuk dibayangkan.

“Kembalilah tidur.” Kennard menepuk permukaan ranjang di sisinya, menyuruh gadis itu berbaring. “Kecuali kau ingin melakukan kegiatan lainnya, aku akan dengan senang hati menemani,” sambung Kennard ambigu.

 Lisle tidak jelas dengan ‘kegiatan lain’ itu, tapi dia buru-buru naik ke tempat tidur dan berbaring agak jauh dari Kennard. Lelaki itu masih memandangi Lisle yang posisinya membelakangi ketika gadis itu perlahan memutar badan ke arahnya. Kennard menyipitkan matanya seperti mengerti sesuatu.

“Ada yang ingin kau katakan?”

Lisle tampak berpikir sejenak sebelum berkata, ”Tuan....”

“Kennard. Namaku Kennard. Apa kau sudah lupa?” sela lelaki itu sambil terus menatap tajam.

“Maaf, saya tidak terbiasa....”

“Jadi biasakanlah!”

“Ken....” Lisle menelan ludah. Rasanya sangat susah memanggil dengan nama langsung. Apalagi setelah tahu kebenaran tentang Kennard Kent. Semua orang begitu segan dan memanggilnya dengan sebutan tuan Kent.

“Hmm...?” Kennard  mendekat begitu namanya dipanggil selirih itu. Di telinganya suara itu sangat merdu.

Sekejap pipi Lisle merona. Hal itu malah membuat Kennard senang.

“Sayang, kau ingin bicara apa? Cepat katakan. Jangan membuat pikiranku berkeliaran kemana-mana.”

Lisle merasa jengah dengan panggilan ‘sayang’ itu. Ingin rasanya mengubur wajah dalam selimut tapi ditahannya.

“Bolehkah aku kembali kuliah dan bekerja besok? Kau... kau sudah setuju sebelumnya ‘kan?” tanya gadis itu hati-hati. “Tidak ada yang bisa kulakukan di rumah. Kau juga sibuk bekerja. Jadi kupikir....”

“Apa yang kau pikirkan? Memangnya kalau aku di rumah kau mau melakukan apa?” Kennard menyentuh pipi gadis itu sekilas.

“Tidak... tidak...! Bukan begitu. Maksudku, sampai kapan aku harus di rumah. Bukankah sesuai kesepakatan kau akan membiarkanku tetap kuliah dan bekerja seperti biasa?” Bekas sentuhan jari Kennard terasa panas.

“Kita akan pergi berlibur beberapa hari. Aku sudah menyuruh orang menyiapkan semuanya. Besok kita akan berangkat pagi-pagi.”

“Berlibur? Kemana? Aku... tidak sedang dalam liburan....” Mata Lisle melebar. Dia ingin secepatnya beraktifitas seperti biasa bukan saja karena tidak tahu apa yang mesti di lakukannya di rumah besar ini, tapi juga sebagai cara melarikan segenap pikirannya tentang laki-laki ini. Setidaknya dia punya hal lain yang bisa menjadi pengalihan.

“Bukankah bibimu sedang sakit? Kau punya alasan untuk bolos.” Kennard beralasan. “Berhentilah membantahku. Aku tidak akan mengingkari yang kujanjikan. Setelah pulang dari berlibur, kau bisa kembali kuliah dan bekerja. Sekarang tidurlah lagi!”

Lisle tidak membantah lagi. Dia kembali bergelung di bawah selimut yang menutupi hingga kepalanya. Bibirnya memang tertutup tapi hatinya masih bergumam sendiri. Bukankah dia sangat sibuk? Kenapa mereka pergi berlibur di saat hari-hari kerja?

Setelah lelah mengerutu di dalam hatinya, Lisle jatuh tertidur. Kennard yang masih terjaga begitu mendengar suara napas yang tenang beraturan dari gadis di sebelahnya menurunkan selimut yang dipakai Lisle hingga ke leher. Dia tak habis pikir, bagaimana gadis ini bisa tidur dengan selimut tebal menutupi seluruh tubuh hingga wajah.

***

Kennard terbangun lebih dulu dan mendapati tubuhnya yang dipeluk erat seperti guling. Rambut gadis itu menyentuh bahunya. Wajah kecilnya tenggelam ke sisi lengan Kennard.

“Hmm,” Dia bergumam sendiri. Mencoba memutuskan antara membangunkan gadis ini untuk segera bersiap atau membiarkannya hingga terjaga sendiri dan membiarkan orang-orangnya menunggu di luar sana. Akhirnya dia meraih dengan lengannya yang bebas ponsel di atas meja sebelahnya.

“Aku akan menghubungi kalian kalau sudah siap,” ujarnya lalu mematikan ponsel dan kembali memejamkan mata.

Lisle masih terlelap hingga sejam lebih kemudian. Posisinya masih memeluk Kennard dari samping ketika terbangun. Dia membaui aroma yang mulai tak asing namun tetap saja membuatnya terkejut, tapi dia tak lagi menjerit. Hanya berkedip beberapa kali lantas melepaskan pelukannya dan menarik diri menjauh. Kennard yang tak bisa tidur lagi dari setelah terbangun lebih awal segera bangkit.

“Kita kesiangan. Orang-orang akan mengira bahwa tadi malam kita sudah begadang hingga tak bisa bangun pagi-pagi.” Kennard memandang wajah dengan rambut gelap yang berantakan di sebelahnya. Benar-benar kecantikan yang bersih melihat gadis ini di pagi hari. Tanpa sadar dia menelan ludah. Tak tahan dia berbalik dan beranjak ke kamar mandi. Tubuhnya menegang tiba-tiba.

Lisle tidak ingin berpikir apa pun jadi tidak berusaha mencerna perkataan Kennard barusan. Dia bergegas mandi ketika Kennard masuk ke  walk in closet.

Mereka baru saja menyelesaikan sarapan yang tertunda ketika Lisle mendengar suara gemuruh di luar rumah. Dia memandang Kennard yang tengah meletakkan gelasnya. Wajah Lisle mendadak pucat.

 

1
Bzaa
ngarep banget ada extra part-nya otor 😄
kopi sudah otewe ya
Bzaa
salam juga otor sehat sll 😘
Bzaa
cemburu buta si tuan bucin 🤣
Bzaa
belajar makin dewasa les
Bzaa
Kasina Steve jdi serba salah 😄
Bzaa
lisle.... 😍💪
Bzaa
jgn2 Steve awalnya suka sama lisle , ato sama Andra😉
Bzaa
aamiin ya Robbal'alamin
Bzaa
cepat sehat lagi Celine
Bzaa
wahhhh si Celine.... knp jdi berubah
Bzaa
yah lisle kena jebakan
Bzaa
yah ada lagi si bert, Mao ngapain kali tuh orang gangguin
eka abud
lanjut
Bzaa
semoga Celine baik2 aja
Bzaa
sweet....
Bzaa
semangat 💪😘
Bzaa
bikin penasaran..lanjuty
Bzaa
keren nn
Bzaa
jgn sampe Celine jdi jahat karena iri ya tor... kasian lisle
Bzaa
wkwkkw kekuatan cemburu.. datanglah 😃😄🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!