NovelToon NovelToon
Man Jadda Wajada

Man Jadda Wajada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:36.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma AR

Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.

Spin of sweet revenge

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MJD 1

Hasan Kanigara Falah tau kalo dia sudah diblokir oleh Luna, gadis yang tidak bisa dia singkirkan dari pikirannya.

Sekian tahun tidak bertemu, akhirnya mereka dipaksa bertemu dalam momen yang tidak menyenangkan

Teman teman SMAnya dulu, bersama beberapa guru guru SMAnya mendatanginya di ruangannya. Selain itu isu negatif yang menyebar sangat ringan menyangkut keluarga besar konglomerat pemilik yayasan SMA sudah sampai di tempatnya bekerja.

Tapi karena itu dia bisa berkomunikasi lagi walau akhirnya gadis itu melakukan tindakan ekstrim, memblokirnya.

Dia sudah ngga mau mundur lagi seperti dulu.

*

*

*

"Dok, pasien kemarin datang lagi," bisik perawatnya, Tika, ketika Luna sedang memeriksa pasiennya.

"Biarkan saja. Masih ada pasien yang lain?"

"Masih ada tiga, dok."

"Ya, sudah, biarkan saja dia." Luna kemudian konsen lagi dengan pasiennya.

Mau apa, sih, datang lagi, batinnya kesal. Kalo begini, sia sia saja sudah diblokir, batinnya lagii.

Luna akui betapa sabarnya Hasan menunggu sampai pasien terakhir selesai diperiksa olehnya dan keluar dari ruangannya. Padahal tadi dia sengaja berlama lama dengan pasiennya.

"Sudah selesai?" tanya laki laki berwajah teduh itu. Dia masih mengenakan setelan jasnya.

Dia tidak bekerja? Tapi Luna bisa melihat tas punggung yang berisi laptop. Berarti dia menunggu sambil mengerjakan pekerjaannya. Batin Luna lagi.

"Ngga bosan datang ke sini?" Luna bertanya dengan suara judesnya.

Hasan tersenyum. Dia memasuki ruangan Luna dan duduk di depan gadis itu. Dia membuka jasnya membuat Luna tertegun melihatnya.

"Obatnya sudah aku makan. Bisa diperiksa lagi tensinya?" Hasan mengulurkan tangannya sambil melipat lengan kemejanya hingga pangkal siku.

"Ngga ngaruh. Bakal tetap sama seperti kemarin."

"Begitu, ya?" Hasan bermaksud menurunkan lagi lipatan kemejanya, tapi gerakannya terhenti karena Luna memasukkan manset tensi ke lengannya.

Laki laki itu tersenyum tipis.

Tika, perawat yang mendampingi Luna juga ikut tersenyum melihat kelakuan nona dokternya. Diam diam dia mulai curiga dengan hubungan keduanya.

Memang ada beberapa pasien atau keluarga pasien nekat yang ingin kenalan dengan nona dokternya. Tapi biasanya ditanggapi dengan sopan. Beda dengan laki laki tegap yang wajahnya tampan seperti malaikat penjaga pintu surga. Selalu disinisin dan dijutekin.

Kasian Tika melihatnya. Tapi laki laki ini sepertinya punya kesabaran seluas samudera. Tidak ada riak marah atau pun kesal diperlakukan begitu. Tika yakin, pasti nonanya dan malaikat penjaga pintu surga ini sudah lama saling mengenal.

Mantan, mungkin, batinnya menebak nebak.

"Belum ada perubahan. Obatnya jangan lupa diminum," ucap Luna setelah melihat pergerakan alat tensi yang belum berubah. Dia melepaskan mansetnya dan menyimpannya.

"Oke."

Hasan menurunkan lengan kemejanya dan mengenakan jasnya lagi.

"Bisa kita bicara di kantin lagi?" tanya Hasan sambil merapikan jasnya.

Tika-perawat Luna membantunya membereskan meja kerja nona dokternya sambil sesekali melirik keduanya.

Menurutnya keduanya serasi sekali. Nonanya cantik sedang laki lakinya tampan.

Luna tau Tika mengawasinya. Dia ngga mungkin menolak Hasan di depan Tika sekarang. Tika pasti akan berpikir macam macam. Akan bisa jadi rumor yang tidak sedap di kalangan tenaga medis.

"Ya." Luna segera bangkit dan mengambil tasnya. Dia melangkah keluar dari ruangannya tanpa berkata apa apa pada Tika. Hasan mengikutinya.

Mereka berjalan dalam diam hingga tiba di kantin.

"Aku pesan bubur ayam," ucap Hasan pada pegawai kantin.

Luna sempat melirik laki laki itu.

Tumben dia mau makan bubur, batinnya.

Dia ngga sariawan, kan?

Kali ini Luna memesan soto ayam.

Untuk minuman mereka samaan karena memesan teh hangat

"Kenapa nomerku diblokir?" tanya Hasan setelah pegawai kantin pergi untuk membawakan pesanan mereka.

"Ngga apa apa, kan?"

Hasan tersenyum.

"Jadi kamu lebih suka kalo aku datang langsung menemuimu di sini?"

Luna menghembuskan nafas pelan, berusaha sabar.

"Untuk apa lagi kita bertemu? Urusannya sudah selesai, kan?"

"Belum. Aku perlu mengabarkan padamu perkembangan Ratna, kan?" suara Hasan tetap terdengar lembut dan sabar.

"Ngga perlu. Aku dan saudara saudaraku sudah tidak ingin mendengar apa pun lagi tentang Ratna," bantah Luna sambil menentang mata laki laki itu.

Biasanya Hasan akan mengalah, tapi anehnya kali ini dia malah tetap menatapnya. Luna yang akhirnya mengalah karena merasakan lagi desir desir yang dulu.

Dia mengalihkan tatapnya pada pengunjung kantin yang syukurnya ngga terlalu mempedulikan kehadiran dia dan Hasan.

Terdengar laki laki di depannya menghela nafas.

"Tetap saja harus aku laporkan sama kamu, sekecil apa pun perkembangannya," jawab Hasan tetap bersikeras dengan pendapatnya.

Saat Luna ingin membantah, pegawai kantin membawakan pesanan mereka.

"Terimakasih," ucap Hasan ramah yang dibalas dengan senyum yang ngga kalah ramahnya.

"Sama sama."

Luna mencampur sotonya dengan dua sendok sambal dan beberapa tetes kecap manis. Kemudian mengaduknya.

"Kamu bisa memberitau Abiyan," ucapnya sebelum mengarahkan sendok ke mulutnya.

"Aku lebih suka memberitaukannya ke kamu saja. Sekalian cek tensiku."

Huuh, Luna nyaris melemparkan sendoknya ke wajah teduh Hasan.

Kenapa dia jadi keras kepala begini? Dulu Hasan akan menuruti ucapannya

"Tenanglah, aku ngga akan mengganggu kesibukanmu dengan para pasien." Hasan menyendokkan bubur yang sudak dia aduk ke dalam mulutnya.

"Pacarku bisa marah kalo melihat kita berdua sering ke kantin," tukas Luna ngarang karena sudah sangat sewot.

Ngerti, ngga, sih. Kesempatan kamu sudah lama usai, batin Luna.

Hasan tidak tampak terganggu apalagi sampai terintimidasi. Tidak sama sekali.

"Oooh, kamu bisa kenalkan denganku kalo nanti bertemu pacarmu. Agar dia ngga salah paham," ucapnya tenang setelah menelan buburnya.

Luna melirik Hasan dengan perasaan bertambah kesal.

Kenapa, sih, dia ini, batin Luna.

Luna tidak membantah lagi. Dia ngga mau ketahuan berbohong, mengaku sudah punya pacar, padahal zonk. Jadi dia hanya bisa menyimpan kedongkolannya saja di dalam hatinya.

Hasan tersenyum karena Luna tidak membantah lagi. Dia pun meneruskan makan buburnya. Tenggorokannya yang terasa perih akibat radang, dengan mudah menelan bubur halus itu

"Besok ustazahnya akan datang. Semoga saja Ratna bisa disembuhkan," ucap Hasan setelah beberapa lama mereka tidak saling bicara lagi.

"Hemm...."

"Besok sore aku datang lagi nemuin kamu."

Luna menghela nafas kasar. Akhirnya dia keluarkan juga ponselnya dan di depan laki laki ini, dia membatalkan blokir pada nomer telponnya.

Hasan tersenyum tipis.

"Jangan datang lagi. Kamu, tuh, sudah punya calon istri." Luna berkata tegas. Sotonya sudah tinggal kuahnya saja.

"Aku laki laki bebas. Belum menikah."

"Iya, tapi sudah punya calon istri. Bahkan dari SMA," sarkas Luna dengan senyum mengejeknya.

Tapi Hasan tetap tersenyum, seolah yang dia punya hanya senyum dan sikap sabar menghadapi Luna. Kemarahan sangat jauh dari dirinya. Juga sifat sifat negatif lainnya.

Itu yang membuat Luna kesal. Hasan tidak pernah terpancing emosinya, walaupun dia sudah bersikap.tidak ramah.

"Memang banyak orang yang ingin menjodohkan anak perempuannya denganku. Tapi aku belum pernah menyetujuinya." Hasan seolah olah ingin meluruskan masa lalu mereka.

Hampir saja Luna mengeluarkan decakan.

"Aku mau pulang," ucapnya sambil berdiri dan memanggil pegawai kantin.

"Kali ini biar aku yang bayar," cegah Hasan ketika Luna mengeluarkan dompetnya.

Luna tidak membantah. Kemarin Hasan membiarkan dirinya yang membayar makanan mereka.

Mereka beriringan keluar dari kantin. Seperti kemarin, tenaga tenaga medis yang berpapasan dengannya mengangguk hormat dengan tatapan penuh prasangka.

"Bisakah aku menemui orang tuamu?" tanya Hasan memecah keheningan. Mereka berada di persimpangan kemarin.

"Untuk apa?" Luna sampai berjengit saking kagetnya.

"Mengatakan kalo aku serius dengan putrinya."

DEG DEG

Rasa itu hadir lagi. Tatapan teduh laki laki itu menyatakan keseriusannya. Luna mengalihkan tatapnya ke arah lain.

Kini langkah kaki mereka sudah terhenti.

"Jangan aneh aneh. Aku ngga mungkin bisa hidup di lingkungan kamu," tolak Luna tegas.

"Ya sudah, aku yang akan hidup di lingkungan kamu."

Luna hampir saja menghentakkan sepatunya keras keras di lantai kalo tidak ingat dia mengenakan heels setinggi sepuluh senti.

Kenapa dia jadi sengotot ini?

1
Lailatunnasihah Nasihah
maaf ya umi.Harusnya umi bisa merasakan ketulusan hasan trhadap seorang wanita.jangan malah mencari kesalahan di diri luna.stop jangan macam2 ya umi.Jangan sampai nyenggol keluarga luna ya. kalo udh berani nnti kasian hasannya yg jadi korban🤭
Zea Rahmat
harusnya umi liat dr sisi hasan dan luna sm Laila dong... bijak dalam bersikap
maret
gregetan bgtttt.... kakek nenek Monggo Dateng... di selesaikannn.. q pusing ikut mikirin... 😅🫰
🟡 ◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Semangat Hasan Memperjuangkan Luna
Tri Handayani
next thorrr'semoga ada triple up'semangat thorrr
Tri Handayani
umi siti seharusnya udah bisa menilai laila seperti apa dr obsesinya mendapatkan hasan.
Tri Handayani
tak kenal maka tak sayang fariz'mungkin kalau kamu udah kenal luna dan keluarganya'kamu jg akan mengerti kenapa kakakmu bertahan mencintai luna dr dulu sampe sekarang.
Tri Handayani
umi siti azizah bilang sama laila'hasan g mau menikahi gadis manapun selain luna'biar laila tau.
Tri Handayani
pede banget kamu laila'mau mendepak luna'yang ada kamu itu yg d depak k luar angkasa...
Tri Handayani
bukan karena luna hasan jadi keras kepala dan membangkang umi,dulu hasan g punya modal dan keberanian untuk mendapatkan luna'selain cinta.sekarang dia punya semua dan g mau kehilsngan luna.
Ray Aza
ga usah cari kambing hitam deh umi. km bs liat hasan keras kepala utk luna tp tdk bisa melihat obsesi laila terhadap hasan. dr segi kejiwaan laila itu sdh bermasalah umi. anda lupa hasan sdh pernah menolak laila dan menutupi hal tersebut dr semua? ga takut pny menantu sakit jiwa? gejala npd akut loh mi
Yana Phung
Jgn2 ummi hasan malah berpikiran negatif dg luna
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
Yana Phung
aku bingung dg pemikiran orang tua laila
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
dwi ka
Uminya hasan jg aneh, sehrsnya wkt ukhti munafik nelp & blg rela di poligami, umi hrsnya bs menilai wanita spti apa laila itu.. Wanita yg cm luarnya aja tertutup tp dalamnya luar biasa busuk.. Mana ga ada harga dirinya lg, udh kyk j4l4ng aja
Bunda Keisha
cinta yg di pendam selama 8 tahun abi Ali.. plisss ngertiin Gus Hasan yg sudah menahan cinta selama 8 tahun dgn belajar dan bekerja keras demi mendapatkan cinta Ning Luna 😍
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡
Ray Aza
defini beragama tapi tidak berakhlak, berotak tapi tidak berpikir, berilmu tp tdk berhati. benar kamu beragama tapi kamu sama sekali tidak berTuhan jd nafsu yg lbh menguasaimu. katanya kl blm berhijab belum dpt hidayah, belum naik haji krn belum dipilih sbg tamu Allah, kalo macam laila gini disebutnya apa ya? kebaikan apalg yg belum diksh kedia?
Tri Handayani
laila...hasan jg mikir seribu kali kalau mau poligami,d samping dia cintanya sama luna'mana dia berani macem"sama luna pingin habis sama keluarga airlangga wisesa.
Tri Handayani
bisa-bisa nanti ada ratna kedua nich yg berakhir d rumah sakit jiwa
Tri Handayani
ya ampun...kok ada y cwe begitu'g punya malu atau memang obsesimu yg terlalu besar'laila
Lusi Hariyani
emang org2 kolot sich para ortu y hasan&laila g spt kluarga besar y luna yg welcome sm siapa aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!