Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
"Baik-baik disana Ra, hubungi aku sesering mungkin" Mahesa memeluk erat adik tirinya yang hendak terbang ke Jerman. Entah kenapa ada perih tersendiri dihatinya melihat adik yang sangat dia sayangi harus pergi jauh untuk kedua kalinya.
"Aku akan menelfon kalian setiap hari" Ira tersenyum kecut, mencoba sebisa mungkin untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.
Sungguh tak mudah baginya perpisahan ini, dia harus meninggalkan kakaknya, meninggalkan harapannya di sini. Dan harus kembali ke negara asalnya dengan embel-embel menuntut ilmu.
Padahal dia melakukan itu semata-mata hanya untuk melupakan Mahesa, mengubur dalam-dalam cinta yang sudah dia rawat sekian lamanya.
Siang itu Alea dan Mahesa mengantar Ira ke bandara. Berulang kali Ira menyeka air matanya demi perpisahan yang terasa begitu lama. Alea cukup berbesar hati membiarkan Ira yang sedari tadi menyender di pundak Mahesa sembari menangis sesengukan.
Alea sadar, pasti berat bagi mereka berpisah untuk kedua kalinya. Dia tersenyum getir ada jarak antara mereka bertiga, Mahesa dan Mahira lebih mirip dua sejoli sehidup semati. Sedang Alea hanya orang asing yang dipaksa datang ditengah-tengah mereka.
Ada perih tersendiri di dalam dadanya melihat suaminya dan adik iparnya duduk berdampingan seperti itu. Tentu saja cemburunya bukanlah tanpa dasar, dia hanya takut akan perasaan yang dimiliki adik iparnya pada suaminya itu.
Raut wajah Mahesa mendadak murung setelah melihat pesawat yang di naiki Ira terbang meninggalkan bandara. Alea yang sedari tadi memperhatikan perubahan wajah suaminya itu berusaha menenangkannya dengan cara menggenggam tangan Mahesa.
"Dia akan baik-baik saja mas" Alea tersenyum sembari menatap mata sayu suaminya. Mahesa tidak menjawab, dia hanya mengangguk perlahan sembari menggandeng tangan Alea untuk kemudian pergi meninggalkan ruang tunggu bandara.
...****************...
"Lea, mas sudah mengambil keputusan" Alea sedikit terhenyak, dia masih bertanya-tanya akankah Mahesa mau mengabulkan keinginannya.
"Kamu boleh melanjutkan sekolahmu dulu, tapi berjanjilah setelah lulus kita harus segera memiliki momongan, ya" Mahesa tersenyum sembari membelai rambut Alea.
"Benarkah? Terimakasih mas" Spontan Alea memeluk mesra pinggang suaminya karena kegirangan, sungguh tidak pernah dia sangka-sangka jika akhirnya dia benar-benar bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang perkuliahan. Impian yang telah lama dia kubur ternyata masih bisa dia wujudkan.
"Besok ku kenalkan pada kolegaku, dia punya kenalan orang dalam di kampus pilihanmu itu"
Alea mengangguk bersemangat, senyumnya lebar sekali memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.
Ah, dasar bocil. Pikir Mahesa. Ya, beberapa waktu yang lalu dia sempat lupa jika wanita yang sudah resmi jadi istrinya itu masih sangat bocah. Baik umur maupun tingkah lakunya. Namun hal itulah yang membuat Mahesa kian terhibur.
...****************...
Sekarang hari-hari Alea disibukkan oleh urusan kuliahnya, dia merasa sangat bersyukur bisa mengenal banyak teman baru disana.
"Lea"
Deg!!
Seketika Alea diam terpaku demi melihat sesosok lelaki jangkung yang tengah berdiri dihadapannya. Lelaki yang sangat dia rindukan, lelaki yang dulu dia tinggal begitu saja dan menikah dengan Mahesa.
"Dimas"
Alea mulai menghampiri, tak pernah disangkanya jika dia akan bertemu mantan kekasihnya itu di kampus ini.
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku... Baik Dim, kabarmu bagaimana?"
"Sangat tidak baik, sampai saat ini"
Tenggorokan Alea tercekat seketika, dia sangat mengerti apa yang dimaksud Dimas. Namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Kini Alea sudah menjadi istri orang, dan Dimas mau tak mau harus melanjutkan hidupnya tanpa Alea.
"Syukurlah jika kau bahagia" Dimas tersenyum getir setelah mendengar cerita Alea tentang rumah tangga yang sedang dia jalani. Dimas sama sekali tidak menyesal telah mengenal Alea, meski akhirnya dialah yang harus tersakiti.
"Kau bagaimana? Katamu dulu kamu tidak jadi kuliah dan memilih bekerja"
Dimas tertunduk, sebenarnya dia sudah tidak berselera untuk bercerita, tapi dia tidak tega melihat raut wajah kecewa terpampang di wajah wanita yang masih dia cintai itu.
"Aku bekerja, sambil kuliah. Pekerjaanku lumayan bisa menyesuaikan waktu dan kuhitung-hitung gajinya juga cukup untuk kuliah dan makanku sehari-hari"
"Oh..."
Mereka terdiam, terjebak dalam pikirannya masing-masing. Dihati Dimas, dia masih memiliki rasa yang besar untuk Alea. Antara kecewa karena telah ditinggalkan begitu saja dan cinta karena hubungan yang telah mereka bangun dari awal tidaklah sebentar.
Bagi Dimas, Alea adalah satu-satunya perempuan yang menggenggam erat perasaannya hingga saat ini.
Berbeda dengan Dimas, dihati Alea lebih campur aduk rasanya. Dia sudah mulai luluh dan mulai mencintai suaminya, namun disisi lain pertemuan tak sengaja yang terjadi antara dirinya dan Dimas membuatnya mengingat memori yang pernah mereka lalui bersama.
5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menjalin sebuah hubungan. Mereka sudah bersama sejak duduk dibangku SMP, keluarga mereka juga sudah saling mengenal satu sama lain. Seakan semuanya berjalan mulus.
Namun siapa sangka jika kini hubungan mereka terpaksa kandas begitu saja. Dimas harus merelakan Alea dilamar dan dinikahi oleh pemuda mapan seperti Mahesa. Sedangkan dia, apa yang dia punya selain cinta yang besar untuk Alea. Jangankan harta benda, bahkan orangtua pun dia tidak punya. Dia hanyalah yatim piatu yang menumpang hidup dirumah pamannya.
Kini dia hanya berkerja sebagai editor freelance, yang harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Penghasilannya pas-pasan. Cukup untuk makan dan biaya kuliah saja. lalu bagaimana mungkin dia ngempani anak orang.
Percakapan mereka hanya sebatas basa basi canggung, Alea tidak berani mengulik terlalu dalam cerita hidup Dimas setelah dia tinggalkan, dia tidak ingin menabur garam diatas luka yang ada dihati sang mantan. Cukup pertemuan ini menjadi penawar atas rasa rindu yang ada di hati mereka.
Alea pulang dengan wajah sendu, banyak sekali pikiran-pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya. Rasa bersalahnya pada Dimas semakin menjadi-jadi setelah pertemuannya hari ini.
Dikamar yang besar lagi megah, Alea menenggelamkan wajahnya dalam-dalam pada bantal. Berharap jika pertemuannya dan Dimas hanyalah sebuah mimpi belaka dan dia terbangun disamping suaminya yang tengah tertidur lelap.
Namun sayangnya memang inilah yang terjadi, Alea tak mampu menyangkal rasa cinta yang lama dia pendam mulai muncul dengan sendirinya. Membawa lembaran-lembaran kisah indah dari masa lampau.
'Ah, ada apa denganku. Aku sudah bersuami tidak pantas bagiku mencintai pria lain selain suamiku' Alea menjerit dalam bathin nya. Air mata menetes dengan deras dari kedua sudut netranya.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/