Dulu, Lise hanya ingin sekolah dengan tenang. Tapi sejak bertemu Kevin, pria dengan rahasia di balik setiap diamnya, semua berubah. Hatinya yang polos tak bisa membohongi getaran tiap kali Kevin menatapnya. Meski dunia Kevin gelap, Lise merasa hangat saat di dekatnya. Seolah... cinta itu memang tidak selalu datang dari tempat yang terang.
“Kalau dunia ini hancur besok, kamu bakal nyesel udah deket sama aku?” bisik Kevin di telinga Lise, jemarinya menyentuh lembut dagu gadis itu.
Lise tersenyum kecil, lalu menggeleng.
“Enggak. Karena sejak hari pertama kamu panggil nama aku, hidup aku mulai punya arti.” mata sayu nya menatap lembut pada pria yang telah mengambil hatinya itu.
------
Karya ini adalah hasil tulisan asli saya. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau memodifikasi tanpa izin. Plagiarisme adalah pelanggaran serius dan tidak akan ditoleransi.
#OriginalWork #NoPlagiarism #RespectWriters #DoNotCopy
penulis_ Evelyne Lisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - pesan genting
Kevin menatap layar ponselnya, matanya menyipit saat membaca pesan singkat yang masuk. Rahangnya mengeras. Tanpa pikir panjang, ia meraih jaket kulitnya, mengambil kunci motor, dan melesat pergi dengan motor besarnya, deru mesinnya menggetarkan jalanan.
Setibanya di markas, Kevin langsung merasa ada yang tidak beres. Bangunan itu porak-poranda, asap hitam membubung ke udara, dan bau darah memenuhi hidungnya. Ia turun dari motor dengan cepat, matanya menyapu area sekitar, mayat-mayat bawahannya berserakan di tanah.
“Sial…” gumamnya, tinjunya mengepal kuat.
Dengan langkah tergesa, ia memasuki markas yang kini berubah menjadi kuburan massal. Setiap ruangan dipenuhi darah dan kehancuran. Saat mencapai lantai atas, pandangannya tertuju pada seseorang yang masih bernapas, tergeletak di sudut ruangan dengan tubuh penuh luka.
“Jared!” Kevin berlari mendekat, berlutut di samping rekannya itu.
Jared mengangkat kepalanya dengan lemah, darah mengalir dari sudut bibirnya. “Ke- ketua K… maaf… saya tidak bisa… menyelamatkan mereka…”
Kevin menggeleng, rahangnya mengatup erat menahan amarah dan kesedihan. “Bukan salahmu. Sekarang kita harus pergi.”
Dengan susah payah, Kevin membantu Jared berdiri. Mereka bergerak menuju parkiran, niatnya jelas, pergi ke markas utama milik ayahnya. Namun, begitu sampai di luar, suara gemuruh motor terdengar dari kejauhan. Sekelompok geng motor telah mengepung mereka.
“Kurasa mereka nggak bakal membiarkan kita pergi dengan mudah,” ujar Kevin dingin.
Salah satu anggota geng mencibir. “Kalian pikir bisa kabur setelah ini?”
Kevin menatap Jared yang hampir tak bisa berdiri sendiri. “Bisa bertarung?”
Jared tersenyum lemah. “Selama aku masih bisa menggerakkan tangan, aku bisa membunuh.”
Tanpa banyak bicara, Kevin langsung menerjang. Pertarungan pun pecah. Tangan dan kaki Kevin bergerak cepat, menghantam siapa pun yang mendekat. Jared, meski lemah, tetap bertahan dengan sebisanya.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, tak ada yang tersisa. Kevin menghela napas berat, darah menetes dari pelipisnya.
“Naik,” katanya sambil membantu Jared ke atas motor.
Mereka kembali melaju, angin siang menerpa wajah mereka. Namun, di pertengahan jalan, suara deru mesin kembali terdengar. Kevin melirik spion dan mengumpat pelan. lebih banyak orang, kali ini bersenjata.
“Sial…”
Tembakan pertama dilepaskan. Kevin membanting setir, tapi terlambat, ban belakang terkena peluru, membuat motor terguling. Keduanya jatuh keras ke aspal.
Jared tak lagi sadarkan diri. Kevin, dengan tubuh penuh luka, berdiri dengan susah payah. Dari depan, seorang pria bertubuh besar ( ketua geng ) melangkah mendekatinya dengan pistol terhunus.
“Permainan berakhir, pembunuh sialan.”
Kevin menyeringai, meskipun darah mengalir dari sudut bibirnya dan mengenai masker yang menutupi mulutnya. “Kau yakin?”
Pria itu tak memberi jawaban. Dalam hitungan detik, pertarungan terakhir pun dimulai. Kevin berusaha mati-matian, Pukulan demi pukulan menghantamnya tanpa ampun, membuatnya tersungkur berulang kali.
Namun, meski hampir tak bisa berdiri, Kevin tetap bangkit. Genggaman tangannya mengepal kuat, menolak untuk menyerah.
Karena ini belum berakhir.
~~~~~~~~
''AAHH!!!''
Lise teriak keras saat sarah mengejutkannya ''hahaha'' lise terdiam melihat sarah yang tertawa lepas setelah mengejutkan dirinya.
''apa apaan ini sarah! Jangan mengagetkan aku dong!'' ucap lise kesal dengan kelakuan sarah yang sangat jahil
''habisnya dari tadi kau melamun saja sih ,lise. Mikirin apa sih kamu sampe
dipanggil berapa kali pun tidak ngudeng?''
Ujar sarah sambil mematikan keran air wastafel yang masih menyala ''duh, kerannya juga sampe luber gini''
Terkejut lise dengan air yang sudah mengalir ke lantai, segeralah ia mengelapnya dan melanjutkan pekerjaannya.
''ayo pulang, lise'' sahut sarah sambil memakai jaketnya
''hah? pulang?''
'iya, lise. Ini kan udah jam empat sore, kamu mau sampai malam disini?'' ujar sarah dengan sedikit mengejek.lise hanya terdiam dengan ucapan sarah, tidak terasa sudah jam empat sore rupanya. Lise sangat tidak fokus di hari prama kerja paruh waktu di restoran itu, entah pusing atau memang belum pernah terbiasa, namun ia senang ada sarah yang membantunya sepanjang hari selama bekerja.
______________________________
Btw, sorry thor, itu ada bbrp paragraf yg ke ulang²/Frown/