Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18 Trik Tarik Ulur
Seorang pria bertopi kapten tiba-tiba datang saat Edgar dan Komang terlibat perseteruan dingin, pria itu bernama Ethan Alexander, ia berasal dari Inggris. Komang memilih menjauh dari obrolan Edgar dan Ethan, hanya beberapa langkah dari mereka untuk berdiri di balik terali.
Angin sepoi-sepoi meniup rambut dari wajah Komang saat ia menatap pemandangan mengesankan yang membelah halus kedalam laut tengah berwarna biru kehijauan. Hari ini memang indah, langit biru dan Matahari bersinar untuk mencurahkan kehangatan di kulit.
Meskipun Komang sangat jengkel pada Edgar, namun ia hanya bisa senang dengan menjalani hari seperti itu, menatap lautan luas dan selalu menatap matahari terbit dan terbenam yang seolah tertelan oleh lautan. Pasti itu sangat mengesankan.
"Selamat siang, Nyonya. Perkenalkan saya Charlotte, saya disini sebagai cabin crew, apakah anda ingin saya tunjukkan kamar anda?" ucap awak kabin dengan seragam putih itu, menawarkan mengantar Komang untuk pergi ke kabinnya.
"Baiklah." Jawab Komang dengan ramah. Komang pun memberikan sebuah kode akan segera pergi pada Edgar yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Edgar.
Komang meninggalkan Edgar yang masih bercakap-cakap dengan sang kapten, mengikuti awak kabin itu menaiki sebuah tangga melengkung terbuat dari kaca menakjubkan, dan Charlotte memberi tahunya bahwa tangga itu akan menyala serta berubah warna ketika sudah datang gelap.
Komang tak mengerti apa yang membuat seseorang menginginkan tangga yang bisa berubah warna. Komang dan Charlotte kini menaiki sebuah lift mewah menuju dek teratas yaitu suite VVIP.
"Ini adalah kabin anda Nyonya Komang." ujar Charlotte dengan sopan lalu mengambil sebuah kartu RFID(Radio frequency identification) untuk membuka pintu suite itu, dan Komang begitu takjub oleh kecanggihan Yacht yang dimiliki Edgar ini.
Saat pintu suite terbuka Komang semakin dibuat terkesan oleh kemewahan didalamnya, tempat tidur di kamar besar itu terletak diatas podium rendah dan juga terdapat kamar mandi pribadi menakjubkan dari pualam, kamar ganti, dan balkon pribadi yang sudah ber parabot. Awak kabin tiba dengan barang-barang Komang dan Charlotte dengan segera mengeluarkan isinya.
"Kapan tamu-tamu yang lain akan tiba?" tanya Komang.
"Sekitar satu jam lagi, Nyonya Komang." Charlotte memberi tahunya.
Dengan perasaan sangat lega karena ia ada waktu untuk membersihkan diri di kamar mandi pualam yang mewah itu. Komang membuka lemari pakaiannya, disana sudah ada beberapa baju kebaya, dress dan baju tidur. 'Edgar menyiapkan semua untukku' batin Komang.
Komang masih memilih-milih baju yang akan ia kenakan nanti untuk menyambut tamu, berbagai baju kebaya modern dan yang pasti berkualitas tergantung disana. Hingga tak sengaja Komang menemukan baju aneh, mirip dress mini tapi sangat terawang, ada bermacam warna.
"Astaga, ini adalah lingerie," pekik Komang dan dengan spontan melempar lingerie itu. "Dasar, dia pikir ini lelucon!" ucap Komang lagi dengan geram, ini pasti kerjaan Edgar, batinnya, sambil memungut kembali lingerie itu untuk disimpan kembali di dalam lemari, dan mengambil satu setel kebaya berwarna rose gold yang nampak manis itu.
Setelah itu Komang memutuskan untuk segera mandi agar tubuhnya bisa segar nantinya.
Komang membenamkan dirinya dalam bak mandi marmer yang luas, dipenuhi air hangat beraroma lavender, buih lembut membungkus tubuhnya, seakan-akan dia sedang melayang di awan cahaya remang-remang menerpa tubuhnya yang basah, menonjolkan lekuk tubuh yang sempurna. Komang benar-benar menikmati sensasi hangat air yang membelai kulitnya, menghilangkan segala penat.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Komang segera mengambil handuk, mengelap semua badannya agar kering lalu membungkus rambutnya, dan keluar dari kamar mandi itu dengan menggunakan jubah mandi.
Tapi Komang rasa ada yang aneh, rupanya Komang baru sadar jika ada pintu lagi selain pintu kamar mandi di dalam kamarnya itu, karena penasaran akhirnya Komang membuka pintu itu. Tapi...
"Aaa......!!!!" Seketika Komang berteriak kaget karena melihat sesuatu yang mengerikan bagi Komang.
Edgar baru saja selesai mandi, ia masih mengeringkan tubuhnya yang atletis dan tanpa sehelai benang pun dengan sebuah handuk. Edgar langsung terperanjat ketika mendengar teriakan Komang. Segera Edgar menutup separuh badannya dengan lilitan handuknya.
Rupanya pintu itu menuju ke sebuah suite lain yakni kamar tidur Edgar, Komang begitu kecewa karena kamar mereka ternyata ada penghubungnya. Saat Komang masih berteriak sambil menutup matanya, Edgar melangkah masuk ke kamar Komang.
"Apa yang kau lakukan, kenapa kau masuk ke kamar ku? Berhenti..!!!" pekik Komang, berteriak seperti anak bocah yang ketakutan.
"Kau yang membuka pintu ini, lalu kau mengintip ku." ujar Edgar dengan enteng.
"Siapa yang mengintip mu?! Kenapa harus ada pintu diantara kamar kita?"
"Kau mengharapkan aku menemboknya demi kepentinganmu?"
Komang mengertakkan giginya yang putih karena marah. "Tentu saja tidak, tapi sebagai informasi nanti.... aku akan selalu menguncinya."
Edgar menyeringai, "Aku punya kunci utama untuk setiap kompartemen di kapal, tapi kau tak perlu begitu protektif tentang privasimu, aku juga menginginkan privasiku sendiri." kata Edgar datar terkesan acuh.
Komang sedikit terkejut dengan tatapan Edgar yang terlihat acuh padanya, hingga membuat Komang bertanya-tanya apakah ada hal yang membuat Edgar tak senang atau dia ada salah pada tuannya itu.
Namun jika dipikir-pikir lagi ini lebih baik daripada harus selalu berdekatan dengan pria itu, jadi Komang tidak perlu khawatir lagi, mungkin Edgar sudah mulai bosan karena selalu mendapatkan penolakan dari Komang.
"Begitu? Baiklah, akhirnya.." gumam Komang dengan nada yang begitu lega.
"Dan satu hal lagi, aku tak akan pernah membuka pintu ini." ujar Edgar "Tapi kau yang akan membukanya nanti." Edgar berkata dengan tatapan yang sulit diartikan, membuat Komang bergidik ngeri.
"Aku pastikan aku tak akan pernah membuka pintu ini, kecuali kau yang tiba-tiba menyelinap masuk ke kamar ku, dan..." Komang terdiam sejenak. "Astaga, itu sangat mengerikan sekali, jika sampai kau macam-macam, oh.. Tidak!" Komang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Asal kau tahu, itu bukan gayaku, aku tak pernah memaksa wanita, itu menjijikkan."
"Oh, kau menyeret ku saat di kabin pesawat lalu memaksaku untuk mencium ku, apa itu tak lebih dari sekedar menjijikkan? Kau hanya pecundang." ujar Komang dengan lantang dan sangat puas.
Edgar terkejut mendengar kata-kata Komang, selama ini tak pernah ada wanita manapun yang berani mengatakan hal serendah itu kepadanya, "Apa kau bilang..." Edgar berjalan mendekati Komang, membuat Komang menjadi terkesiap.
"Kau pikir Aku tak tahu trik mu, kau menggunakan trik tarik ulur untuk membuatku frustasi mengahadapi wanita seperti mu." geram Edgar. "Kepolosanmu kau buat sebagai perangkap untukku, dan setelah aku terperangkap, maka kau akan puas dan kau akan menguasai diriku, sayangnya aku sudah tahu rencanamu."
"Apa yang kau katakan! Aku tak pernah menarik ulur dirimu, satu yang pasti kau adalah pria gila yang pernah kutemui." pekik Komang dan mendorong Edgar kembali ke kabinnya dan langsung menutup rapat-rapat pintu penghubung itu. Komang benar-benar muak melihat Edgar dengan segala kegilaan nya.
Bersambung......