HAPPY READING ~
Novel ini menceritakan tentang, lima saudara kembar cewek yang barbar, kompak, dan gak ada takut-takutnya! Ayesha, Aresha, Abila, Aurora, dan Arumi bukan cuma bikin heboh sekolah, tapi juga satu Cianjur! Dari nyolong mangga kepala sekolah, bolos ke Puncak, sampai ketahuan guru BK dan dihukum Babehnya, hidup mereka gak pernah sepi drama.
Tapi di balik kelakuan mereka yang selalu bikin geleng-geleng kepala, ada kisah persahabatan, keluarga, dan kenakalan khas remaja yang bikin ngakak sekaligus haru.
Siap ikut keseruan Mojang Cianjur dalam petualangan gokil mereka? Jangan lupa baca dan kasih vote!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Terjebak di Sarang Bu Nyai
Lima kembar itu, duduk di kursi berhadapan dengan Bu Nyai di ruangannya. Dina juga ada di sana, duduk di sudut ruangan dengan wajah pucat.
Di depan mereka, layar laptop terbuka, menampilkan rekaman CCTV semalam.
Mereka semua langsung tahu, "Mampus."
Bu Nyai mengetuk meja dengan telunjuknya. Tatapannya tajam, membuat bulu kuduk mereka berdiri.
"Ada yang mau menjelaskan kenapa kalian ada di ruang penyimpanan makanan tengah malam?" tanyanya dingin.
Mereka berlima saling pandang.
Aresha akhirnya buka suara. "Hmm... lapar, Bu."
Aurora mengangguk cepat. "Iya, Bu, kita kelaparan."
Bu Nyai mendecak. "Kalau lapar, kenapa tidak minta izin? Kenapa harus mencuri?"
Abila protes. "Kita nggak nyuri, Bu. Kita cuma pinjem."
Arumi menambahkan. "Dan rencananya kita mau balikin makanannya setelah kita makan."
Bu Nyai menyipitkan mata. "Mau balikin makanan setelah dimakan? Cerdas sekali."
Mereka semua cuma cengar-cengir.
Dina yang sejak tadi diam, akhirnya bicara. "Bu... saya juga salah. Saya ikut mereka."
Bu Nyai menghela napas panjang. "Saya sudah menduga kamu akan terbawa pengaruh buruk mereka, Dina."
Dina menunduk. Sementara itu, lima kembar tersinggung.
"Bu, kok kita dibilang pengaruh buruk sih?" protes Ayesha.
Bu Nyai menatap mereka satu per satu. "Karena kalian memang santri ternakal di asrama ini."
Mereka berlima cuma bisa nyengir bangga.
"Iya dong, kita gitu loh," bangga mereka serempak yang membuat Bu Nyai geleng geleng kepala heran dengan kelakuan anak muridnya yang lima ini.
Bu Nyai melanjutkan, "Saya tidak akan mengeluarkan kalian dari pesantren ini, tapi kalian akan mendapat hukuman."
Mereka langsung tegang.
"Hukuman apa, Bu?" tanya Abila hati-hati.
Bu Nyai tersenyum tipis. Senyuman berbahaya.
"Kalian berenam akan jadi petugas kebersihan pesantren selama satu bulan penuh."
Dina tersentak. "BU, SERIUS?!"
Bu Nyai mengangguk tegas. "Mulai besok, kalian harus bangun jam 3 pagi untuk menyapu halaman, ngepel masjid, dan membersihkan toilet."
Mereka semua langsung merasa langit runtuh.
Toilet?!
Arumi menepuk dahinya. "Anjir, kita kena karma."
Aresha menggertakkan gigi. "Fixs, kita harus balas dendam ke CCTV itu!"
Aurora menatap Bu Nyai dengan tatapan horor. "Bu, kalau kita menolak?"
Bu Nyai tersenyum lebih lebar. "Kalau menolak, saya bisa panggil orang tua kalian ke sini."
Lima kembar langsung diam.
Mereka bisa menghadapi hukuman apapun... tapi kalau sampai Umi dan Babeh dipanggil? Tamat riwayat mereka.
Akhirnya, dengan terpaksa, mereka mengangguk.
"Baik, Bu," jawab mereka serempak.
Bu Nyai tersenyum puas. "Bagus. Sekarang, kalian boleh kembali ke kamar kalian masing masing."
Mereka berenam berjalan keluar ruangan dengan wajah penuh penderitaan.
Begitu pintu tertutup, Ayesha menghela napas panjang. "Gimana ini? Kita beneran kena hukuman."
Dina menatap mereka dengan putus asa. "Gue nyesel ikut kalian."
Aurora menyeringai. "Santai aja, kita pasti bisa ngelakuin sesuatu buat ngurangi penderitaan kita."
Abila menepuk bahu Dina. "Tenang aja, lo sekarang resmi jadi bagian dari geng kita. Kita hadapin ini bareng-bareng."
Dina hanya bisa mengeluh dalam hati.
Sementara itu, lima kembar kembali menyusun strategi licik mereka.
Mereka mungkin mendapat hukuman, tapi mereka tidak akan kalah tanpa perlawanan.
_____
Jam dinding di kamar mereka menunjukkan pukul 02:50 dini hari.
Kelima lima kembar dan Dina duduk melingkar di lantai, mata mereka masih berat karena mengantuk. Mereka sudah bersiap memakai jaket dan masker, tapi mood mereka ambyar.
"Anjir, gini amat hidup arurang, jadi buruh kebersihan," gerutu Aurora sambil ngulet.
Arumi memeluk guling. "Males banget sumpah, baru kali ini gue nggak pengin bangun tidur."
Dina menguap panjang. "Nyesel banget ikut kalian, asli."
Aresha menyender ke tembok. "Kita harus cari cara biar nggak kena kerja rodi kayak gini."
Ayesha mengangguk cepat. "Bener, mending kita bikin Operasi Kabur dari Hukuman aja gimana?"
Mereka berlima langsung saling pandang dengan mata berbinar. Opsi malas-malasan yang selalu menarik.
Dina menghela napas. "Oke, jadi rencana kita apa?"
Plan A: Pura-pura Sakit
"Lagian kalau sakit, siapa yang mau maksa buat kita kerja kan?" ujar Abila santai.
Arumi mengangkat tangan. "Setuju! Kita pura-pura kena demam."
Lima kembar segera mengatur posisi. Mereka merem-melek kayak orang pusing, narik selimut tinggi-tinggi, dan mulai akting jadi pasien sekarat.
Beberapa menit kemudian, salah satu pembina datang buat ngecek mereka.
"Kalian kenapa?" tanya Bu Yuyun curiga.
Aurora menjawab lemas. "Sakit, Bu. Pusing, demam, perut mules, kepala cenat-cenut, pokoknya udah kayak mau mati ini."
Dina ikut-ikutan. "Saya juga, Bu... badan panas semua."
Bu Yuyun menyipitkan mata. "Masa iya, kok bisa barengan semua sakitnya?"
Abila batuk-batuk dramatis. "Bu, jangan-jangan kita kena penyakit langka..."
Arumi nambahin, "Iya, Bu. Mungkin virus yang nggak ada obatnya."
Pembina itu melipat tangan di dada. "Baik, kalau begitu saya panggilkan ustaz buat rukyah kalian."
Mereka langsung bangun dari tempat tidur.
"Eh, jangan, Bu! Udah mulai baikan kok!"
"Alhamdulillah, kayaknya doa Ibu tadi langsung nyembuhin kita!"
Bu Yuyun berdecak. "Hmm, bisa sembuh mendadak, ya?"
Mereka cengar-cengir. Plan A gagal total.
Plan B: Sogok Kakak Kelas
"Udah, kita cari santri senior yang bisa kita sogok biar dia ngerjain tugas kita," bisik Aresha.
"Setuju! Tapi... kita nyogok pakai apa?" tanya Arumi.
Mereka semua langsung terdiam. Duit nggak ada, makanan juga nggak punya.
Ayesha menggaruk kepala. "Kalau gitu... kita kasih jasa tuker tempat tidur aja?"
Aurora mencibir. "Lo pikir ini kos-kosan?!"
Dina mendesah panjang. "Intinya kita nggak punya sesuatu buat nyogok mereka."
Aresha menjambak rambut sendiri. "Anjir, miskin banget kita!"
Akhirnya mereka menyerah dengan Plan B.
Plan C: Sembunyi di Kamar Mandi
"Udah, kita ngumpet aja di kamar mandi sampai jam bersih-bersih selesai," saran Abila.
Aurora mengangguk. "Ide bagus tuh!"
Mereka buru-buru masuk ke kamar mandi, mereka memilih bilik kamar mandi, paling pojok, dan ngumpet sambil pura-pura mandi.
Sepuluh menit berlalu.
Dua puluh menit.
Setengah jam.
Mereka mulai senyum-senyum. Kayaknya berhasil!
Tapi kemudian...
BRUK BRUK BRUK!
Seseorang gedor pintu kamar mandi dengan keras.
"HEY!! SAYA TAU YA!! KALIAN NGUMPET DI SINI! KELUAR!!!"
Bu Nyai.
Mereka langsung pucat.
"Ketauan, cok..." bisik Arumi.
Dina nyaris nangis. "Abis kita..."
Pintu kamar mandi dibuka paksa. Lima kembar dan Dina langsung diseret keluar oleh Bu Nyai.
"Karena kalian sudah mencoba tiga kali kabur dari hukuman," kata Bu Nyai dengan senyum penuh kemenangan, "saya tambahkan hukumannya jadi dua bulan."
Mereka semua langsung menjerit frustasi.
"BU, JANGAN!!!"
Tapi sudah terlambat.
Mereka akhirnya harus pasrah buat ngebersihin pesantren selama dua bulan ke depan.
Dan yang lebih parah?
Santri lain mulai manggil mereka "Tim Pembersih Langganan."
Mereka kecewa berat, atas kegagalan operasi mereka. kelima gadis cantik itu menghela napas dan kembali bersih bersih lagi.