Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.
Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.
Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.
Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Rumah Kosong
"Kamu mau bawa kita kemana?" tanya Wira saat mereka menyusuri hutan mengikuti langkah kaki Singa.
Wira dan ketujuh bidadari sudah berjalan cukup jauh. Meski tidak jauh dari aliran sungai tapi jarak kebaradaan Wira dengan sungai itu tidak sedekat saat tadi baru melangkah.
"Singa, kamu mendengar ucapanku, kan?" ucap Wira lagi dengan suara sedikit kesal karena sejak tadi ucapannya selalu diabaikan.
Tapi saat Wira sengaja menghentikan langkah kakinya, Singa tersebut ikut berhenti dan menoleh serta memberi tanda agar Wira kembali melangkah. Wira yang merasa kesal hanya bisa mendengus kasar, tapi tetap meneruskan langkahnya mengikuti Singa jantan di depannya.
Haummm!
Singa kembali mengaum dan suaranya cukup menakutkan bagi siapapun yang mendengarnya. Wira sendiri sebenarnya masih takut. Bahkan otaknya kadang memikirkan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi.
Wira juga selalu bersikap waspada. Karena biar bagaimanapun, Singa itu binatang buas serta pemakan daging. Jadi jika Wira lengah, bisa saja Wira akan menjadi santapan yang lezat bagi binatang buas itu.
"Wahhh! Ada rumah!" seru salah satu bidadari. Seketika semua mata tertuju pada arah yang sama.
"Benar! Ada rumah!" Bidadari yang lain ikut menimpali. Senyum mereka langsung terkembang dan semuanya segera melangkah menuju rumah tersebut.
Dilihat dari keadaannya, rumah yang berdinding kayu dan anyaman bambu itu dalam keadaan kosong. Bahkan ada beberapa bagian yang terlihat sudah rusak dan butuh perbaikan.
"Ini rumah siapa ya? Kok bisa ada rumah sendirian di tengah hutan?" gumam Wira sambil melangkah masuk ke dalam. Begitu juga dengan ketujuh bidadari. Sedangkan Singa memilih merebahkan tubuhnya di bawah pohon besar yang ada di halaman samping kiri depan rumah itu.
"Mungkin rumah ini sudah lama ditinggal oleh pemiliknya," ucap bidadari berbaju biru dengan mata mengedar ke segala penjuru ruangan.
Di sana ada ruang utama serta ruang berjejer tiga dengan ukuran yang sama. Kemungkinan itu adalah kamar. Lalu, dua ruang lainnya kemungkinan sebagai ruang makan dan area dapur. Dilihat dari beberapa benda peninggalan yang ada di berbagai ruang, hal itu menunjukan fungsi dari ruangan masing-masing.
"Bagaimana kalau kita bersihkan tempat ini? Lumayan kan, untuk bermalam kita," usul bidadari berbaju hijau.
Tentu saja usulan tersebut langsung disetujui oleh bidadari lainnya dan mereka segera bersiap diri untuk membersihkan tempat itu dengan alat seadanya yang ada di sana.
Sedangkan Wira sendiri memilih diam, karena dia sendiri masih bingung dengan keadaan yang sedang menimpa dirinya.
"Ini aku beneran pindah ke dunia lain apa gimana sih?" lagi lagi pikiran itu terlintas dalam benak pemuda itu.
Wira masih tidak percaya dengan apa yang terjadi meski dia sendiri sudah menemukan banyak bukti kalau dirinya memang sudah berada di tempat yang berbeda.
Beberapa puluh menit kemudian.
"Kang, nih, ada pakaian laki laki," ucapan salah satu bidadari seketika menyadarkan Wira dari lamunannya. Matanya menatap beberapa helai kain yang dia pegang.
"Kenapa pakaiannya seperti ini lagi?" tanyanya keheranan. "Apa ini jaman kerajaan majapahit?"
"Emang maunya akang, pakaian yang seperti apa?" Bidadari berbaju Ungu malah bertanya balik. "Kerajaan Majapahit? Apa itu kerajaan tempat asal kamu?"
Wira mengalihkan pandangannya ke arah bidadari itu, tapi dia hanya tersenyum lebar bingung dan enggan memberi penjelasan.
Lalu Wira memilih pergi sembari menenteng beberapa celana yang sama dengan yang dia pakai saat ini.
Wira memasuki salah satu kamar yang sudah dibersihkan untuk mengenakan pakaian yang terlihat masih bersih.
"Duh, punyaku jadi bergelantungan kaya gini dong," gumamnya sembari menatap celana longgar yang dia pakai.
Setelah berganti pakaian, Wira memutuskan keluar kamar karena dia merasa lapar. Namun baru saja langkah kakinya keluar kamar, Wira dikejutkan dengan sesuatu yang membuat dia merasa sesak nafas.
"Astaga!" pekik Wira dengan mata yang enggan untuk berkedip.
"Kamu kenapa, Kang? Kok bengong disitu?" tanya salah satu bidadari yang jaraknya sangat dekat dengan Wira.
Bidadari itu mendekat dan sukses membuat degup jantung Wira berdetak lebih kencang.
"Kang," panggil bidadari lagi sambil menepuk lengan Wira. "Kamu kenapa?"
"Eh ... em... itu..." Wira tergagap dan salah tingkah sendiri. "Ada bukit kembar yang ingin keluar dari sarangnya," ucap Wira gugup lalu dia segera saja masuk ke kamar yang tadi dia tempati.
Sedangkan bidadari yang tadi menghampiri Wira hanya memandang kepergian pemuda itu dengan tatapan heran.
"Kenapa aku baru sadar sih? Dari tadi aku kemana aja? Tuh kan, asetku langsung menegang," umpat Wira. Lalu dia duduk di tepi papan berbentuk tempat tidur.
"Apa aku kuat menjaga mereka? Astaga, aku bisa gila menghadapi tujuh wanita berpakaian sangat seksi."
Pakaian yang dikenakan ketujuh Bidadari memang pakaian yang tergolong seksi. Wira baru menyadari beberapa saat yang lalu.
Pakaian yang dikanakan Bidadari, memang berbentuk panjang. Namun bagian atasnya hanya menutupi bagian dada, sedangkan di bagian bawah ada dua belahan baju di sebelah kanan dan kiri. Belahan baju tersebut, memanjang dari bawah sampai ke pinggang mereka.
Wajar jika milik Wira langsung menegang, karena para bidadari itu terlihat menggiurkan. Wira baru menyadari kalau pakaian yang dikenakan para bidadari membuat jiwa lelaki Wira meronta.
"Mimpi apa aku semalam? Mana semuanya cantik-cantik lagi. Astaga! Aku yakin, aku nggak akan bisa nahan diri. Duh, tidak ada sabun lagi. pengin banget aku, arggghh!" Wira meronta dalam benaknya
Sementara itu di saat yang sama, tapi di tempat yang cukup jauh dari keberadaan Wira dan ketujuh bidadari, terlihat seseorang berlari cukup kencang, memasuki bangunan yang cukup besar dan luas, dimana terlihat banyak orang yang menjaganya di sana.
"Yang mulia! Yang Mulia, ada kabar bagus! Yang Mulai!!" sembari berteriak, pria itu terus mencari sosok yang dipanggil yang mulia sampai semua orang yang mendengarnya merasa heran.
"Ada apa, Panglima? Kenapa anda lari lari sambil berteriak?" tanya seorang pria yang sedang duduk di singgasananya.
Dia bersama beberapa orang yang ada di sebuah ruangan khusus terlihat sedang berkumpul dan membahas sesuatu. Tapi kegiatan mereka terhenti karena kedatangan pria yang dipanggil panglima tadi.
"Ada kabar bagus, Yang mulia. Pasti anda akan anda akan senang dengan kabar ini," ucap Panglima, nampak antusias setelah dia memberi salam hormat.
"Kabar bagus? Kabar bagus apa?" tanya Yang mulia penasaran. Bukan hanya Yang mulia saja yang penasaran, tapi semua orang yang ada di sana juga ikut penasaran dengan kabar yang dibawa panglima.
Panglima sendiri tidak langsung menjawab, tapi dia mengeluarkan sesuatu dari balik baju yang dia kenakan dan menunjukannya pada Yang Mulia. "Anda tahu ini apa, Yang mulia?"
Mata Yang mulia membelalak. "Bulu Angsa Emas?"
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...
dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..
Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
..hemmm
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭