Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUH BELAS
"Ternyata muka cantik, lulusan luar negri, dan banyak duit gak buat orang pinter ya?" Bella semakin tak mengerti.
"Makanya lain kali, sebelum Lo ngomongin orang lain. Ngaca dulu! Gue benci orang yang banyak ngomong tapi nol progres! Pergi!" tanpa menunggu wanita di depannya menjawab Jeffery lebih memilih masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Bella yang terdiam di tempat mencerna apa yang di maksud Jeffery barusan.
_
Bella memasukan baju-bajunya ke dalam tas terburu menimbulkan attention yang mencuri perhatian kedua teman sekamarnya. Wanita dengan tubuh berisi dan wanita berambut sebahu.
"Loh Lo mau kemana Bell?" wanita berambut sebahu bertanya yang di angguki Wanita berisi di sampingnya.
"Iya. Kok Lo packing?"
"Gue mau balik!" keduanya bertukar tatap heran.
"Loh kenapa Bell? Lo ada acara? Kita kan belum selesai si sini! " Bella menatap keduanya dengan helaan jengkel.
"Gue di ganti! Ck! Jeffery minta buat ganti gue sama bang Rubby"
"Loh loh. Kenapa?" Bella melempar kopernya keras, sebelum mendudukan diri di kaki ranjang.
"Gue juga gak ngerti, tiba-tiba aja tuh cowok gak mau gue make up in terus minta buat bang Rubby telfon agensi" ke duanya mengangguk heran.
"Lo gak nyoba ngomong sama Jeffery gitu? Sapa tau Lo ngelakuin kesalahan apa kek?" Bella menatap wanita berisi lesu.
"Udah"
"Terus dia jawab apa?"
"Dia bilang kalo wajah cantik, lulusan luar negeri dan banyak duit emang gak nge-jamin pinter. Terus dia juga bilang, makanya lain kali sebelum ngomong harus ngaca dulu! Gue gak ngerti maksudnya apa coba?" wanita berambut sebahu menjentikkan jari.
"Mungkin gak sih ini ada sangkut pautnya sama Xeira? Yang waktu itu di villa sebelum pulang?" ke duanya mengangguk bersamaan dengan suara decapan seseorang dari arah pintu.
Ketiganya menoleh, menatap Jeffery yang sudah berbalik dengan terkejut dan tanpa banyak kata beranjak mencegah pria itu pergi semakin jauh.
"Jeff!" Bella memanggil, memaksa henti langkah Jeffery yang sedikit melirik ke arah ke tiganya yang kini berdiri tepat di depan pintu kamar hotel.
"Inilah kenapa kalian beda sama Xeira. Karena alih-alih ngomongin orang di belakang sambil nuduh yang enggak enggak kaya yang kalian lakuin, Xeira lebih milih buat nangis sendirian dan maafin kalian!" Jeffery menatap ke tiganya jengkel.
"Jangan mikir Xeira ngadu ke gue dan ngelakuin apa yang kalian lakuin. Karena gue nyari bukti valid sebelum ngelakuin ini. Gue gak pernah suka cewek gue nangis karena di hina kaya gini!" tanpa memberi ruang, tanpa menunggu lebih lama Jeffery segera beranjak, meninggalkan ke tiganya yang saling tatap dengan tundukan kepala. Di ikuti sering notifikasi yang masuk ke handphone masing-masing.
'Kalian di ganti! Pulang sekarang!'
_
Rubby, menatap pintu kamar hotel nya yang terbuka menampilkan sosok Jeffery sedikit miris, setelahnya mengambil satu gelas lagi dan menyeduh kopi untuk tamu tak di undang nya.
"Nih! " Jeffery yang sudah duduk di sofa tak apa ijin itu menerima segelas kopi yang di ulurkan Rubby.
Menatap ke dalam air berwarna hitam itu kosong. Tak mengerti mengapa ada wanita seperti Bella dan ke dua temannya juga mengapa ada wanita sebaik Xeira di muka bumi ini.
"Udah?" Jeffery mengangguk, mengiyakan tanya lain yang tersirat di dalam satu kata yang di ucap Rubby barusan.
"Apa yang di bilang Boss?" kini Jeffery yang bertanya. Walau bekerja di agensi milik pamannya sendiri, namun Jeffery masih tau batasan dimana dia bisa bertindak sesuka hati dan kapan dia harus profesional. Bisa di bilang ini pertama kalinya dia melakukan hal se kekanak-kanakan ini. Dia sendiri tak mengerti mengapa dia melakukan ini. Saat kemarin dia mengajak Xeira ke pantai dan mendengar penuturan wanitanya yang tak memojokan siapapun juga tangis yang terasa menusuk kalbu Jeffery merasa dia tak bisa diam saja, walau Xeira memintanya untuk melupakan apa yang terjadi, tapi dia tak bisa. Melihat Xeira menangis seperti itu dalam pelukannya seolah mimpi buruk yang menghantui Jeffery setiap malam.
"Boss biasa aja. Dia bahkan nitip salam buat Lo dan nyuruh gue buat nyampein ke Lo kalo dia pengen juga ketemu Xeira yang udah bikin Lo ngelakuin hal gak profesional kaya gini" Jeffery hanya mengangguk kecil, dengan gerakan perlahan menyesap kopi dalam gelasnya.
"Thanks! " Rubby mengangguk, mengiyakan saja.
_