NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:752
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pengusiran Setan

Pukul 23.00. Malam mencekam dengan suara petir menggelegar dan hujan badai yang menderu-deru di luar jendela besar.

Mewah namun tegang. Cahaya lampu gantung di ruang keluarga tampak bergetar setiap kali petir menyambar.

​Lilis mengenakan gaun malam yang indah namun pucat berdiri di dekat jendela, memandang ke kegelapan. Reno si tampan namun terlihat lelah duduk di sofa kulit mahal.

​Lilis berbisik, suaranya sayu dan sedikit beresonansi,

"Hujan badai ini mengingatkanku pada perasaan Mama Ninda, Reno. Dingin, gelap, dan penuh amarah."

​Reno menghela napas, mengusap wajahnya.

"Lis, kita sudah membicarakannya. Itu hanya kecurigaan. Mama hanya… protektif."

​Lilis berbalik, menatap Reno dengan mata berkaca-kaca,

"Protektif? Dia semakin terang-terangan, Reno. Malam ini saat dia melihatku di koridor mansion, dia tidak berteriak lagi. Dia hanya menatapku dengan tatapan kosong, lalu dia berbisik... Dia bilang, dia akan membersihkan rumah ini dari makhluk asing sebelum aku merusak segalanya."

​Reno bangkit, mendekati Lilis dan memegang bahunya. Tangannya terasa hangat, sementara bahu Lilis terasa dingin.

"Aku mohon, jangan hiraukan dia. Aku akan bicara dengannya lagi. Aku suamimu. Ini juga tempatmu."

​Lilis melepaskan diri, berjalan mundur sedikit.

"Bicara saja tidak cukup. Dia tidak lagi ingin aku ada di sini. Keberadaanku membuatnya tertekan. Aku tahu dia merencanakan sesuatu yang lebih dari sekadar mengabaikanku, Reno. Aku tidak bisa menahan diriku di sini selamanya jika dia terus-menerus memancarkan penolakan seperti itu."

​Reno mnatap Lilis dengan tekad, mengepalkan tangan.

"Tidak. Kamu tidak akan pergi. Aku akan membuatnya mengerti. Sekarang juga."

​Reno bergegas keluar ruangan. Lilis/Alice hanya bisa memandang punggung suaminya dengan tatapan khawatir dan sedih.

​ Kamar tidur utama yang sangat besar, didominasi warna emas dan krem. Lampu redup. Aroma lavender yang kuat.

​Bu Ninda tampak elegan, bermata tajam, mengenakan kimono sutra, sedang membaca buku sambil menyesap teh herbal. Tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar.

Reno berdiri di ambang pintu, napasnya memburu.

"Mom! Kita perlu bicara!"

​Bu Ninda meletakkan buku dengan tenang, sama sekali tidak terkejut.

"Tutup pintunya, Reno."

Reno enutup pintu dengan pelan, mendekat ke tempat tidur.

"Mom, kumohon. Ini tentang Lilis. Mommy masih bersikap seperti ini. Ibu mertua lainnya menerima menantu mereka dengan baik. Aku ingin Ibu melakukan hal yang sama. Dia istriku!"

​Bu Ninda mengambil cangkir tehnya, menatap Reno dengan pandangan kasihan bercampur jijik.

"Istri katamu? Kenapa kamu begitu naif, Ren? Berapa kali mommy harus mengatakannya? Aku tidak akan pernah menerima makhluk gaib itu sebagai menantuku."

"Dia manusia, Bu! Dia..."

​Bu Ninda memotong cepat, suaranya rendah dan penuh keyakinan.

"Dia bukan. Dia dingin, dia pucat, dia tidak makan, dia hanya muncul dan menghilang sesuka hatinya. Bau parfumnya seperti melati busuk, dan kamu tahu, Reno? Cermin di kamarmu tidak pernah memantulkan dirinya dengan jelas. Dia adalah MAHKLUK GAIB. Dia setan, hantu, atau entah apa pun yang menyamar menjadi istri yang kamu nikahi!"

​Reno gemetar, mencoba menahan amarah.

"Mom! Cukup! Itu konyol! Mommy terlalu banyak nonton film horor!"

​Bu Ninda tersenyum dingin, meneguk tehnya.

"Tidak, Ibu realistis. Ibu tidak mau punya mantu setan dan Ibu sudah mengambil tindakan."

​Reno menatapnya, bingung dan takut. Petir kembali menyambar di luar.

Bu Ninda berbicara dengan nada datar dan final.

"Minggu depan, tepat hari Rabu, semua ini akan berakhir. Ibu sudah mengundang Bu Kinanti. Dia indigo terbaik yang pernah ada. Dia bilang dia tidak pernah gagal. Rumah ini akan dibersihkan. Aku akan mengusir hantu Lilis dari rumah ini dan dari kehidupanmu. Bersiaplah untuk menjadi duda, Reno, xixixixi."

​Reno terdiam, wajahnya pucat pasi mendengar kalimat terakhir yang dingin dan tanpa belas kasihan itu. Suara hujan di luar seolah-olah meratapi nasibnya dan nasib Lilis/Alice.

Hari pengusiran hantu Lilis tiba. Pukul 10.00. Cuaca cerah, namun suasananya tegang.

Bu Ninda mengenakan kebaya rapi, terlihat puas dan berwibawa duduk di sofa, menunggu dengan tidak sabar.

Reno tampak berantakan, mata merah, tampak seperti tidak tidur semalaman mondar-mandir dengan gelisah.

Zian adik Reno, terlihat bingung berdiri di dekat pilar.

​Terdengar suara bel pintu berbunyi.

​Bu Ninda wajahnya berseri.

"Itu dia. Jeng Kinanti sudah datang."

​Seorang pelayan membuka pintu.

"Masuklah Bu Kinanti."

Bu Kinanti tampak anggun namun berwajah serius, membawa tas anyaman berisi peralatan ritual. Dia memancarkan aura yang kuat.

​Tiba-tiba, dari arah ruang kerja, muncul Pak Ramon suami Bu Ninda, berwajah ramah namun kini tampak terkejut)

​Pak Ramon kaget, suaranya agak tinggi.

"Ninda! Apa-apaan ini? Bu Kinanti? Kenapa ada kamu di rumah kita?! Ada apa, Reno?"

​Bu Ninda berdiri dan mendekati Bu Kinanti, mengabaikan suaminya.

"Selamat datang, Kinanti. Terima kasih sudah bersedia datang."

​Bu Kinanti menunduk hormat, matanya langsung menangkap Reno dan Zian.

"Tidak masalah, Bu Ninda. Saya merasakan aura yang sangat berat di rumah ini. Energinya sudah terlalu kelam terpendam."

​Pak Ramon menarik tangan Bu Ninda.

"Jelaskan padaku, Ninda! Ada masalah apa sampai kau harus memanggil orang seperti ini?"

​Bu Ninda melepaskan tangan Pak Ramon dengan dingin.

"Ini urusan dengan menantu setan kita. Ini demi kebaikan Reno dan ketenangan rumah tangga kita, Ramon. Kamu tahu aku sudah tidak tahan. Sekarang, tolong minggir. Kinanti harus segera bekerja."

​Zian berbisik pelan pada Reno, wajahnya penasaran dan cemas.

"Bu Kinanti? Itu kan indigo yang sering muncul di podcast misteri itu, Mas. Kenapa Ibu memanggilnya? Apa Kak Lilis seburuk itu?"

​Reno menatap adiknya dengan tatapan putus asa.

"Ini semua gila, Zian. Mommy sudah hilang akal."

​Bu Kinanti berjalan menuju Reno, menatapnya lurus.

"Reno? Energi kesedihan dan penolakan yang kuat mengikat kamu pada wanita hantu itu. Mohon biarkan saya masuk."

​Beberapa menit kemudian. Di kamar Reno dan Lilis. Gelap, meskipun siang hari. Gorden tebal tertutup. Udara di dalam kamar terasa jauh lebih dingin daripada di luar.

Di luar jendela, suara gemerisik sayap sangat terdengar.

​Bu Kinanti melangkah masuk ke kamar, diikuti oleh Bu Ninda yang bersemangat. Reno, Pak Ramon, dan Zian hanya berdiri cemas di ambang pintu.

​Bu Kinanti berhenti di tengah ruangan, matanya memejam. Dia mulai merapal mantra pelan.

"Astaga..."

​Dia membuka matanya, wajahnya menegang.

​Bu Ninda berbisik, setengah puas.

"Bagaimana, say?"

​Bu Kinanti suaranya serak.

"Aroma ini... Ini bukan sekadar aura hantu. Ini bau tanah, mayit, dan... aroma yang sangat mencekam. Aroma mayat yang tersamarkan parfum melati."

​Tiba-tiba, pandangan Bu Kinanti tertuju pada jendela. Di balik kaca, belasan burung gagak yang berukuran besar hinggap di dahan-dahan pohon terdekat dan atap mansion, menatap lurus ke arah kamar.

​Bu Kinanti menarik napas dalam, merinding.

"Mereka adalah penjaga portalnya. Dia sudah terikat dengan mansion ini. Energi gelapnya sudah membusuk."

​Bu Kinanti menoleh ke arah lemari besar yang tertutup ukiran.

​Bu Kinanti menunjuk ke lemari, suaranya tegas.

"Ninda, tolong beritahu saya. Apa yang ada di dalam lemari itu?"

​Bu Ninda bingung, namun mencoba mempertahankan ketenangan.

"Itu hanya lemari pakaian Reno. Kenapa?"

​Bu Kinanti berjalan mendekati lemari, mengeluarkan sebilah keris kecil dari tasnya, dan menempelkannya di pintu lemari. Seketika, lemari itu bergetar hebat.

​Dari sudut kamar, terdengar suara dingin, melengking, dan penuh kebencian.

​Suara hantu Lilis/Alice diucapkan dari arah yang tidak terlihat, membuat Bu Kinanti merinding. Hanya Bu Kinanti dan Bu Ninda yang bisa mendengar suara hantu Lilis.

"Aku tahu kamu ada di sini. Kamu menyamar, kamu menipu keluarga ini. Kamu pikir kau bisa lolos?"

​Hantu Lilis tertawa dingin dan menyayat hati.

"Aku tidak pernah pergi. Aku selalu di sini. Di samping suamiku."

​Bu Kinanti kembali menatap lemari, lalu memerintahkan.

"Pak Ramon! Reno! Tolong buka lemari ini sekarang! Aku yakin ini adalah pusat energi hantu ini! Kita harus melihat apa yang disembunyikan Lilis di dalamnya!"

​Reno dan Pak Ramon saling pandang.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!