Hanzel Faihan Awal tak menyangka jika pesona janda cantik penjual kue keliling membuat dia jatuh hati, dia bahkan rela berpura-pura menjadi pria miskin agar bisa menikahi wanita itu.
"Menikahlah denganku, Mbak. Aku jamin akan berusaha untuk membahagiakan kamu," ujar Han.
"Memangnya kamu mampu membiayai aku dan juga anakku? Kamu hanya seorang pengantar kue loh!" ujar Sahira.
"Insya Allah mampu, kan' ada Allah yang ngasih rezeky."
Akankah Han diterima oleh Sahira?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih bintang lima sama koment yang membangun kalau suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BTMJ2 Bab 18
Lagi-lagi Hanzel melakukannya dengan tidak sabar, pria itu mencumbu istrinya dengan menggebu. Bahkan, setelah olah raga enak yang mereka lakukan selesai, Hanzel kembali memintanya setelah beristirahat sejenak.
Sebenarnya Sahira ingin sekali menolak keinginan suaminya yang tidak ada habisnya itu, tetapi apa yang dilakukan oleh Hanzel selalu membuat dia tak berkutik dan Sahira sangat suka.
Walaupun ujung-ujungnya saat ini inti tubuhnya kesakitan, bahkan dia merasa kalau lututnya kopong dan ketika berjalan dia kesulitan.
Hari ini dia bahkan tak bisa mengantarkan Cia sekolah, dia hanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur saja.
"Yang, aku udah mau berangkat kerja loh. Gak mau bangun," ujar Hanzel yang sudah rapi dengan setelan kerjanya.
Saat ini Sahira sedang tiduran dengan posisi miring, hal itu membuat Sahira tidak bisa melihat wajah suaminya karena Sahira membelakangi suaminya itu.
Dia masih kesal terhadap Hanzel, rasanya dia tak ingin berbicara terlebih dahulu dengan pria itu. Takutnya nanti Hanzel malah akan menggodanya lagi.
"Nggak," jawab Sahira.
"Bangun dong, Yang. Kamu bahkan belum sarapan," ujar Hanzel.
"Belum laper," jawab Sahira.
Hanzel menghela napas berat, dia tahu kalau istrinya masih marah kepada dirinya. Dia tahu dia salah, dia terlalu tidak bisa menahan diri. Hanzel lalu merebahkan tubuhnya di samping istrinya, dia memeluk istrinya dengan penuh kasih.
"Maaf, lain kali aku akan berusaha untuk mengontrol diri." Hanzel mengecupi puncak kepala istrinya.
"Hem, lebih baik kamu cepat kerja aja. Aku mau tidur," ujar Sahira yang masih tetap saja kesal terhadap Hanzel.
"Iya, nanti kalau laper minta aja sama bibi. Aku berangkat kerja," ujar Hanzel.
Sahira tetap saja merebahkan tubuhnya, dia seperti tidak berniat untuk mengantarkan suaminya berangkat bekerja. Walaupun hanya sampai pintu gerbang saja.
Hanzel sebenarnya kecewa dengan sikap dari istrinya, tetapi dia juga harus paham karena apa yang terjadi adalah kesalahan darinya.
Saat tiba di resto, Anggun terlihat sekali begitu agresif mendekati Hanzel. Dia juga terlihat begitu senang karena hari ini Sahira tidak ikut datang.
Anggun merasa jika hari ini dia akan bebas menggoda pria itu, dia akan bebas untuk mencoba menjadikan dirinya sebagai kekasih dari pria itu.
Walaupun hanya dijadikan sebagai kekasih simpanan, atau bahkan sebagai istri simpanan, Anggun sangat mau.
"Gue udah lama suka sama dia, gak boleh sampai lolos. Dia harus jadi milik gue, setidaknya hidup gue terjamin walaupun hanya sekedar wanita yang tidak dianggap tapi dibutuhkan."
Anggun dulunya merupakan anak orang kaya, tetapi perusahaan ayahnya bangkrut dan dia harus bekerja keras untuk membiayai kehidupannya.
"Ehm! Han, ada orang besar yang lagi nyari partner kerja. Elu kira-kira mau gak jadi partner kerjanya?"
Hanzel saat ini sedang memeriksa laporan keuangan, pria itu terlihat begitu serius sekali. Namun, mendengar apa yang dikatakan oleh Anggun, pria itu langsung menghentikan aktivitasnya.
"Siapa?"
"Pengusaha besar asal Itali, dia mau bikin usaha di tanah air. Pengen nyari partner kerja gitu, kira-kira elu bisa gak?"
Walaupun Anggun itu terkadang terlihat begitu menyebalkan, tetapi jika wanita itu datang untuk membawa keuntungan dalam usaha, Hanzel merasa tidak masalah.
"Kalau gitu kenalkan gue sama dia," ujar Hanzel.
"Boleh, tapi dia bisanya sore. Belum lama dia mendarat, dia masih ingin beristirahat."
"Ya, atur saja," ujar Hanzel.
Hanzel sebenarnya kurang suka terhadap Anggun, karena terlihat sekali wanita itu begitu bersikeras mendekati dirinya.
Namun, jika mengingat wanita itu merupakan wanita pekerja keras, wanita yang tadinya hidup enak tiba-tiba jatuh sampai ke dasar, rasanya Hanzel merasa begitu kasihan.
"Oke," ujar Anggun dengan senang.
Sore harinya keduanya nampak pergi ke hotel tempat di mana pria asal Italia itu menginap, karena mereka berdua sepakat janjimu dengan pria itu di sebuah Kafe yang ada di hotel tersebut.
"Selamat sore, Tuan Alano."
Hanzel dan juga Anggun sudah tiba di Kafe, Anggun yang mengenal Siapa yang ingin mencari orang untuk kerjasama tentunya langsung menyapa terlebih dahulu.
"Selamat sore juga, Nona. Mana pria yang bisa membantuku untuk mengembangkan usaha di sini?"
"Ini, Tuan. Teman saya, namanya Hanzel."
Hanzel dan juga Alano langsung berjabat tangan, mereka saling berkenalan dan langsung mengobrol. Keduanya ternyata memiliki niat yang sama dalam menjalankan usaha kuliner.
Alano ingin membuat Resto ala Italia, tentunya dengan menu-menu Italia dan ada beberapa menu Italia yang digabung dengan makanan khas tanah air.
"Oke, saya setuju. Anda sungguh pria muda yang luar biasa," ujar Alano.
"Saya juga sangat setuju dengan ide-ide yang dicetuskan oleh anda," timpal Hanzel.
Keduanya akhirnya sepakat kerjasama, lalu keduanya nampak keluar dari dalam hotel tersebut. Anggun tentunya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, mau cepat wanita itu berkata.
"Traktir gue makan dong, kan' elu udah dapet project karena gue juga."
"Oke," jawab Hanzel setuju.
Hanzel awalnya ingin mengajak Anggun untuk makan di resto miliknya saja, tetapi wanita itu malah mengajak Hanzel untuk makan di sebuah Kafe yang tak jauh letaknya dari hotel.
Kafe itu bernuansa romantis, cocok sekali untuk anak muda yang sedang kasmaran. Anggun bahkan beberapa kali memotret kebersamaannya dengan Hanzel.
Tentunya hal itu terjadi tanpa sepengetahuan Hanzel, karena Anggun sangat tahu kalau pria itu pasti tidak akan mengizinkan dirinya untuk mengabadikan momen kebersamaan mereka.
"Aduh! Minumannya tumpah," ujar Anggun ya memang sengaja menumpahkan minuman yang dia pesan hingga mengenai dadanya.
Sontak saja hal itu membuat baju Anggun basah, area bagian dada wanita itu nampak terlihat. Walaupun memang memakai dalaman, tetapi warna dalaman yang Anggun pakai sampai terlihat.
"Ceroboh!" ujar Hanzel yang langsung melepas jas yang dia pakai dan memakaikannya kepada Anggun.
Hal itu tentunya tidak luput dari bidikan Anggun, dia memotret apa yang dilakukan oleh Hanzel sampai keduanya terlihat begitu intim sekali.
'Saatnya bikin wanita kurang ajar itu panas, kamu berani-beraninya malah buat Hanzel dari gue."
Anggun dengan cepat mengirimkan foto-foto kebersamaan dirinya dengan Hanzel kepada Sahira, foto yang terakhir bahkan terlihat begitu mesra.
"Ini pesan dari siapa ya?" tanya Sahira kalau dia mendapatkan notifikasi pesan dari orang yang tidak dikenal.
Dia membuka pesan chat itu, matanya langsung membulat dengan sempurna ketika melihat kedekatan Hanzel bersama dengan Anggun.
"Apa hubungan mereka? Kenapa terlihat begitu dekat?"