NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI MENJADI ANTAGONIS PALSU

TRANSMIGRASI MENJADI ANTAGONIS PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Antagonis / Masuk ke dalam novel / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: R.A Wibowo

Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?

Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.

Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!

Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.

Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan

Novel ini belum pernah kutamatkan!

Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.

Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Beberapa menit sebelumnya.

Sharon tampak berjalan menuju kamar Althea di tengah malam yang sunyi itu. Membuka kamarnya, lalu masuk ke sana.

Kebetulan Gilbert yang masih berjaga malam itu dan berkeliling menatapnya. “Nona Sharon, apa yang dia lakukan di kamar Althea tengah malam seperti ini? Bukankah dia sudah tertidur?”

Gilbert baru beberapa menit lalu mengecek kamar Sharon, ia memastikan apakah gadis itu bisa tidur dengan benar dan tidak berbuat sesuatu yang aneh.

Tapi kenapa sekarang dia  menuju ke arah kamar Althea?

Ini mencurigakan! Sebagai pengawasnya  ia mengasumsikan tindakan ini sebagai hal yang mencurigakan, ia mengikutinya, lalu mengetuk kamar tersebut. 

Tok

Tok

“Nona Althea, maaf mengganggu waktunya. Saya barusan melihat nona sharon masuk ke kamar anda, apa nona sharon ada di dalam?”

Tidak ada jawaban. Gilbert mengerutkan kening bingung. Apa sesuatu terjadi di dalam? Ia mendadak panik.

“Gilbert …”

 suara lembut itu membuat Gilbert menoleh. 

“Apa kamu mencariku ?”

 Althea dengan pakaian tidur terlihat mengantuk, mengucek matanya, ia baru saja pergi ke toilet.

“Nona Althea kenapa Nona bisa di sini?” tanya Gilbert terkejut. Lalu menatap pintu kamar lagi.

“Aku tidur di kamar Sharon. Aku gak tahu kenapa, tapi katanya dia minta tukeran kamar.”

“DAN ANDA MENGIYAKAN!?” Gilbert tidak bisa menahan untuk tidak berteriak.

“Eh.” Althea menjadi gelagapan. “Maaf, Gil. Habisnya dia memohon dengan wajah imut, aku jadi tidak bisa menolak.”

Sial! Dalam hati Gilbert mengumpat. Jadi beberapa menit yang lalu, saat ia mengecek, seseorang yang tidur di kamar itu bukan Sharon melainkan Althea. Ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak teliti. 

Tapi kenapa? Apa yang gadis itu rencanakan sekarang?

Dengan perasaan panik, takut jika ia kabur, Gilbert membuka pintu kamar Althea.

Dan …

“Eh, kosong! Sharon tidak ada?’ ucap Althea bingung.

Di dalamnya kosong!

Hanya ada kasur yang berantakan, jendela yang terbuka–

Jendela yang terbuka! Meski samar-samar, Gilbert dapat melihat jejak kaki di jendela tersebut.

Ia sempat curiga bahwa Sharon kabur, tapi kejadian kemarin malam membuatnya punya pikiran buruk.

“Sial jangan-jangan!” Ia pun bergegas keluar dari kediaman tersebut. 

“Kamu mau ke mana, Gil?”

“Nona Althea, tetaplah disana! Jangan bergerak sebelum saya bilang sudah aman!”

Ia memacu langkahnya cepat. Sharon dalam bahaya! Saat dia sudah di luar kediaman, matanya menatap ke atas. Bingo! Ketemu!

Malam itu sunyi. Hanya angin dingin yang berdesis melewati genting atap kediaman Rosehill, membawa bau hutan yang lembap.

Di puncak atap, Sharon—yang menyamar sebagai Althea dengan gaun tidurnya—terlempar keras ke atas genting.

Ia mendarat dengan lutut tergores, napas memburu.

Dan pria itu sudah menunggu.

Pria berambut putih, topeng gelap menutupi sebagian wajahnya, berdiri tegak dengan pisau panjang yang berkilau di bawah cahaya bulan.

Tidak ada sapaan.

Tidak ada penjelasan.

Hanya satu gerakan cepat—

Tusukan mematikan yang langsung diarahkan ke dada Sharon.

“Mati kau, Althea!”

Sharon merasakan instingnya bekerja lebih cepat dari pikirannya.

Ia meraih sesuatu dari belakang gaun tidurnya—selimut yang ia gulung dan sembunyikan, dan langsung memblok tusukan itu.

TRAK!

Pisau itu terhenti, terperangkap pada lipatan selimut tebal.

Sharon merosot mundur, lalu melempar selimut sambil menarik pedang pendek yang ia sembunyikan di balik punggungnya.

Dalam satu langkah cepat—

CLANG!

Pedang dan pisau bertabrakan. Guncangannya membuat tangan pria itu terpental. Pisau melayang dari genggamannya.

Sharon berdiri tegak.

Gaun milik Althea yang ia kenakan untuk menyamar berkibar tertiup angin, rambutnya berantakan, mata tajamnya memantul oleh cahaya bulan.

Ia menodongkan pedang ke arah penyerangnya. Dan ia tersenyum miring.

“Sangat disayangkan, kamu salah orang!”

Topeng pria itu terangkat sedikit karena terkejut.

Sharon mengangkat dagu dengan angkuh.

“Kau pikir aku Althea? Kasihan sekali. Targetmu salah total.”

Penyerang itu menatapnya tajam, napasnya memburu. Ia sempat mundur setengah langkah, seolah mencoba memahami situasi.

Sharon menodongkan pedangnya, suara logamnya menyayat udara.

“Kalau mau membunuh orang…” Ia melangkah maju satu langkah. “Pastikan dulu siapa yang sedang kau serang.”

Lalu ia pun tersenyum. “Kamu sebegitu kecewanya aku bukan Althea … Arthur midnight?”

Penyerang bertopeng, atau sekarang sebut saja Arthur  mendengus marah begitu menyadari kesalahannya. Ia mencondongkan tubuh, mengambil kuda-kuda baru. Meski kehilangan pisau, gerakannya tetap cepat. 

“Kenapa …?” Nada suaranya berubah rendah, gelap. “Sharon Lux, kenapa kamu menghalangi rencana kita? Rencana yang susah payah kita buat kenapa kamu hancurkan!?”

Arthur melanjutkan. Napasnya menggebu-nggebu karena marah. “Kematian Althea Lux, bukankah itu yang kamu mau? Bukankah kamu membencinya?”

Ya. Di cerita orginal, kematian Althea direncanakan oleh Sharon dan arthur. 

“Maaf, Arthur.” Sharon menatap tajam, posisi siap bertarung. “Aku sudah melupakannya, mulai sekarang aku ingin menebus dosaku. Aku hanya ingin melindungi kak Althea! Kalau kamu mengganggu, meski teman kecilku, aku tak ragu akan melawanmu!”

Tatapan itu begitu lembut, begitu murni, dan baik hati. Namun hal itu justru menaikan emosi Arthur, bukan! Ini bukan bukan Sharon yang ia kenal! Sharon itu penuh kebencian, Sharon itu memiliki mata dingin, Sharon penuh kegelapan, dan licik!

Orang yang gila, orang yang serupa dengan Arthur, maka dari itu dia mencintainya.

Yang di depannya adalah versi menjijikan dari gadis yang dia sukai.

“Kamu dicuci otaknya kah?”

“Ini murni perasaanku, Arthur. Aku sudah melupakan dendam kepada keluarga Lux, dan berdamai dengan kak Althea. Kalau aku bisa, kamu juga bisa. Lupakan masa lalu, dendam dan melangkah ke depan—”

“CUKUP!” Arthur memotong. “Sharon yang kukenal tak akan mengatakan hal sok menasehati seperti itu, kamu bukan Sharon … siapa kamu?”

Sharon menelan ludah. “Sepertinya tidak perlu berbicara lagi … omongan apapun yang muncul, akan percuma!”

“Oke,” sahut Arthur.  “ Maka akan kuhabisi kamu sampai sadar, seperti sharon yang dulu.”

Sharon memutar pedangnya lagi, menahan getaran dingin di seluruh tubuhnya.

“Bagus. Sekarang kita sama-sama punya alasan untuk bertarung.”

Udara tiba-tiba saja menjadi lebih dingin. Sunyi. Arthur mengambil pedang perak—yang ia simpan di balik jubah hitam tersebut.

Tanpa peringatan, pria itu melompat menerjang. Cepat dan buas

Sharon mengangkat pedang—

CLANG!

Benturan itu membuat lengan Sharon mati rasa. Kekuatan pria itu jauh lebih besar dari perkiraannya. Ia hampir terpelanting ke belakang, tapi menjejak kuat di genting.

Pria itu memutar tubuh, mencoba menendang Sharon di rusuk. Sharon menangkis, tapi tetap terpental beberapa langkah.

Dan…

KREK!

Gentingnnya mulai retak. 

Retakan itu tidak berhenti—

KRAKK!

Mata Sharon melebar. “Sial—!”

Kekuatan serangan itu membuat tubuh Sharon terpental ke belakang.

Kakinya kehilangan pijakan, genting di bawahnya runtuh sedikit.

Sharon jatuh— jatuh ke arah tepi atap.

Ia meraih udara, tapi tidak ada pegangan.

Angin malam menyapu rambutnya ketika separuh tubuhnya sudah menggantung di jurang ketinggian tiga lantai.

Arthur hendak menyusul dan menusuknya saat itu juga—

“SHARON!!!”

Suara itu menggelegar seperti petir.

Arthur menoleh cepat. Dari sisi lain atap. Muncul beberapa orang. Althea, Leon, dan sosok tinggi berseragam hitam muncul—Gilbert. Matanya membelalak penuh amarah dan ketakutan sekaligus.

“Sharon!” Seru Althea khawatir.

“Apa yang terjadi, siapa kamu!”

Arthur mengumpat pendek, sadar kondisinya tidak menguntungkan. Ia melompat mundur, lalu kabur tanpa ragu, menghilang ke balik bangunan.

Hanya bayangan hitam yang tertinggal di ujung atap.

Gilbert tidak mengejarnya. Yang lain juga tidak mengejar.

Karena yang terpenting bukan musuh. Melainkan Sharon.

“Bertahanlah, Sharon!! Aku akan segera datang!”

Sharon hanya sempat melihat sekilas ketika kakinya terpeleset seluruhnya— ia terjatuh.

Namun sebelum tubuhnya benar-benar jatuh ke tanah.

BRASH!!

Seseorang melompat dari sisi atap, meraih pinggangnya dengan satu tangan, menstabilkan tubuhnya di udara.

Keduanya terangkat, berputar sedikit— dan Gilbert bergelantungan, memegang, genteng agar tidak terjatuh dengan sekuat tenaga.

Lalu ia menahan Sharon erat di dadanya, menempelkan tubuhnya memeluk erat di tubuhnya menggunakan satu tangan lainnya, agar tidak terhempas angin.

Napas Sharon terputus. Ia sadar betapa dekatnya ia tadi dengan kematian.

Gilbert menggertakkan giginya, menatap Sharon dengan emosi campur aduk.

“Apa yang kau lakukan…? Apa yang kau pikirkan… sampai kau seperti ini…?”

Sharon cuma bisa tersenyum kecut.

“Sharon!” 

“Tuan Gilbert, Sharon!”

“”Raih tangan kami!”” 

Mereka berdua dibantu naik kembali ke permukaan oleh Althea dan Leon.

Dengan nafas terengah-engah, mereka berada atap secara aman.

“Hampir saja! kukira aku akan mati!” Seru Sharon ketakutan. Sharon melirik ke arah tangannya, ia tampak melupakan sesuatu.

Oh, ya pedang! Dia masih memegang pedang! Secara aturan dilarang memegang senjata tajam !

Ia ingin segera menyembunyikan pedang tersebut, jauh sebelum Gilbert melihat. 

Tapi tampaknya sudah terlambat.

"Nona Sharon." Suara Gilbert rendah, menahan getaran. "Ini. Tidak. Bisa. Diterima."

Sharon menelan ludah. Ketakutan "Gil... aku tahu ini melanggar aturan, tapi aku membawa pedang untuk menjaga diri–-”

“DIAM!" Gilbert mendekat, jaraknya hanya satu langkah.

“Gik … maaf! Ampuni nyawaku!”

Tatapannya menusuk, tapi di baliknya ada rasa takut yang Sharon jarang lihat.

"Jangan pernah melakukan ini lagi."

“Baik saya mengerti. Saya menyadari, jadi jangan eksekusi saya—”

“Bukan itu.” Potong Gilbert.

Sharon membalakan mata, menatap wajah Gilbert yang—ketakutan.

"Jangan menyamar."

"Jangan keluar sendirian."

"Jangan tinggalkan kamarmu tanpa aku."

“Jangan jauh - jauh dariku!”

Sharon membuka mulut, tapi Gilbert memotongnya lagi:

"Jika aku terlambat sebentar saja… nona mungkin sudah mati.”

Angin malam membawa kata-kata itu seperti cambuk yang menghantam hati Sharon.

Gilbert menutup matanya sebentar, mencoba menenangkan napasnya.

Lalu berkata sangat pelan, hampir seperti bisikan:

"Tolong... jangan buat aku kehilangan Anda.”

1
Nanang Kukun
menarik dong .....
Yusni
menarikk
Manusia Biasa: Terima kasih kak🤭😍
total 1 replies
Murni Dewita
👣
Manusia Biasa: Terima kasih sudah memberikan jejak kak😍👍
total 1 replies
Fahreziy
nexk
Manusia Biasa: Terima kasih kak sudah membaca, untuk update nanti jam 11 ya kak😍🙏
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Manusia Biasa: Terim kasih kak
total 1 replies
Author kang Halu
semuanya diam
malah meme gw😭
Manusia Biasa: wkwkw
total 1 replies
Author kang Halu
no😭
Author kang Halu
Aku awalnya cuma coba baca sedikit, tapi endingnya malah maraton sampai bab terbaru. Ceritanya surprisingly rapi dan bikin penasaran.

Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.

pokonya mantap banget
Manusia Biasa: waduh terimakasih banyak kak atas reviewnya🤭💪
total 1 replies
Author kang Halu
waduh bahaya tah🤣
Author kang Halu
Mantap gw suka novelnya thor semangat
Fahreziy
👣👣👣
Manusia Biasa: Terima kasih jejaknya kakak😁🤭
total 1 replies
Yuliani Jogja
mantapp💪😍
Yuliani Jogja
Overall bagus

rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain

semangat thor
Manusia Biasa: makasih kak
total 1 replies
Yuliani Jogja
ahh suka banget perkembangan Sharon x gil😍
Manusia Biasa: mereka lucu kak🤭
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut
Manusia Biasa: baik kak. update bab nanti siang ya kak, terimakasih sudah membaca 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!