Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shaka tengil
Aliyah yang melihat penampilan Shazia menatapnya seakan berkata 'sadar Shazia, sadar. Ada laki-laki yang sedang mengagumi fisik mu'. Aliyah tahu, puteri nya itu tak sadar dengan penampilan nya sendiri. Jika sadar, mana mungkin putri nya itu mau memperlihatkan rambut serta leher jenjang nya pada yang bukan muhrimnya. Tapi di samping itu, Aliyah bersyukur karena Shazia memakai baju tidur model kimono panjang. Jadi yang terlihat hanya bagian rambut dan leher atas nya saja.
Namun sayang, Shazia yang tengah menahan rasa kesalnya itu tak menyadari isyarat tatapan Aliyah. Sorot mata gadis itu hanya terpusat pada Shaka yang kini tengah senyam senyum tak jelas dan tampak menyebalkan di mata Shazia.
"Kenapa kamu bisa ada di rumah ku, Shaka? Bukan nya kamu itu seharusnya sudah pulang? Terus kenapa kamu mendobrak pintu kamar mandi ku? kamu enggak bisa benerin lagi, kan? kamu enggak tau kan kalau ongkos tukang itu mahal !!!"
Shazia yang tak dapat menahan rasa kesalnya mencecar Shaka dengan pertanyaan-pertanyaan.
Bagaimana Shazia tak sangat kesal, Shaka sudah melakukan dua tindakan fatal dalam waktu yang bersamaan. Pertama, Shaka datang ke rumah nya, padahal ia sudah memintanya agar segera pulang. Bagaimana jika ada tetangga yang melihat kedatangan nya? kedua, Shaka mendobrak pintu kamar mandi sampai copot tanpa ada yang meminta nya melakukan tindakan tersebut. Coba, setelah rusak begitu apa anak itu masih bisa memperbaiki nya lagi?
"Mba Shazia cantik banget kayak bidadari turun dari khayangan," celetuk Shaka dikuti senyuman aneh. Membuat, Shazia sontak membola kan mata. Astaga anak tengil ini. Diomelin bukan nya sadar diri malah cengar-cengar tak jelas dan sempat-sempatnya menggombal.
Shaka menyambung kalimat gombalan nya setelah jeda sedetik." Rambut mba juga indah banget. Model iklan shampo mah kalah jauuuh...." Membentangkan kedua tangan di akhir, lalu menyengir.
Mendengar kata rambut panjang, mata Shazia kembali membola lebih besar begitu ia menyadari sesuatu. Astagfirullah. Sadar jika kepala nya tak berhijab, gadis itu pun segera berlari ke arah kamarnya.
Shaka tersenyum gemas sembari mengekori kepergian Shazia.
Sedangkan Aliyah. Wanita awet muda itu menghela nafas pelan dan geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Shazia.
Setelah Shazia masuk kamarnya, Shaka menoleh pada Aliyah.
"Ehem. Maafin saya ya, Bu. Pintu kamar mandi nya jadi rusak," sesal Shaka dengan suara rendah.
Aliyah tersenyum.
"Enggak apa-apa nak Shaka. Enggak usah dipikirin," kata Aliyah.
"Nanti akan segera saya perbaiki, Bu."
"Enggak usah. Biar besok ibu suruh tukang buat benerin lagi. Sekarang nak Shaka duduk dulu. Ibu mau ambilkan minum."
"Terima kasih, Bu."
Shaka tak menolak, karena anak itu kebetulan sedang haus dan butuh air minum.
Shaka kemudian memungut kantong plastik yang ia letak kan begitu saja di lantai setelah Aliyah pergi. Lalu membawanya ke ruang tamu, meletakkan plastik tersebut sekaligus mendudukkan bo-kong nya ke atas sofa.
"Bu, dimana anak tengil itu?" Tanya Shazia saat berpapasan dengan Aliyah. Shazia kini sudah memakai kerudung rumahan, hanya pakaian nya saja yang tak ganti.
"Maksud kamu nak Shaka?" Tanya Aliyah memperjelas pertanyaan Shazia.
Shazia mengangguk dengan setengah hati.
"Lagi di ruang tamu."
Shazia manggut-manggut sambil berpikir.
"Terus Ibu mau kemana?"
"Mau bikin minum dulu."
Belum sempat Shazia mengajukan pertanyaan lagi, Aliyah sudah berlalu.
Shazia menghela nafas menatap kepergian Aliyah, lalu beranjak untuk menemui Shaka.
"Dimana kamu, Cok?"
Langkah Shazia berhenti saat mendengar suara Shaka tengah mengobrol dengan seseorang di ujung telpon.
Karena tak ingin mengganggu, Shazia pun menyender di balik tembok menunggu Shaka selesai bicara.
"Kamu dengar aku. Cepat datang ke alamat yang sudah ku search loc. Dan kamu ganti pintunya dengan bahan yang berkualitas lebih kuat........"
"Hah ! apa aku enggak salah dengar. Shaka menyuruh tukang untuk memperbaiki pintu kamar mandi malam ini juga." Shazia membatin dan semakin mempertajam pendengaran nya.
"Enggak ada tapi-tapi. Pokoknya malam ini juga kamu kerjakan. Kalau enggak mau ku potong gaji mu selama setahun."
Shazia mencebik mendengar kalimat terakhir Shaka.
"Gaya mu Shaka, Shaka. Ternyata kamu enggak cuma tengil nya ke aku doang tapi juga ke semua orang. Mana main ngancem ke segala lagi. Udah berasa kayak bos aja kamu, Shaka."
"Ngapain di sini?"
Shazia terperanjat. Aliyah tiba-tiba datang dan menepuk pundak nya.
Shazia lantas menyengir.
"Enggak, Bu. Tadi si Shaka lagi telponan. Jadi Shazia tunggu disini."
"Ya udah yuk, temani ngobrol teman mu itu." Aliyah menarik lengan Shazia.
Shazia yang enggan pun tak mengikuti langkah Aliyah.
"Aduh, Bu. Si Shaka jangan di ajak ngobrol. Kalau diajak ngobrol nanti anaknya enggak pulang-pulang sampai subuh," ujar Shazia setengah berbisik. Khawatir orang yang sedang dibicarakan nya itu mendengar obrolan mereka.
Aliyah menghela nafas.
"Masa iya sih nak Shaka enggak tau batasan. Kita temani dia sebentar aja. Walau bagaimana pun nak Shaka itu tamu, teman mu sekaligus orang yang udah nolongin kamu. Coba kalau tadi enggak ada dia. Mungkin saat ini kamu masih terkurung di kamar mandi."
Shazia terdiam. Iya juga ya apa kata ibu. Kalau enggak ada si Shaka mungkin ia tidur di kamar mandi malam ini.
"Ya udah deh, Bu. Tapi jangan lebih dari lima menit ya, Bu. Setelah itu dia harus pulang. Ibu kan tau sendiri. Ini udah larut malam. Shazia takut ada tetangga yang julidin kita lagi." Shazia mewanti-wanti sang ibu. Ia tak mau kejadian memalukan dua tahun yang lalu terulang kembali.
"Iya, iya. Ibu paham."
Kemudian, kedua wanita cantik tersebut menghampiri Shaka.
"Kamu mau apa sih ke rumah ku malam-malam gini. Aku kan tadi......."
Ucapan Shazia mengambang, saat Shaka menyodorkan kantong plastik putih ke arahnya tanpa sepatah kata.
Sorot mata Shazia beralih pada benda tersebut.
Aliyah meletakkan cangkir teh di depan Shaka, lalu ikut melihat pada plastik tersebut dengan tanda tanya.
"Ini punya mba, kan? Aku kemari cuma mau mengantarkan plastik yang tertinggal di motor ku ini sama mba."
Aliyah mengkerutkan kening.
Shazia melirik Aliyah sembari menggigit bibir, karena tadi ia sempat berbohong pada ibunya itu.
Di samping tak enak hati pada sang ibu, Shazia merasa senang. Karena pakaian kotor milik big bos nya telah kembali dengan sendirinya tanpa harus payah mencari Shaka yang tak tau tinggal dimana.
Tadi, saat Shazia sampai rumah. Ia baru teringat pada kantong plastik yang tertinggal di stang motor Shaka.
Shazia segera menyambar kantong plastik tersebut.
"Terima kasih," ucap Shazia.
"Sama-sama."
Obrolan ringan pun berlangsung selama sepuluh menit. Hingga akhirnya, Shaka pamit pada Aliyah juga Shazia. Meski berat, tapi pria itu tau diri tak baik bertamu hingga larut malam. Apalagi pemilik rumah nya dua-duanya perempuan.
Sebelum keluar, Shaka berpesan pada Aliyah jika tidak sekarang, besok pagi akan ada tukang yang datang untuk memperbaiki pintu yang telah di rusaknya.
Shazia kemudian mengantar Shaka ke teras sembari celingukan. Khawatir ada tetangga julid yang lihat. Tapi sepertinya aman.
"Aku pikir bu Aliyah kakak nya mba Shazia," tutur Shaka, setelah naik ke atas moge nya.
"Memangnya kenapa?" Tanya Shazia.
"Masih muda dan cantik banget."
Shazia mencebik. Tak sedikit para lelaki yang bilang demikian. Ibu nya memang muda dan cantik. Makan nya para ibu-ibu tetangga selalu sinis, takut suaminya pada naksir ke ibunya. Ya meski fakta nya memang sudah ada beberapa suami tetangga yang nyatain cintanya, bahkan ingin menjadikan ibu istri kedua mereka.
"Ehem. Jangan bilang kamu naksir sama ibu ku ya, karena aku enggak akan pernah mau punya bapak tiri yang masih bocah juga tengil."
Shaka tergelak.
"Aku enggak mau jadi suami ibu mu, mba. Tapi aku mau nya jadi menantu ibu mu. Gimana dong, mba !!!!!"
demi cinta jadi sopir pun d lakukan y shaka,tpi sayang yg d cintai cma nganggap adik aja.Tapi semoga mba shaziamu segera menyadari perasaannya.
Ihh nyebelin bgt keluarga pak ramlan benalu.
Waduh coky masa kamu lupa kalau bossmu absurt tapi baik hati itu sudah bucin sama mbak Shazia, jadi mau ada cewek cantik & tajir gak akan terlihat?? 😂😂😂 Gimana kalau Tasya buatmu saja🤭😅😅😍😍