Cinta tidak perna tahu pada siapa dia akan berlabuh ,begitu juga yang di rasakan Aisyah dia tidak perna mengira akan mencintai sahabat nya kebersamaan mereka sejak kecil membuat keduanya selalu bersama hingga akhirnya perasaan itu timbul .
Hingga akhirnya malam panas itu membuat jarak keduanya sedikit berjarak terlebih pria yang di cintai nya akan bertunangan dengan sang kekasih .
Aisyah tidak memiliki pilihan lain selain pergi menjauh meninggalkan orang yang di cintai nya ,tanpa dia ketahui jika saat ini dia sedang hamil .
5 tahun kemudian Aisyah kembali bersama buah hatinya ,perasaan takut dan gugup itu pasti ada ,lalu bagaimana jika dia bertemu kembali dengan sahabat nya ? apa kah sahabat nya akan mengenali sang anak ? atau justru sebaliknya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yhani_HT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi
Keadaan Aisyah setelah kembali dari rumah sakit sama sekali tidak ada perubahan seperti nya memang dia harus bersahabat dengan jarum infus mulai sekarang terlebih tidak ada makanan yang masuk kalaupun ada yang masuk hanya hitungan detik akan kembali di ke luar kan.
" Sudah baikan ? " Felix selalu berada di samping sang istri menggegam tangannya dengan erat seolah memberikan kekuatan untuk nya " Sudah mas " Jawab Aisyah lirih .
" Makan dulu " Aisyah mengaguk pelan , sekalipun nanti akan kembali di keluarkan " Roti sama telur saja " Felix langsung menetap pelayan yang sejak tadi berada di dekat nya .
Seolah paham dengan tatapan Felix pelayan langsung meninggalkan kamar itu .
Tidak berselang lama Bunda Eca masuk bersama suaminya dengan membawa secangkir minuman hangat .
" Minum dulu sayang " Bunda Eca membantu Aisyah hati² " Pelan² Nak " Ujarnya sambil menatap gelas yang mulai berkurang isinya .
" Sudah Bun " Aisyah mendorong pelan gelas itu lalu kembali bersandar di dada Felix " Mual lagi " Tanya Bunda Eca saat melihat menantunya memejamkan matanya .
" Dikit Bun " jawabnya menahan sesuatu yang ingin ke luar, Ayah Nizam langsung mengambil ember yang ada di dekat nya lalu mendekatkan ke arah Aisyah " Keluarkan saja Nak " Detik kemudian Aisyah kembali mengeluarkan isi mulut nya .
Aisyah sudah tidak tahu lagi harus bagaimana mulutnya sudah terasa pahit bahkan hanya untuk menelan ludahnya saja rasanya dia tidak sanggup .
" It's ok sayang" Felix merapikan rambut istri nya dengan lembut sedangkan Bunda Eca membersihkan mulut Aisyah dengan tisu basah .
" Bersihkan" Titah Ayah Nizam memberikan ember pada pelayan .
" Mama " Penghuni kamar itu langsung menatap ke arah pintu di mana Ana sudah rapi ,tapi menyadari sesuatu yang tidak beres membuat gadis kecil itu sedikit berlari ke arah tempat tidur .
" Mama sakit lagi ya Pa " Felix hanya menjawab nya dengan senyuman lalu memukul tempat kosong di samping nya " Sini princess " Ana langsung naik ke atas tempat tidur di bantu Ayah Nizam .
" Makasih Kakek " Ujar Ana tersenyum ke arah kakek nya " Iya Cucu kakek yang cantik " Balasnya mengelus kepala Ana dengan pelan .
Felix membenarkan posisi duduknya agar Aisyah bisa lebih nyaman .
" Mau tidur lagi ? " Tanya Felix pelan namun Aisyah hanya diam saja dengan mata terpejam.
" Biarkan saja Nak " Ujar Bunda Eca .
Beberapa menit berlalu setelah memastikan Aisyah sudah sedikit membaik Felix merebahkan tubuh istri nya di atas tempat tidur dengan pelan agar tidak membangunkan nya .
" Mau mandi ? " Tanya Bunda Eca .
" Iya Ma ,aku harus ke kantor " Jawabnya cepat.
" Mandi saja di kamar sebelah " Titah ayah Nizam yang di bawah anggukan kecil dari Felix .
" Ana ikut Kakek Ayo " Ana menatap ayah Nizam lalu mengulurkan tangannya minta di gendong " Sudah mau jadi kakak masih saja manja " Ana hanya cengengesan mendengar ucapan ayah Nizam .
" Aku tinggal sebentar ya Bun " Izinnya ke luar dari kamar Felix .
💐
💐
💐
Mendengar Aisyah kembali drop akhirnya Papi Harits dan Mami Arum langsung ke rumah Felix ,kini mereka sedang menemani Aisyah yang belum juga membuka matanya .
" Apa perlu kita bangun kan saja , soalnya dia belum makan " Ucap Bunda Eca khawatir.
" Biarkan saja ,nanti dia akan bangun sendiri " Jawab Papi Harits tanpa mengalihkan pandangan pada sang putri.
" Kasian Mas " Ujar Bunda Eca .
" Tidak papa ,dulu Maminya juga saat hamil kan dia begitu juga " Jawab Papi Harits tenang .
" Apa dulu saat dia hamilkan Ana seperti ini juga "Ujar Mami Arum tiba² membuat suasana di kamar itu mendadak hening .
" Maafkan kami karena ...."
" Tidak perlu mengungkit hal yang sudah berlalu " Potong Papi Harits,tidak bermaksud tidak sopan pada besan sekaligus sahabat nya hanya saja mengikut hal yang sudah berlalu tidak akan merubah apa pun itu selain hanya mengambil pelajaran dari hal yang sudah di lewati itu " Apa pun itu kami meminta maaf atas nama Felix " Ayah Nizam tetap melanjutkan ucapannya.
" Gimana terapi nya ? " Ujar bunda Eca mengalihkan pembicaraan.
" Alhamdulillah sudah bisa sedikit² sekalipun tetap memakai bantuan tongkat " Ujar Mami Arum tersenyum.
" Tidak apa itu sesuatu hal yang sangat luar biasa ,aku berdoa semoga Mba bisa kembali seperti dulu dan kita bisa menghabiskan waktu bermain bersama Ana dan calon cucu kita nantinya " Mami Arum mengaminkan ucapan besannya itu .
" Ah iya sejak tadi aku tidak melihat Ana " Tanya Papi Harits menatap sekeliling kamar .
" Felix membawanya ke perusahaan soalnya takut ganggu Mama nya " Jawab Bunda Eca .
" Eugh " Peserta di ruangan itu langsung menatap lekat wajah Aisyah .
" Sayang " Panggil Mami Arum lembut .
" Mami " Gumam Aisyah terpejam.
" Iya sayang ini mami " Perlahan mata Aisyah terbuka " Koh mami bisa di sini ? " Tanya Aisyah tersenyum menatap kedua orang tua nya .
" Papi sama Mami khawatir tadi ayahmu menelpon Papi kalau kamu kembali drop lagi " Aisyah tertawa kecil mendengar ucapan Mami Arum.
" Aisyah baik² saja Mi " Jawab nya pelan .
" Baik bagaimana kalau harus seperti ini " Cibir Mami Arum menatap selang infus yang terhubung di punggung tangan Aisyah .
" Bunda ,mau makan " Cicit Aisyah pelan,dengan cekatan Bunda Eca mengambil roti dan telur pesanan Aisyah tadi " Yang baru saja ya Nak , soalnya sudah dingin " Aisyah menggelengkan kepalanya" Aisya sudah lapar Bun " Rengek Aisyah.
" Berikan saja Bun " Ujar ayah Nizam di anggukan kepala oleh Papi Harits " Mumpung dia yang minta" Lanjut nya .
Papi Harits membantu Aisyah bangun bersandar di kepala ranjang lalu mengambil minuman yang ada di atas meja di samping nya.
" Makasih Papi " Papi Harits mengaguk tersenyum .
" Ana lagi main ya ? " Tanya Aisyah saat tidak melihat keberadaan putri nya .
" Felix membawa nya ke perusahaan takut nanti dia mengganggumu " Jawab ayah Nizam .
" Pasti Ana kesepian " Ujar Aisyah sendu.
" Tidak Nak ,Ana anak yang pintar dia cukup tahu dengan keadaan kamu saat ini tidak perlu khawatir " Bela Mami Arum lembut .
" Tidak usah memikirkan sesuatu yang belum pasti , kalaupun Ana kesepian kami akan menemani nya bermain " Jawab Papi Harits.
" Maaf Aisyah sudah merepotkan Papi ,Mami,Bunda dan ayah " Ujar Aisyah tak enak hati sambil menatap kedua orangtuanya dan juga mertua nya .
" Kami tidak merasa di repotkan " Jawab Ayah Nizam jujur .
" Mami tidak terapi ? " Tanya Aisyah menatap Mami Arum .
" Mami masih cape , besok saja lagi " Jawab Mami Arum berbohong.
" Jangan terlalu di paksa kan Mi , Aisyah tidak mau Mami kenapa² " Jawab Aisyah jujur .
" Mami akan baik² saja tidak usah khawatir fokus saja sama kehamilan mu ya " Aisyah mengaguk pelan .
Tidak terasa sarapan Aisyah habis tanpa sisa mungkin karena sambil di ajak mengobrol hingga membuat wanita hamil itu sedikit lebih tenang, seperti nya seterusnya dia akan seperti ini agar perut nya terisi dengan makanan yang sehat bukan cairan infus .
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...