NovelToon NovelToon
Pangeran Tampan Itu Dari Dunia Lain

Pangeran Tampan Itu Dari Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:772
Nilai: 5
Nama Author: Worldnamic

Ayla tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah karena sebuah kalung tua yang dilihatnya di etalase toko barang antik di ujung kota. Kalung itu berpendar samar, seolah memancarkan sinar dari dalam. Mata Ayla tertarik pada kilauannya, dan tanpa sadar ia merapatkan tubuhnya ke kaca etalase, tangannya terulur dengan jari-jari menyentuh permukaan kaca yang dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Worldnamic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Bayang-Bayang yang Terus Mengintai

Pagi di Eradel datang lebih cepat dari yang Ayla duga. Seakan dunia ini tidak memberi ruang untuk beristirahat sejenak. Setelah malam yang penuh perasaan, pagi ini membawa kembali tanggung jawab yang lebih besar. Noir, ancaman yang sudah lama mengintai, semakin dekat. Semakin jelas bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi, bahkan dalam kenyamanan istana yang seharusnya menjadi perlindungan.

Ayla duduk di balkon kamar istana, menatap matahari yang baru saja muncul di balik puncak-puncak hutan. Ia merasakan ketenangan di pagi yang damai ini, meskipun bayang-bayang kegelapan terus melayang di benaknya. Sudah lama sejak pertama kali ia belajar tentang kekuatannya, dan kini, ia merasa bahwa ia harus benar-benar menguasainya, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk melindungi semua yang ia cintai.

Kael datang mendekat, senyum hangatnya menghiasi wajahnya saat melihat Ayla yang terdiam. “Pagi, Ayla,” ujarnya dengan lembut, meskipun ia bisa merasakan ketegangan di dalam diri Ayla. “Kau tampak merenung. Ada yang mengganggumu?”

Ayla menoleh, bertemu pandang dengan Kael. Ada ketenangan di matanya, tetapi Ayla bisa merasakan rasa khawatir yang menyelubungi keduanya. “Aku hanya berpikir tentang masa depan kita,” jawab Ayla dengan pelan. “Tentang Noir... dan apa yang akan terjadi jika kita gagal.”

Kael duduk di sampingnya, menarik nafas dalam sebelum ia berbicara. “Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan datang, Ayla. Tapi aku tahu satu hal—kita tidak akan gagal. Kita tidak akan membiarkan Noir menang. Kita sudah berjuang terlalu jauh untuk mundur sekarang.”

Ayla menatap Kael, melihat ketulusan di matanya. Ada begitu banyak yang Kael lakukan untuknya, dan meskipun ia merasa ragu, hatinya tahu bahwa Kael adalah tempat di mana ia merasa aman. Dengan Kael di sisinya, ia merasa lebih kuat, lebih siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.

Namun, di hati yang lebih dalam, ada suara yang selalu mengganggu—suara Arlen, yang menawarkan jalan lain. Arlen dengan matanya yang perak, dengan kehadirannya yang begitu kuat. Suaranya yang penuh dengan keyakinan selalu terngiang di benaknya, membuat Ayla merasa bimbang antara apa yang dia rasa untuk Kael dan apa yang bisa terjadi jika ia memilih untuk mengikuti Arlen.

Namun, saat ini, yang paling penting adalah fokus pada misi mereka. Noir. Ancaman yang lebih besar dari sekadar perasaan pribadi. Ayla harus mengesampingkan kebimbangannya dan berpikir lebih besar.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Arlen muncul di depan pintu balkon, dengan wajah serius dan mata peraknya yang berkilau tajam. “Ayla,” panggilnya dengan suara rendah, “kami perlu berbicara.”

Ayla merasa sedikit terkejut, tetapi ia mengangguk dan mengundang Arlen untuk duduk bersama mereka. “Ada apa, Arlen?” tanya Ayla, meskipun ia sudah bisa menebak bahwa kabar buruk pasti akan datang.

Arlen menatap keduanya, kemudian berbicara dengan nada yang tegas. “Noir sudah berada di luar gerbang Eradel. Tidak ada waktu lagi. Dia datang dengan pasukan gelap yang lebih besar dari yang kita kira.”

Kael langsung berdiri, wajahnya berubah serius. “Kapan tepatnya dia akan menyerang?”

“Dia sudah mengirimkan utusan,” jawab Arlen. “Serangan besar akan dimulai dalam dua hari. Kita harus bersiap.”

Ayla merasakan darahnya berdesir mendengar kabar itu. Dua hari. Hanya dua hari untuk mempersiapkan diri. Ia tahu bahwa ini adalah pertarungan yang jauh lebih besar dari apapun yang pernah ia bayangkan.

“Ayla,” Kael menatapnya dengan penuh tekad. “Kita akan siap. Tidak peduli apa yang harus kita lakukan, kita akan bertarung bersama.”

Ayla mengangguk, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu saat ini adalah saatnya untuk benar-benar memanfaatkan kekuatannya. Namun, dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang harus ia selesaikan—perasaannya terhadap Kael dan Arlen, dan bagaimana semuanya ini akan berakhir.

Arlen berdiri dan menatap mereka berdua. “Kami tidak bisa berlama-lama. Keputusan harus segera diambil. Kita harus melangkah, dan melangkah bersama.”

Ayla menatap ke luar jendela, melihat kabut yang mulai menyelimuti hutan. Dalam hatinya, ia merasa berat, tetapi juga lebih siap daripada sebelumnya. Perang ini akan menentukan segalanya—tidak hanya untuk dunia mereka, tetapi juga untuk cinta yang sedang tumbuh di antara mereka.

Kedua pria itu di sisinya, masing-masing dengan harapan dan janji mereka sendiri. Ayla tahu, apa pun yang terjadi, ia tidak akan pernah berjuang sendirian.

Namun, satu hal yang ia ketahui dengan pasti: ancaman Noir yang terus mengintai kini akan segera datang, dan ia harus siap menghadapi pertempuran yang lebih besar dari apapun yang ia bayangkan.

Ayla berdiri dengan langkah mantap setelah mendengar peringatan dari Arlen. Suara langkah kaki Kael yang semakin dekat di belakangnya memberi kekuatan, tetapi di dalam hatinya, ada pergolakan yang sulit dihentikan. Dua hari. Hanya dua hari untuk mempersiapkan semuanya—untuk menghadapi Noir dan pasukan kegelapannya yang mengancam Eradel.

“Ayla,” Kael memanggilnya dengan lembut. Ia berdiri di sampingnya, meletakkan tangan di bahunya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita akan melalui ini. Bersama.”

Ayla menatap Kael, merasa kehangatan dari sentuhan tangannya yang mengingatkannya pada semua yang telah mereka lalui bersama. Setiap detik yang mereka habiskan bersama menguatkan ikatan mereka, meskipun ancaman yang datang semakin nyata. Namun, di hati Ayla, ada keraguan yang belum bisa ia ungkapkan.

Arlen, yang masih berdiri dengan sikap tegap di sisi balkon, melihat perubahan kecil dalam ekspresi Ayla. “Kami semua tahu apa yang sedang kamu rasakan,” ujarnya dengan suara dalam. “Tetapi kita tidak bisa membiarkan perasaan kita menguasai saat seperti ini. Noir tidak akan memberi kita kesempatan untuk melarikan diri.”

Ayla mengangguk, mencoba menepis keraguan itu. Noir adalah ancaman nyata, lebih besar dari sekadar pertarungan fisik. Ia mengancam keseimbangan dunia mereka, dan untuk itu, ia harus siap. Namun, perasaan terhadap Kael dan Arlen yang semakin mendalam tak bisa disembunyikan begitu saja. Setiap perasaan yang tumbuh di antara mereka berdua menambah beban yang ia rasakan.

“Apakah kamu siap?” tanya Arlen tiba-tiba, menatap Ayla dengan serius.

Pertanyaan itu menggema dalam hati Ayla. Apakah ia benar-benar siap? Siap untuk melawan kekuatan kegelapan yang begitu besar? Siap untuk menghadapi kebenaran tentang dirinya sendiri? Mungkinkah ia harus memilih antara dua orang yang telah memberi banyak arti dalam hidupnya? Hati Ayla bergejolak, tetapi ia tahu satu hal: ia tidak bisa mundur.

“Aku siap,” jawabnya dengan keyakinan, meskipun ada rasa ragu yang mengalir di dalam dirinya.

Kael tersenyum dengan lembut, mencengkeram tangan Ayla dengan penuh kasih. “Aku tahu kita bisa melakukannya. Bersama.”

Arlen memandang mereka berdua, sejenak diam sebelum berbicara. “Ada satu hal lagi yang perlu kita persiapkan. Noir tidak akan datang sendirian. Ia memiliki sekutu—makhluk dari dunia lain yang jauh lebih kuat dari apa yang kita hadapi sebelumnya. Mereka akan menjadi ujian terakhir kita.”

Ayla merasa ketegangan itu semakin meningkat. Makhluk dari dunia lain? Ini jauh lebih mengerikan daripada yang ia bayangkan. Namun, ia juga tahu bahwa jika mereka ingin melindungi Eradel dan dunia mereka, mereka tidak bisa menghindari pertarungan ini.

Kael melihat ke arah Arlen, matanya penuh tekad. “Kami sudah siap untuk itu. Kami akan melawan, apa pun yang terjadi.”

Arlen mengangguk dan memberi isyarat untuk mengikuti. “Waktu kita terbatas. Ayo persiapkan diri kita. Ini adalah saatnya untuk bertindak.”

Mereka bertiga berjalan keluar dari balkon, menuju ruang latihan di istana, tempat mereka akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi malam yang akan datang. Dalam setiap langkah mereka, Ayla merasakan semakin jelas beban yang ada di pundaknya—bukan hanya untuk dunia, tetapi juga untuk hubungan yang tumbuh di antara mereka berdua.

Di ruang pelatihan, suasana penuh dengan fokus dan tekad. Kael segera memulai latihan fisik dengan Ayla, sementara Arlen memberikan petunjuk mengenai taktik dan kekuatan magis yang perlu mereka kuasai. Ayla merasakan tubuhnya bekerja lebih keras dari sebelumnya. Setiap latihan, setiap gerakan, membawa ingatannya kembali pada tugas besar yang menantinya.

Namun, meskipun seluruh dunia seolah menunggu untuk dihancurkan, di tengah semua persiapan itu, ada momen-momen kecil yang membalut Ayla dengan kehangatan. Senyuman Kael yang tak pernah lepas, sentuhan lembut dari Arlen saat mereka memberi arahan, dan percakapan ringan yang mereka lakukan di sela-sela latihan—semuanya itu memberi Ayla kekuatan lebih daripada yang bisa ia katakan.

Dan meskipun pertarungan besar menanti, Ayla tahu bahwa cinta—cinta yang ada di antara mereka—akan memberi kekuatan yang tak terduga. Perasaan yang mereka miliki satu sama lain mungkin adalah satu-satunya hal yang dapat menghadapi kegelapan yang datang.

Ayla berhenti sejenak di tengah latihan, melihat kedua pria itu dengan penuh perasaan. Arlen, dengan mata peraknya yang penuh misteri, dan Kael, dengan matanya yang penuh kasih dan janji. Satu perasaan pasti di hatinya: ia tidak akan berjuang sendirian.

Bersama, mereka akan melawan apapun yang datang. Bersama, mereka akan menghadapi dunia yang penuh bahaya ini. Dan bersama, mereka akan mencari cara untuk mengalahkan Noir—dan menemukan tempat mereka di dunia ini, meskipun gelapnya kegelapan terus mengintai.

1
Faaabb
Update dong thor, jangan bikin kita mati gaya.
Worldnamic: di tunggu ya, mikirin idenya lama
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!