Kisah sebuah pertemanan yang berawal manis hingga renggang dan berakhir dengan saling berdamai. Pertemanan yang salah satu diantara keduanya menaruh bumbu rasa itu terjadi tarik ulur. Sampai memakan banyak kesalahpahaman. Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya tentang mereka? apakah keduanya akan berakhir hanya masing-masing atau asing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Maaf
Malam ini Adhara tengah menulis novel di laptopnya. Ia akan membeli buku di toko buku dan berbelanja bulanan di Mall.
Drrttt ...
"Gimana? mau ke Mall kapan?" tanya Langit dari sebrang sana.
"Sekarang aja kali ya? mumpung masih jam 7," jawab Adhara.
"Yaudah, kalo aku belum pencet bel kamu jangan keluar dulu." ujar lelaki itu lembut.
"Iyaa si Langit penulis buku, posesif banget sih sama aku." sebal gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Ya buat jaga-jaga aja, malem nggak boleh perempuan di luar sendirian." ucap Langit.
"Dah ah! bawel kamu jadi cowok!" ketus gadis tersebut kesal.
Tut tut tuttt...
(panggilan berakhir)
••••••••
Ting tong...
Ting tong...
(suara bel rumah Adhara)
Ceklek
"Nanti mampir ke toko buku juga ya?" ucap Dhara menggendong tas selempangnya.
Langit masih memakai helmnya yang lupa belum di lepas. "Ayah sama Bunda mana?" tanya lelaki itu menatap Dhara.
Adhara sibuk merapikan dirinya yang padahal sudah rapi dan wangi. "Ada di dalem, mau pamitan?" Dhara bertanya balik.
"Iyalah, nanti diamuk warga kalo ketauan nyulik anak orang nggak izin dulu." ujar Langit bercanda. Yaelaa ... cowok kulkas bisa bercanda juga ya?
"Eh, yang namanya nyulik tuh nggak izin, kalo lo izin dulu namanya bukan nyulik tapi emang modus!" ketus gadis itu menunjuk wajah Langit.
"Yain aja,"
"Eh, ada Langit di sini? mau ngapain, Nak? mau ajak Dhara jalan ya?" tanya Ibundanya Adhara.
"Mau temenin Dhara ke toko buku sama belanja di Mall." jawab Langit sopan.
Tiba-tiba ayahnya Dhara pun datang. Sontak Langit langsung bersikap sopan di depan kedua orangtuanya gadis itu.
"Om, Langit mau temenin Dhara ke-" belum juga selesai ucapannya sudah terpotong.
"Silakan. Om tidak suka kamu tidak bertanggung jawab atas keselamatan anak saya." tegas ayahnya Adhara menatap Langit tajam.
Adhara merasa tak enak melihat ayahnya berbicara tegas pada Langit. "Yah, jangan tegas-tegas dong ngomong sama Langit. Lagian dia juga bakal jagain Dhara terus kok." rengut gadis itu memohon.
"Sebelum pergi, Ayah mau uji tingkat bela dirinya Langit sudah sampai mana." ujar ayahnya Adhara menatap Langit.
"Eh? Ayah mau bawa Langit ke mana? eh, Ayah ngapain sama Langit?" panik Adhara begitu melihat ayahnya dan Langit menuju ke samping halaman rumahnya.
"Buat apa kamu temenan sama laki-laki jika dirinya tak bisa membela diri dan menjaga kamu!" tegas seorang pria itu.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Sementara Adhara sangat terkejut dan khawatir melihat Langit diserang oleh ayahnya. "Ayo, keluarkan kekuatan tenaga dalam kamu!" keras pria itu menatap Langit tajam.
Sedangkan Langit hanya memegangi perutnya yang terasa nyeri atas pukulan dari ayahnya Adhara. "Saya tidak mau melukai Om, karena Om adalah ayahnya Dhara. Laki-laki cinta pertama dari seorang anak perempuan pertama." ucapan Langit benar benar di luar dugaan mereka semua.
"Bagus! ini yang saya mau," ujar pria tersebut terkekeh dan menepuk bahu Langit.
Adhara langsung mengelus dada. "Kirain mau dibuat bonyok lagi. Kasian kan calon idamanku kena pukul." gumam gadis itu di dengar oleh kedua orangtuanya dan juga Langit.
Ups! aaaa ... Adhara bodoh banget sih lo! orangtua lo bisa tau kalo lo punya rasa sama Langit ...
"Kamu suka sama anak saya?" tanya Ayahnya Adhara serius.
"Kalo boleh jujur sih, iya Om. Saya suka sama anak Om tapi saya nggak ngajak pacaran kok Om, karena saya tau pasti nggak bakal ngizinin. Dan percuma juga berhubungan tanpa dapat restu hasilnya juga nggak akan baik kan." Heiii ... ucapan Langit itu bikin calon mertua jadi demen nih ama cowok kulkas gini.
"Anak Om tidak seperti apa yang kamu bayangkan." tutur beliau tegas.
"Setidaknya yang saya lihat adalah hatinya yang tulus bukan fisiknya maupun yang lain." jawab Langit tanpa mengalihkan pandangannya ke Adhara.
Dalam hati Adhara tersenyum senang. Merasa bahwa dirinya tak salah memilih seorang Langit yang memang lebih dewasa darinya.
"Ya sudah, kalau begitu silakan kalian pergi tapi ingat jangan terlalu larut malam pulangnya." nasehat Ayahnya Dhara.
Langit dan Adhara hanya mengangguk. "Langit sama Adhara pergi dulu ya, assalamualaikum." ucap gadis itu mencium tangan kedua orangtuanya tak lupa juga dengan Langit yang ikut bersalaman dengan calon mertua. Eh salah, kedua orangtuanya Dhara maksudnya.
"Waalaikumsalam."
••••••••
"Mau ke mana dulu?" tanya Langit datar. Mereka pergi menaiki mobil milik Langit karena Langit tak ingin Adhara kedinginan apabila naik motor berboncengan.
"Ke toko buku aja dulu," jawabnya.
Langit segera melajukan kecepatan mobilnya, karena mengejar waktu yang sudah jam 8 malam.
Selang beberapa menit perjalanan akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan membeli buku novel. "Em, Lang" lirih Adhara sambil berjalan masuk ke toko buku tersebut.
"Iya, kenapa Ra?" tanya lelaki itu datar.
"Gue malu kalo beli buku sendirian, biasanya gue ke sini sama Vano." ucap gadis itu gelisah.
"Malu apa takut?" pertanyaan Langit membuat gadis itu terkekeh pelan.
"Dua-duanya, hehe." katanya cengengesan.
Langit menarik napasnya pelan, mencoba tidak terus dingin dan datar pada Adhara. Karena ia tahu bahwa gadis itu akan merasa sendiri dan tentu merasa sedih juga.
"Ya udah, aku temenin kamu sambil liat-liat bukunya dulu." ujar Langit. Ia memakai masker jadi suaranya tak terlalu terdengar oleh orang lain.
Adhara tersenyum menatap Langit. "Makasih ya Lang, nggak tau kenapa kalo sama kamu jadi ngerasa manja banget. Tapi untuk sekarang aku nggak jadi minta temenin deh. Aku milih bukunya sendiri aja, lagian aku juga berani." kata kata gadis tersebut mampu membuat Langit lebih menyukainya.
"Perempuan itu wajar manja sama laki-laki. Kamu selalu mandiri setiap bareng sama aku. Ya mungkin kamu ngerasanya manja banget tapi menurut aku pribadi, kamu nggak salah manja ke aku." ucapan Langit benar benar membuat gadis itu ingin terbang.
Adhara tersenyum malu mendengar ucapan Langit. Lagi lagi ia di buat ingin memeluk lelaki itu. "Udah dih, nggak boleh berisik." bisiknya dengan wajahnya yang imut bagi Langit.
Langit membeli satu buku untuk di baca di rumah. Sedangkan Adhara masih memilih satu buku lagi setelah ia mengambil satu buku yang sudah ia genggam.
"Udah beli bukunya?" tanya Langit lembut.
"Udah,"
Setelah mereka keluar dari toko buku, niatnya mereka akan ke mall untuk berbelanja bulanan. Tapi saat Adhara menyebrang jalan tiba tiba ada mobil yang melaju dengan cepat.
"Akhhh!!" teriak histeris Dhara menutupi matanya ketakutan.
Citt...
Shhh...
Bugh!
Adhara merasakan dirinya di dorong oleh seseorang yang setaunya hanya ada Langit yang belum menyebrang karena membawa tiga buku.
"Akh, sakit ..." erang gadis itu meringis kesakitan karena tersungkur ke pembatas jalan.
Mobil itu lantas pergi begitu saja tanpa merasa bersalah. Dan Adhara pun segera bangkit untuk melihat siapa yang menolongnya.
Begitu Adhara bangkit dan berbalik, ia sontak terkejut lalu tak lama air matanya mengalir.
"Langit? jadi yang dorong aku tadi? Lang! kamu kenapaaa? Lang, bangunn ... jangan tinggalin aku di sini sendiri Lang... Langit bangunn... Lang nggak lucu kamu kayak ginii...," tangis pecah Adhara menggoyahkan tubuh Langit yang sudah terkapar lemas dan matanya yang terpejam.
"Ini lagi kenapa jalanan sepi banget sihh ... mana udah agak jauh dari tempat tadi. Gue harus telpon ayah, gue nggak mau Langit kenapa-napa." gadis tersebut mengeluarkan benda pipihnya berupa ponsel.
Tut tut tutt...
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.
"Ck, lupa kalo jam segini ayah udah matiin hp-nya. Mau nggak mau gue harus telpon ambulans aja deh. Darahnya Langit mengalir terus huaaa." (padahal cuma tangan sama dahinya doang:v)
Suara sirine ambulans sampai di lokasi kecelakaan. "Cepat bawa ke rumah sakit yang terdekat." titah Dhara sambil ikut masuk ke dalam mobil ambulans.
..."Aku memang sering melihat drama kecelakaan, yang dimana korbannya seorang cowok. Tapi bukan berarti aku mau melihat dia terluka seperti itu. Setelah ini, aku tidak mau melihat drama kecelakaan lagi." ...
...~Adhara Aline~...