NovelToon NovelToon
BUKAN LELAKI CADANGAN

BUKAN LELAKI CADANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.

Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.

Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.

Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.

Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .

ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

“Papa… Papa… !!“ suara teriakan Parwati Dewi menggemparkan seisi rumah. Wanita itu pulang dari perusahaan Yudistira dengan berbagai pertanyaan bercokol dalam benaknya.

“Nona?” Seorang pelayan tergopoh mendekat.

“Nona pulang?” Pelayan tua itu bahkan terkejut melihat kehadiran Parwati Dewi di dalam rumah.

Bukankah anak perempuan majikannya itu sedang berada di Perancis. Kapan nonanya itu pulang? Dia bahkan tidak mendengar berita apapun. Tetapi tiba-tiba saja suara dari nona Parwati menggelegar bak petir di siang bolong.

“Ah, selamat datang, Nona.” Si pelayan bernama Sanam menundukkan kepalanya penuh hormat.

“Dimana Papa?”

Sayangnya sikap hormatnya tidak mendapat sambutan. Parwati Dewi sama sekali tidak menggubrisnya.

“Tuan baru saja pulang setengah jam yang lalu, dan mungkin sekarang beliau berada di ruang kerja.” Jawab si pelayan.

Parwati segera melangkah menuju tempat yang disebut oleh pelayan tadi, tanpa menghiraukan sapaan pelayan itu sebelumnya.

“Gimana rasanya, Mbak Sanam? Sakitnya tuh di sini kan? Makanya jangan sok akrab dengan anak majikan. Kita ini apa bagi mereka. Hanya butiran debu. Tak terlihat.” cibir seorang pelayan yang kebetulan berada di dekat Sanam.

“Nanik, Kamu itu kalau ngomong mbok yo dipikir. Kita itu memang cuma pelayan. Seperti apapun sikap mereka terhadap kita, tetap saja kita harus menghormati mereka. Jangan lupa kalau setiap apa yang masuk ke dalam perut kita setiap hari adalah berasal dari mereka!” Sanam mengingatkan rekan kerjanya.

Sementara itu

“Papa… Papa…!”

“Parwati..? Kamu pulang? Kenapa tidak memberi kabar?” Seorang wanita paruh baya mendekat dan serta-merta memeluknya. “Ya Allah, sayang. Mama kangen,” ucap wanita itu yang tak lain adalah Nyonya Widuri, ibu dari Parwati Dewi.

“Minggir, Ma! Aku sedang nyari Papa.” Parwati melepaskan rangkulan tangan mamanya begitu saja. Dan langsung meninggalkan wanita itu melanjutkan langkah menuju ruang kerja papanya.

Nyonya Widuri menggelengkan kepala sambil menghapus setitik air yang mengambang di sudut matanya. Sudah tiga tahun sejak mereka terakhir bertemu. Tetapi sepertinya sang Putri sama sekali tidak menyimpan setitik pun kerinduan untuk dirinya.

Dan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sepertinya sang putri pulang dalam keadaan marah? Dan kenapa sepertinya sasaran kemarahannya adalah papanya. Pertanyaan yang tadi siang ketika sang suami tiba-tiba pulang sebelum waktunya dan dengan wajah kusut belum terjawab. Kini sudah ada pertanyaan lain.

Akhirnya langkah Parwati sampai juga di depan ruang kerja papanya.

Brakk

Tanpa basa-basi gadis model itu membuka pintu ruang kerja papanya dengan kasar.

“Sejak kapan kau kehilangan sopan santun. Apa pantas seorang wanita dari keluarga terhormat berteriak-teriak seperti itu? Apa kau pikir kau sedang berada di dalam hutan?”

Heru Prayogo, laki-laki yang sedang duduk di balik meja kerjanya dengan memijat dua pelipisnya, Laki-laki yang adalah Ayah dari Parwati Dewi, menggeram marah atas sikap putrinya.

Dia baru saja mengalami peristiwa buruk. Dipecat secara tidak hormat oleh pemilik perusahaan yang sebenarnya adalah keponakannya. Dan diharuskan mengganti uang perusahaan berikut dengan denda. Itu saja sudah membuat kepalanya terasa mau pecah. Harta yang telah dia kumpulkan selama bertahun-tahun. Sekarang semua itu akan ludes begitu saja.

Dan sekarang putrinya datang dengan berteriak-teriak. Tentu saja itu membuatnya semakin stress.

“Masalah apa yang baru saja Papa ciptakan?” Parwati menatap papanya dengan sorot tajam penuh dengan kemarahan. Wanita itu menganggap kebencian Yudistira padanya, dan perlakuan yang dia dapat dari Yudistira saat di perusahaan tadi, adalah imbas dari apa yang telah dilakukan oleh papanya.

“Apa benar Papa telah melakukan korupsi di perusahaan Yudistira? Kenapa Papa begitu bodoh. Apa Papa tahu? Sekarang ini Yudistira sangat membenciku. Dan ini semua karena Papa. Padahal susah payah aku mencoba untuk mendekatinya, Pa. Dan sekarang Papa menghancurkan semua impianku.” Parwati Dewi berteriak meluapkan kekesalannya.

“Apa kamu tidak sadar semua itu berawal dari kamu yang selalu minta ini dan itu. Sejak kecil Kamu meminta sekolah di tempat yang elit yang sama seperti Yudistira. Lalu apa Kamu pikir pendidikanmu di dunia modeling itu dibayar dengan daun. Semua uang itu berasal dari hasil korupsi di perusahaan Yudistira, kalau kamu mau tahu.”

“Harusnya kamu tahu Papa bukan orang kaya raya. Tingkatan kita tidak bisa disejajarkan dengan Tuan Dharmawangsa. Harusnya kamu juga tahu kalau Papa ini bukan mesin pencetak uang. Tetapi apa? Seenaknya saja kamu selalu minta ini itu, dan itu harus selalu dituruti. Atau kamu akan mogok makan setiap kali keinginanmu tidak dipenuhi. Apa kamu lupa dengan semua kelakuan burukmu itu.” Heru Prayoga tentu saja tidak mau disalahkan seorang diri.

“What..? Jadi Papa mengungkit semua yang pernah Papa berikan padaku? Apa Papa tidak salah bicara. Kalau tahu aku punya banyak keinginan, harusnya Papa bekerja lebih keras lagi.”

Parwati Dewi terhenyak tak percaya. Wanita itu tidak mau disalahkan begitu saja. Bukankah memang kewajiban setiap orang tua untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Gadis model itu mengetatkan rahangnya.

“Oh, jadi Papa mulai perhitungan ya sekarang? Memangnya siapa yang selama ini menyodorkan agar Parwati selalu berusaha untuk mendekati Yudistira. Ini bukan cuma ambisiku saja. Bahkan ini lebih ke ambisi Papa. Aku ingatkan kalau Papa lupa.”

Ayah dan anak terus bersitegang, saling berteriak saling menyalahkan. Sementara di balik pintu yang tak tertutup rapat, Nyonya Widuri mengusap dadanya yang terasa sakit. Ketegangan antara ayah dan anak yang tak pernah ada akhirnya. Ambisi yang membuat kedua mata mereka buta.

***

Di sebuah restoran mewah di tengah kota. Di mana di dalamnya merupakan tempat yang biasa digunakan untuk orang untuk mencari makanan dan minuman.

Di salah satu meja yang sepertinya sengaja di reservasi secara privat. Tampak beberapa orang wanita sosialita sedang berkumpul. Para wanita-wanita paruh baya yang jumlahnya berkisar dua puluh orang, yang kesemuanya adalah istri-istri dari para pengusaha sukses, sedang mengadakan arisan.

Para wanita-wanita yang jika mereka berkumpul yang dibicarakan tak pernah jauh dari hanya urusan pamer barang-barang mewah.

Duduk melingkari sebuah meja besar, dengan di hadapannya telah tersedia berbagai hidangan mewah. Mulai dari makanan, minuman, kudapan, buah, dan desert. Suara canda ria dan gelak tawa bersahut-sahutan. Bukan hanya gelak tawa dan canda ria. Tetapi diantaranya terselip juga saling sindir dan saling cemooh.

Akan tetapi di antara suara-suara sumbang itu, Nampak di antara mereka ada salah satu anggota yang sedari tadi hanya diam menyimak, tanpa ikut berlomba-lomba memamerkan apa yang dia miliki.

“Ayo dong, Jeng Sinta. Urun rembug apa gitu. Moso dari tadi cuma nyimak aja.” Seorang wanita bertubuh gempal bernama Nyonya Rani mencoba mengajaknya bercuap-cuap seperti yang lain.

“Iya nih jeng Sinta. Pasti koleksi barang branded jeng Sinta bagus-bagus. Kapan dong kita-kita ini diajakin touring di rumah jeng Sinta.” sambung Nyonya Fatma.

“Ah, kalian ini bisa saja. Tidak seperti itu juga kok.” Wanita yang memang adalah nyonya Sinta Mama dari Srikandi menjawab dengan merendahkan diri.

Nyonya Sinta di antara para wanita yang lain. Dia tergolong paling sederhana. Outfit apapun yang melekat di badannya tidak ada yang terlihat glamour.

Akan tetapi bagi Nyonya Fatma yang memiliki kejelian sangat tinggi, tahu persis meski bentuknya sederhana tetapi apapun yang dikenakan oleh Nyonya Sinta adalah barang limited edition. Yang mungkin harganya berada jauh di atas tampilan mereka yang glamour.

“Iyalah pasti barang branded nya Nyonya Sinta ini yang paling banyak diantara kita-kita. Secara beliau ini adalah istri dari seorang Tuan Anggoro Wibisana gitu loh.” Sahut Nyonya Febri.

Mendengar nama Anggoro Wibisana disebut, seorang wanita yang duduk berseberangan tepat di hadapan Nyonya Sinta menelisik.

“Apa? Jadi dia ini adalah nyonya Sinta istri dari tuan Wibisana? Kenapa aku baru tahu. Itu artinya dia adalah mama dari Srikandi kan? Wanita yang sedang didekati oleh putraku Arjun.” Batin wanita itu yang tak lain adalah nyonya Diana. Mamanya Arjun.

Selama ini mamanya Arjun memang tidak terlalu mengenali siapa yang berada di sekelilingnya. Dia hanya asal mau saja ketika ditawari untuk ikut arisan sosialita. Karena merasa dia juga perlu untuk menunjukkan pamor.

Nyonya Diana merasa enggan untuk mendekati Nyonya Sinta. Karena menurutnya Nyonya Sinta itu terlalu cuek. Lagi pula penampilan Nyonya Sinta yang begitu sederhana membuatnya tidak mengetahui jika itu adalah istri dari pengusaha ternama bahkan kelasnya lebih tinggi di atas suaminya.

Nyonya Sinta sendiri sebenarnya memang enggan untuk mengikuti arisan sosialitas seperti itu. Karena baginya sama sekali tidak ada manfaatnya. Selain hanya kumpul-kumpul dan pamer-pamer. Sedangkan dia sendiri tidak menyukai sikap riya. Akan tetapi ingin menolak dia juga merasa tidak enak. Karena itu dia hanya selalu datang dan diam menyimak.

“Hallo, jeng Sinta.” Nyonya Sinta menoleh ketika ada seorang teman yang mendekati dan menyapanya.

“Hai juga,” jawab Nyonya Sinta singkat. Dia tahu wanita yang sedang menyapanya itu adalah istri dari Tuan Wardoyo. Tetapi dia tidak tahu untuk apa wanita yang dia tahu bernama Diana itu mendekatinya.

“Jeng Sinta tidak mengenali saya ya?” Nyonya Diana langsung duduk di samping Nyonya Sinta.

“Tahu. Saya tahu. Dan saya mengenali Anda. Ada istri dari tuan Wardoyo, bukan?”

Nyonya Diana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ternyata dia salah mengira. Justru dialah yang sebenarnya tidak mengenali Nyonya Sinta.

“Iya. Jeng Sinta benar.” Diana merasa malu, tetapi dia berusaha menebalkan mukanya. Demi apa? Demi melancarkan usaha sang anak untuk mendekati putri dari Sinta Wibisana.

“Ngomong-ngomong, Jeng Sinta tahu nggak, anak-anak kita saling berhubungan loh. Putr Jeng Shinta, Srikandi. Itu pacar anak saya, Arjun.”

Tanpa malu Diana sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh teman-teman mereka yang lain. Harapannya adalah jika teman-teman sosialitanya tahu bahwa dia memiliki hubungan dekat, dan bahkan akan berbesanan dengan Nyonya Sinta, maka mereka akan menghormatinya seperti mereka menghormati Nyonya Sinta.

Nyonya Sinta mengerutkan keningnya mendengar ucapan Nyonya Diana. Tetapi kemudian dalam hati berdecih sinis. Ternyata itu tujuannya Diana mendekatinya.

Pantas saja dia tadi merasa heran, karena sebelumnya Nyonya Diana sangat acuh padanya. Mungkin karena belum tahu bahwa dia adalah istri dari Anggoro Wibisana. Dan sekarang setelah mengetahuinya, Diana bermaksud hendak mencari muka.

Biarlah. Akan dia lihat sejauh mana usaha dari Nyonya Diana.

1
Sri Elvira
suka sama ceritanya
〈⎳Mama Mia: terima kasih 😘🙏
total 1 replies
Noey Aprilia
Kaaannn....
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
Cicih Sophiana
cie cie cie Srikandi udah berani bilang MIss you too nih yah... awas aja lansung di datengin sama si pacar maksa😂😂
Cicih Sophiana
siapa dokter itu
Cicih Sophiana
semangat di buang kelaut Parwati...
Cicih Sophiana
Arjun klo sama cewe lain kamu yg ngeluarin duit kan...
Cicih Sophiana
menghapus jejak seperti lagu nya Aril dong 😅
Cicih Sophiana
ngenes jg yah liat lelaki cadangan 😂 namanya jg cadangan klo lg di butuhkan aja😂
Cicih Sophiana
nah loh jd ketauan deh...😂
Cicih Sophiana
ihh geer nih mama Diana... anak nya aja cowo pengeretan yg gak punya malu...
Cicih Sophiana
kamu ngeyel sih Kikan udah di kasih tau temen jg...
Cicih Sophiana
gak punya malu aja cewe sampe merendahkan diri di depan ciwo..
Cicih Sophiana
demen sendiri padahal Yudistira nya ga suka tuh ma dia...
Cicih Sophiana
parah tuh si Arjun...
F.T Zira
mending gak usah deh.. mempermalukan diri sendiri yg ada
〈⎳Mama Mia: emangnya dia masih punya malu?
total 1 replies
F.T Zira
wanita yg di tolak Yudi
〈⎳Mama Mia: dihh, sotoyyy/Smug//Smug/
total 1 replies
F.T Zira
tapi aku tau tuh.. di bisikin mami😝
〈⎳Mama Mia: emang MaMi tukang gosip?
sembarangan /Grimace//Grimace//Smug//Smug/
total 1 replies
F.T Zira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia: apa sih mangap gitu?
kemasukan lalat, rasa looo/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
F.T Zira
di tempatku juga gini..🤭🤭🤭
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.
〈⎳Mama Mia: di tempat ku aja kafang juga gitu
total 1 replies
F.T Zira
menanti balsannn/Scream//Scream/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!