Virginia Fernandes mencintai Armando Mendoza dengan begitu tulus. Akan tetapi kesalah pahaman yang diciptakan Veronica, adik tirinya membuatnya justru dibenci oleh Armando.
Lima tahun pernikahan, Virginia selalu berusaha menjadi istri yang baik. Namum, semua tak terlihat oleh Armando. Armando selalu bersikap dingin dan memperlakukannya dengan buruk.
Satu insiden terjadi di hari ulang tahun pernikahan mereka yang kelima. Bukannya membawa Virginia ke rumah sakit, Armando justru membawa Vero yang pura-pura sakit.
Terlambat ditangani, Virginia kehilangan bayi yang tengah dikandungnya. Namun, Armando tetap tak peduli.
Cukup sudah. Kesabaran Virginia sudah berada di ambang batasnya. Ia memilih pergi, tak lagi ingin mengejar cinta Armando.
Armando baru merasa kehilangan setelah Virginia tak lagi berada di sisinya. Pria itu melakukan berbagai upaya agar Virginia kembali.
Apakah itu mungkin?
Apakah Virginia akan kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Alessandro telah kembali berada di kediamannya yang mewah. Berjalan dengan raut datar menuju sebuah kamar.
“Selamat datang, Tuan.” Beatrice sang perawat menunduk hormat. Peraturan bagi seorang bawahan wanita jika berhadapan dengan Tuan Muda Garcia adalah, tidak boleh menatap wajahnya lebih dari tiga detik.
Alessandro mengibaskan telapak tangan tanpa suara, Beatrice pun mengangguk dan keluar dari ruang rawat Virginia.
Alessandro mengambil tempat duduk di sisi ranjang lalu menggenggam jemari tangan Virginia. “Sedikit demi sedikit, orang yang pernah menyakitimu akan merasakan kesakitan yang sama, dan bahkan lebih sakit. Apa kau masih tak ingin bangun juga?” Alessandro menatap sendu.
“Jika begitu senangnya kamu menjadi putri tidur, bolehkah aku menjadi pangeran yang datang dengan ciuman ajaibnya dan membuatmu bangun?”
Jari tangan Alessandro menelusuri sisi wajah Virginia, pelan, penuh kasih. Hanya itu yang berani pria itu lakukan. Meski begitu ingin sekedar melabuhkan kecupan kecil di kening, pria itu tetap menahan hasratnya.
Setitik air mata lolos dari sudut mata Alessandro, ketika pria itu menumpukan siku di tepi ranjang sambil membawa telapak tangan Virginia dan menempelkannya di wajah.
...****************...
Malam itu, ia baru saja datang dari luar negeri setelah tiga tahun. Ingin bertemu dengan Virginia, tetapi seperti biasa, ia hanya bisa menatap Virginia dari kejauhan. Diam di dalam mobil dengan mata tak lepas dari kediaman Mendoza. Mengerutkan kening ketika netranya melihat Virginia keluar gerbang dan masuk ke dalam taksi yang ternyata sudah menunggu.
Malam telah larut, kenapa Virginia keluar dari rumah? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatinya. Tak ingin dihinggapi penasaran, dia pun membuntuti taksi itu, hingga akhirnya taksi yang membawa Virginia berhenti ketika berada di area pantai.
Matanya memindai sosok Virginia yang turun dari taksi. Mengerutkan kening, suasana sunyi, udara dingin, gelap, pekat, bahkan tak setitik pun tampak bintang di langit. Apa yang ingin dilakukan Virginia di sana?
Alessandro bergegas turun dari mobilnya dan mengikuti Virginia dari kejauhan. Hatinya menjadi gelisah melihat wanita yang telah lama dipuja berjalan ke tepian pantai.
“Apa iya Virginia hanya ingin mencari ketenangan? Tapi kenapa di pantai, dan di jam seperti ini?” Alessandro menduga-duga sebuah kemungkinan. “Virginia, masalah besar apa yang sedang kamu hadapi selama aku tidak lagi di kota ini?”
Alessandro terus mengikuti dari kejauhan. Namun, dering ponsel, adanya sebuah panggilan masuk membuatnya menghentikan langkah. Ia mengangkat panggilan dan berdebat dengan orang di seberang.
Menyimpan kembali ponsel dengan kesal begitu percakapan selesai. Panik. Sejauh mata memandang, ia tak melihat keberadaan Virginia. Berlari ke sana kemari.
“Virginia…! Virginia…!” Ia terus berteriak. Cemas karena tak ada sahutan.
“Virginia…! Virginia…!” Terus berteriak. “Apa mungkin Virginia telah pergi dari sini?” Mencoba berpikir tenang. Hingga satu kemungkinan yang tiba-tiba muncul dalam otak nya.
“Tidak. Tidak mungkin.” Alessandro menggelengkan kepala berkali-kali. “Tidak. Virginia…! Virginia, di mana kamu? Virginia, jawab aku...!” Tanpa pikir panjang, Alessandro berlari dan mencari ke dalam air. Tidak ketemu, pria itu nekat menyelam tanpa peralatan. Hingga akhirnya apa yang ia cari ia dapatkan juga.
Alessandro berhasil membawa Virginia ke daratan setelah bersusah payah. Akan tetapi Virginia sudah tidak sadarkan diri. “Virginia…! Bangun…! Cepat bangun Virginia..!”
Alessandro terus berupaya menyadarkan Virginia dengan menepuk-nepuk pipi, menekan dada berulang kali, bahkan dengan cemas mencoba memberikan napas bantuan. Namun, sama sekali tak membuahkan hasil. Dengan perasaan tak menentu, Alessandro membawa Virginia meninggalkan pantai.
Terbersit pikiran untuk membawa Virginia ke rumah sakit, tapi kemudian pria itu mengurungkan niatnya, karena menyadari kondisi yang saat ini dialami oleh Virginia pasti sesuatu yang sangat besar.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Alessandro menghubungi dokter pribadi dan memerintahkan untuk datang ke rumah saat itu juga.
…
“Terlalu banyak air masuk ke pembuluh otak, juga masuknya air ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan, mengakibatkan pasien kekurangan oksigen. Dan saya menyatakan pasien dalam kondisi KOMA.”
Jeduar
Bagai petir menyambar di atas kepalanya, saat Alessandro mendengar kata-kata dokter.
“Berapa lama?” tanya Alessandro.
“Untuk itu tidak bisa dipastikan. Bisa sehari, seminggu, sebulan, bahkan setahun atau lebih. Apalagi jika menilik riwayat kejadian, pasien memang sengaja ingin mengakhiri hidupnya. Ini bergantung pada semangat hidup pasien. Harus ada yang mendorongnya untuk kembali bangun.”
“Apa yang sebenarnya terjadi padamu hingga menyerah untuk hidup?” gumam Armando.
“Baiklah Dokter, terima kasih. Anda boleh pergi dan pastikan untuk datang mengontrol setiap waktu.”
“Dengan segenap kemampuan saya. Saya dengan senang hati menerima kepercayaan dari Tuan Muda Garcia.” Dokter menundukkan kepala hormat, lalu undur diri.
Alessandro keluar dari ruangan Virginia setelah memastikan seorang perawat menjaga wanita itu dengan baik.
“Berikan aku informasi lengkap tentang wanita bernama Virginia Fernandez!” titahnya pada sambungan telepon.
Beberapa jam kemudian, laporan masuk dari detektif kepercayaan membuat tangan Alessandro terkepal erat. Rahangnya mengeras dan matanya berkilat tajam.
“Andai saja aku tahu akan seperti ini, aku pasti akan membawamu pergi dari kota ini saat itu juga. Mungkin kau akan membenciku, tapi setidaknya kau tidak akan mengalami semua itu.
Alessandro kembali membuka ponselnya. “Carikan aku mayat wanita dengan kulit putih, rambut sedikit ikal, perkiraan tinggi badan 170 cm dan berat badan 55 kg!” ia memberikan perintah pada anak buahnya.
Berjalan menuju ruangan Virginia. “Periksa seluruh tubuhnya! Berikan aku identifikasi lengkap!” perintahnya pada Beatrice.
Dua hari kemudian setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Alessandro menyuruh anak buahnya mengganti pakaian mayat temuan dengan pakaian Virginia dan meletakkan mayat tersebut di tepi pantai.
Saat tahu mayat itu dibawa tim kepolisian, Alessandro menyusupkan anak buahnya untuk menggantikan tes DNA dan hasil identifikasi dengan milik Virginia.
.
“Virginia, bangunlah! Aku menunggumu. Aku akan menghapus semua jejak rasa sakit yang pernah kau terima. Tidak apa jika kau tidak mencintaiku, biarkan aku saja yang mencurahkan segenap rasa cinta dan kasih sayang. Aku akan pastikan kamu lupa bagaimana caranya menangis.” Alessandro terus berbicara lirih di samping tubuh Virginia yang masih juga belum menunjukkan pergerakan.
Alessandro bangkit setelah memberikan ciuman di punggung tangan Virginia. “Akan aku balas semua perbuatan mereka dengan setimpal.”
Keluar dari ruang rawat Virginia, masuk ke dalam ruang kerjanya dan menghubungi seseorang. “Siapkan acara pertunangan untuk aku dan Virginia Fernandez. Pastikan acara sangat meriah, dan jangan lupa kirimkan undangan pada Armando Mendoza!”
semoga Virginia bisa cepat pulih & melupakan semua masa lalu menyakitkannya
cocok lha sama keluarga Fernandez yang penuh kepalsuan
Semoga segera bangun Virginia ....
. padahal dah dari bab kemarin yak
siapa kah gerangan pria yg di dalam mimpi itu,,,