Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum ada petunjuk
Saat bel berbunyi Nadia langsung pergi ke kantin ya tentunya dia harus mencari arah kantin ke mana, Nadia mencoba untuk mengikuti teman-temannya dan benar mereka pergi ke kantin tidak sengaja Nadia menyenggol seseorang ternyata itu Aldi, Nadia sama sekali tidak menegurnya ataupun mengikutinya seperti yang Nadira lakukan, Nadia baca di buku diary Nadira selalu mengikuti Aldi.
Tangannya ditarik dengan kasar "Mana bekal makan gue, sudah mau 5 hari lo ga buat"
Nadia menatap jijik pada Aldi dan menghentakkan tangannya agar terlepas dari Aldi dan berhasil "Ga punya uang?"
"Maksudnya"
"Lo tahu kan gue baru masuk lagi hari ini, lo kalau mau makan ya makan ga usah nunggu bekel dari gue emangnya gue ema lo gitu, lo sudah mulai ga dikasih bekal uang ya sama orang tua lo sampai-sampai terus minta bekal sama gue, emangnya semua itu ga pake modal mikir dong mikir" kesal Nadia, bahkan dia tak menanyakan kabar Nadira atau kamu kemana saja sudah ga masuk beberapa hari itupun tak ditanyakan oleh orang ini.
"Lo mulai berani ya, bukannya tanpa di minta pun lo siapin"
"Kenapa kalau gue berani, memangnya gue harus tunduk terus sama lo gitu, ogah banget" Nadia menatap Aldi dari atas sampai bawah dan kembali memasang wajah jijiknya.
Aldi mencekik Nadia didepan banyak siswa dan siswi namun tak ada yang membantunya sama sekali, mereka hanya diam sambil tertawa kecil melihat itu, Nadia menendang selangkangan Aldi.
"Aw sialan sakit banget" teriak Aldi dan melepaskan cekikannya.
"Daster b******* beraninya sama perempuan aja mending pakai rok aja lo" bruk, Nadia mendorong Aldi dan pergi kearah kantin lagi.
Dengan tenang Nadia memesan nasi goreng, bakso dan jus strawberry sangat segar pasti nanti. Sambil menunggu Nadia membuka ponselnya Nadira.
Membuka chat dari Aldi dan ternyata Nadira meminta bantuan pada Aldi, kalian tahu apa jawabannya sungguh menyakitkan sekali.
Pulang saja sendiri manja banget minta jemput emang nya lo siapa, udah gede juga. Gue lagi sibuk sama Siska, punya kaki bukan, pake kaki lo jangan cuman jadi pajangan.
Kembali Nadia melihat pesan yang dikirim oleh Aldi, kebanyakan Nadira yang memberi pesan namun tanpa jawaban, paling juga Aldi hanya menyuruh Nadira membeli makanan, membuat bekal dan membersihkan apartemen nya sungguh gila laki-laki ini, sialan dasar laki-laki tak punya otak.
Nadia kembali menyimpan ponselnya saat makanan datang dan segera melahapnya dengan semangat sudah lapar perutnya ini, Nadia harus punya energi yang banyak untuk menghadapi para bedebah itu.
"Enak ya makan disini, sedangkan Aldi lagi kesakitan, enak banget ya"
Nadia melihat siapa orang yang bicara itu, saat Nadia lihat di seragamnya dia namanya Alfi, tapi tak peduli Nadia kembali melahap baksonya yang pedas dan enak ini, bodo amat dengan orang yang ada dihadapannya ini.
"Heh gue lagi ngomong"
"Oh kirain lagi pidato, terus kalau Aldi kesakitan gue harus gimana emang, harus nangis gitu atau ketawa ketawa kayak orang gila"
"Sialan emang, jadi berani banget ya lo minum apa jadi berani gini hah" sambil mencengkram dagu Nadia.
Plak Nadia menepis tangan itu dari dagunya, Alfi yang kesal menumpahkan bakso Nadia dan tersenyum sinis, Nadia yang tak terima meraup mie yang tumpah dan melemparkannya tepat ke wajah Alfi "Makan tuh mie tambah sambal juga" teriak Nadia langsung ngibrit meninggalkan Alfi. Sambal nya juga Nadia tumpahkan ke wajah Alfi panas panas tuh wajah.
"Panas, panas air minta air tolong"
Teman-temannya langsung membantunya, menyiramkan air apa saja pada Alfi.
"Kok bau sih, ini air apa" tanya Alfi yang sudah agak mendingan.
Dean dan juga Fajri saling tatap lalu menunjuk pada ember bekas pel lantai.
"Kak Alfi kenapa" tanya Siska dengan suara yang dibuat buat agar terlihat lemah lembut.
"Berantem sama Nadira, hebat ya dia sekarang jadi berani banget ga nyangka aja dia bisa ngelawan" jawab Fajri.
"Masa sih, Kak Nadira itu baik banget tahu, jangan lah kalian kayak gitu sama Kakakku itu"
"Kamu ini masih saja bela Nadira dia itu orang jahat, udahlah Siska jangan terlalu baik sama dia kenapa sih kamu ini baik banget sama Nadira" ucap temannya Dinda.
"Dinda dia Kakakku meskipun kami tidak terlahir dari rahim yang sama, tapi dia akan tetap jadi saudaraku sampai kapanpun"
"Memang kamu ini perempuan baik" puji Fajri sambil mengusap rambut Siska.
Siska tentu saja bahagia saat di puji seperti itu dan tersenyum kecil.
"Sialan bau banget, gila ya kalian" Alfi segera berlari rasanya sudah mual, Alfi rasanya ingin muntah sekarang juga tak kuat.
...----------------...
"Ternyata Ibu memperlakukan Nadira dengan sangat kasar Ayah, Ibu selalu membela anak tirinya sedangkan Nadira dia tak dipedulikan bahkan tempat tidurnya saja begitu kecil Ayah, tak nyaman dan sangat sempit" Nadia mengusap air matanya, menatap Ayahnya dengan lekat. Ya Nadia sekarang sedang bertemu dengan Ayahnya.
"Sialan Wulan, akan Ayah datangi dia tak terima Ayah Nadira di perlakukan seperti itu"
"Jangan" tahan Nadia "Kalau Ayah datang semuanya akan terbongkar aku ingin tahu apa lagi yang mereka lakukan pada Nadira Ayah, aku tak akan tinggal diam tenang saja"
"Kamu yakin akan bertahan disana, kamu akan disakiti juga"
"Aku bisa melawan Ayah, tenang saja tak sia-sia saat sekolah aku mengikuti karate dan sekarang aku tak perlu takut untuk melawan mereka yang jahat"
"Tapi ingat jika sudah tak kuat bicara pada Ayah, jangan melawan sendiri, Ayah tak mau kehilangan kamu, Nadira sudah tak ada dan Ayah tak mau kehilangan kamu juga"
"Iya Ayah, aku janji akan baik-baik saja, tenang saja semuanya akan berhasil sesuai rencana, bagaimana dengan hasilnya apakah sudah ada sidik jari yang membunuh Nadira Ayah"
"Tidak ada, semuanya bersih seperti tak ada jejak sedikitpun hanya ada sidik jari kita saja Nadia, pembunuhnya bukan orang sembarangan kamu harus hati-hati dan jangan sampai gegabah tapi masih ada yang diselidiki ada cairan sperma dan bukan hanya satu orang yang melakukannya"
"Diperkosa" gumam Nadia masih tak menyangka saja semua itu bisa terjadi pada saudaranya. Nadia menghela nafas dan mengangguk dengan pasrah, siapa sebenarnya yang membunuh Nadira, apa mungkin Aldi dan kawan kawan atau bisa juga Siska, Adrian entahlah Nadia jadi binggung sendiri.
Nadia mengambil ponsel Nadira melihat pesan yang Aldi kirim.
"Cepat pergi ke apartemen gue sekarang juga"
Nadia tak membalasnya, peduli apa dia tentang Nadira pasti juga suruh beres-beres ogah banget Nadia harus beres-beres rumah orang lain.
"Makan dulu Nad, Ayah sudah pesankan makanan kesukaan kamu"
"Iya Ayah makasih"
Nadia makan dengan lahap, makanannya tadi tak habis gara-gara Alfi. Padahal baksonya enak malah ditumpahkan dasar menyebalkan.