30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Siapa Sangka
Kediaman Nafisha.
Rumah Nafisha hari ini dipenuhi dengan keluarga dari Umi dan Abinya, besok adalah hari pernikahan Nafisha. Jadi malam ini penuh dengan persiapan untuk diadakannya hari pernikahan di kediaman Nafisha.
Jika ada acara besar sudah pasti melibatkan warga sekitar dan keluarga besar, saling membantu mempersiapkan dekor pernikahan, mempersiapkan makanan untuk hidangan besok dan sebagainya.
Nafisha terlihat begitu murung yang berada di dalam kamarnya, bagaimana tidak jika besok dia akan menikah dengan laki-laki yang baru dia temui satu hari dan bahkan tidak mengenal laki-laki itu seperti apa.
Nafisha akan pasrah dengan hidupnya. Dia tidak pernah mempermasalahkan jika harus menikah dengan cara perjodohan,
tetapi seharusnya melewati beberapa tahap dan tidak langsung menikah seperti itu dan tidak memberi kesempatan Nafisha untuk mengenal pasangannya.
"Ya Allah, apa nasib hamba memang akan berakhir seperti ini. Ini benar-benar sangat berat ya Allah," batin Nafisha dengan mata terpejam.
Dratt-drattt-drattt.
Nafisha kembali membuka mata ketika melihat ponsel di sampingnya berdering. Nafisha melihat panggilan masuk tersebut yang tak lain dari atasannya Arthur.
"Assalamualaikum, Pak!" sapa Nafisha.
"Walaikum salam Nafisha. Maaf saya mengganggu kamu malam-malam, saya minta kamu untuk kirim semua file yang saya bicarakan kemarin," ucap Arthur.
"Baik. Pak," jawab Nafisha.
"Jangan lupa besok pagi kamu datang lebih awal dan berikan laporan pengajuan proposal kamu kepada saya," ucap Arthur.
"Maaf, Pak, saya besok tidak bisa datang dan saya akan minta wakilkan Nadien untuk menggantikan saya," ucap Nafisha.
"Nafisha saya memberi kamu tanggung jawab dan bukan orang lain, kamu kenapa sangat mudah sekali....."
"Saya akan menikah besok. Pak," Arthur tidak melanjutkan kalimatnya ketika mendengar perkataan Nafisha.
"Saya juga tidak ingin lari dari tanggung jawab, saya akan menyelesaikan tanggung jawab saya setelah menyelesaikan pernikahan saya," lanjut Nafisha.
Arthur berada di kamarnya berdiri di depan jendela, terdiam mendengar kata-kata Nafisha.
"Maafkan saya. Pak, sungguh demi apapun, saya tidak bermaksud sama sekali untuk lari dari tanggung jawab," ucap Nafisha.
"Begitu," sahut Arthur.
"Kalau begitu selamat untuk pernikahan kamu dan jangan lupa kembali ke perusahaan dan menyelesaikan tugas kamu," ucap Arthur.
"Baik. Pak, terima kasih. Pak, assalamualaikum," ucap Nafisha mematikan panggilan telepon tersebut.
"Walaikum salam," sahut Arthur dengan nada suaranya yang terdengar pelan.
Wajahnya sepertinya tampak begitu kaget mendengar karyawannya itu melangsungkan pernikahan besok dan mungkin karena sangat mendadak.
Tok-tok-tok.
Arthur menoleh ke arah pintu dan melihat pria tua yang berjalan menggunakan tongkat kecilnya.
"Kakek," sahut Arthur.
"Ada apa dengan wajah tampan itu terlihat sangat murung?" tanya pria sekitar berusia 70 tahunan itu masuk ke dalam kamar Arthur.
"Kamu seperti seorang pria yang sedang putus cinta," ucap Arthur.
"Kakek bisa saja, duduklah," Arthur membantu pria tua tersebut untuk duduk di sofa.
"Apa kamu besok pagi sibuk?" tanya pria itu.
"Tidak, memang kenapa?" tanya Arthur.
"Temeni Kakek besok menemui teman lama, kebetulan dia sedang ada di Jakarta menghadiri acara pernikahan cucunya," jawab pria itu.
"Baiklah," sahut Arthur.
"Kamu selalu mengatakan iya, tidak sibuk dan baiklah jika Kakek meminta kamu. Kenapa harus bertengkar dengan ibu kamu setiap kali dia menginginkan sesuatu dari kamu?" tanya Kakek.
"Jangan membahas hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pembicaraan hari ini," ucap Arthur terlihat begitu sangat menghindar yang membuat Kakek hanya senyum-senyum saja.
*****
Hari pernikahan Nafisha.
Kediaman Nafisha sudah dipenuhi dengan tamu undangan yang akan hadir di acara pernikahannya, keluarga dari mempelai laki-laki juga sudah hadir.
Nafisha yang berada di dalam kamar yang menggunakan kebaya putih terlihat sangat cantik dan anggun, walau wajahnya sejak tadi cemberut, bagaimana tidak dia akan menikah dengan laki-laki yang baru dia kenal, bahkan keduanya tidak sempat mengobrol dan sekarang akan menikah.
Sejak tadi Nafisha hanya murung di depan cermin yang membiarkan para perias itu menghias wajahnya dan terus memperbaiki hijabnya.
"Kak Nafisha benar-benar sangat cantik. Kakak harus mengucapkan terima kasih kepada Mama, karena tidak mencarikan calon suami yang mapan dan kaya raya seperti kak Bram," ucap Mina sejak tadi berada di kamarnya.
Bukan hanya Mina dan pasti bersama sepupunya yang lain yang masih muda-muda yang mendampinginya. Nafisha mengabaikan semua perkataan adik sepupunya itu yang ujung-ujungnya hanya menyindirnya.
Krekk
Pintu kamar dibuka membuat Nafisha melihat dari cermin.
"Kamu sudah selesai Nafisha?" tanya Saras dan tidak dijawab Nafisha.
"Keluarga mempelai laki-laki sudah datang. Kakek kamu juga baru saja sampai, kamu sebaiknya menyapanya terlebih dahulu," ucap Saras.
"Ayo. Kak. Mina temani," ucap Mina berdiri dari tempat duduknya dan membantu Nafisha untuk berdiri.
Nafisha mengikut saja, sekarang memang benar-benar sudah pasrah akan hidupnya dan terserah mau seperti apa orang-orang itu memperlakukannya.
Nafisha berjalan menuju ruang tamu dan terlihat pria tua yang ada di sana. Untuk acara pernikahan Nafisha diadakan di halaman rumah Nafisha yang sudah di dekor ala outdoor.
Bukan hanya Kakek dan Abinya yang ada di sana, tetapi juga Angga dan Della Kakaknya.
"Kakek!" Nafisha berjalan begitu sangat cepat menghampiri pria tua tersebut yang berbicara dengan Abinya.
"Fisha," Pria itu langsung melebarkan tangannya membawa cucunya itu masuk ke dalam pelukannya.
"Kamu kenapa sedih seperti itu? Ini hari bahagia kamu," ucap Kakek.
Nafisha melihat ke arah Abinya. Jika Nafisha berbicara bahwa dia tidak menyukai pernikahan itu sudah dapat dipastikan akan dibatalkan oleh kakeknya. Karena tipe Kakeknya laki-laki yang sayang sama cucu dan ingin cucunya bahagia.
Tetapi Nafisha juga merasa tidak boleh egois dan harus memikirkan ke belakangnya, yang ada semuanya berantakan dan uang sudah dipakai Abinya tidak mudah dikembalikan. Nafisha lebih baik memilih diam.
"Ayah ada yang ingin bertemu!" ucap Umi.
"Assalamualaikum!" sapa tamu mereka muncul dari pintu membuat semua orang menoleh.
"Adam!" ucap Kakek yang mengenali tamu yang datang.
"Ridwan," sahut pria 70 tahunan itu.
Nafisha kaget melihat pria tua tersebut yang datang ke rumahnya dan bukan pria itu yang membuatnya kaget tetapi melihat pria yang berada di belakang pria tersebut tak lain adalah Arthur.
"Bos Arthur," bukan Nafisha berbicara melainkan Angga.
Arthur bersikap biasa saja dengan menundukkan kepala pada orang-orang yang ada di sana.
"Alhamdulillah akhirnya kamu sampai juga dan aku pikir, kamu salah alamat," ucap Ridwan.
"Bagaimana bisa aku salah alamat dan sementara cucuku ini orang yang sering jalan-jalan dan pasti dia mengetahui alamat di manapun itu," ucap Adam.
"Cucu!" batin Nafisha.
Dunia benar-benar sangat kecil, bisa-bisanya teman kakek Nafisha berteman dengan kakek Arthur.
"Perkenalan. Ini putra saya Yunus dan ini istrinya Saras. Ini putri pertama mereka Della, ini cucu saya yang akan menikah Nafisha dan ini cucu saya Angga," ucap Adam.
Keluarga Nafisha tampak berkenalan dan Adam juga memperkenalkan cucunya yang lain termasuk Mina yang kebetulan ada di ruang tamu itu.
"Saya senang sekali bisa bertemu kembali dengan kamu dan diperkenalkan dengan keluarga kamu seperti ini," ucap Ridwan dengan tertawa yang membuat mereka tertawa kecil.
Nafisha dan Arthur saling melihat satu sama lain yang kemudian Nafisha memalingkan pandangannya.
Bersambung....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa