"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Morning Kiss
Cup!
"Bangun tukang tidur, atau kamu enggak akan melihat saya saat membuka mata"
Bisikan serta hembusan nafas yang halus mengusik tidur lelap wanita cantik disana, perlahan putri salju itu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku sembari mengumpulkan nyawa yang belum seratus persen terkumpul.
Dengan malas Keymira mengangkat kelopak matanya yang terasa berat, begitu indera penglihatannya berfungsi Key mendapati Ben Derrick yang sudah siap dengan pakaian kerja.
"Hm? Jam berapa ini?" tanya Key dengan suara serak khas bangun tidur.
"Hampir jam delapan"
Seketika Keymira membelalakan mata, dia langsung merubah posisinya dan hendak bangkit dari kasur namun Ben Derrick menahan Keymira sehingga wanita itu kembali duduk di ranjang.
"Aku belum siapin mas sarapan!"
"Gak apa-apa, hari ini saya masak sendiri sekalian bikinin sarapan untuk kamu juga. Tumben kamu bangun siang padahal semalam enggak bergadang, tapi saya tetep gak tega buat bangunin kamu"
Key sepertinya masing linglung, lama perempuan itu mencerna ucapan Ben Derrick sebelum akhirnya terperangah juga.
"Mas masak sendiri?!"
Ben mengangguk pelan, dia memang jarang menunjukkan skill memasaknya, tapi pasakannya tidak bisa dibilang buruk karena rasanya masih dalam kategori standar.
"Mas masak apa?"
"Omellete"
"Kenapa gak bangunin aku aja tadi?"
"Saya udah bilang, saya gak tega buat bangunin kamu"
Key mendesah pelan, dia cukup menyesal karena tak bisa menyiapkan keperluan suaminya sehingga membuat lelaki itu melakukan semuanya sendiri, Keymira juga heran kenapa ia lelap sekali tadi malam, mimpi indah yang tidak dia ingat membuat tidurnya terasa sangat nyenyak.
"Maaf...." cicit Key menunduk.
Ben Derrick segera menyentuh dagu wanitanya sehingga Keymira menatap lagi ke arahnya.
"Hei, kenapa minta maaf? Saya bangunin kamu bukan untuk menegur kamu, saya cuma mau pamit buat berangkat kerja, saya gak mau kamu bangun-bangun kebingungan karena gak ada saya disini" tutur Ben meluruskan, dia memang tak berniat menyalahkan sang istri karena bangun kesiangan, toh tidak setiap hari Keymira seperti ini hanya sesekali dan sebenarnya Ben pun tidak memusingkan bila itu terjadi, dia cuma ingin pamit pergi bekerja.
"Kalau gitu nanti aku ke kantor mas buat bawain makan siang"
Ben menimang sejenak, mengingat-ingat apakah siang ini dia ada acara diluar atau tidak, tapi sepertinya tidak ada jadi Ben Derrick pun mengizinkan sang istri melakukannya.
"Boleh kalau emang kamu gak keberatan, jarang-jarang kan saya ditemani makan siang sama kamu di kantor, hitung-hitung kamu ngilangin bosan di rumah seharian"
"Iya, aku juga pingin liat kantor mas yang sekarang, terakhir aku kesana mungkin sekitarrr.... Tujuh bulan yang lalu" gumam Keymira mengingat kunjungannya ke perusahaan Januartha.
"Saya tunggu kedatangan kamu, sekarang saya harus berangkat dulu"
"Hmm.... Hati-hati, nanti aku telpon mas kalau udah sampe"
"Iya, nanti saya suruh asisten saya buat antar kamu ke ruangan CEO"
Keymira menganggukkan kepala, usai pamit Ben Derrick bangkit dari ranjang untuk keluar namun tangannya langsung dicekal hingga Ben kembali membalikkan badan.
"Kenapa?"
"Mau cium!"
Ben tergelak mendengar keinginan tersebut, tapi dia juga tak kuasa untuk menolak sebab Ben juga menginginkan nya.
Alhasil pria itu membungkuk dan menyatukan kedua bibir mereka dengan penuh kemesraan, hampir saja Keymira kelepasan andai Ben tidak mengakhiri ciuman tersebut.
"Saya bisa terlambat kalau kamu gini terus"
"Hehe... Maaf" Key mengusap bibirnya yang basah akibat ciuman, dia pun membiarkan Ben berlalu dari kamar mereka untuk pergi bekerja.
***
Pagi-pagi sekali Ben Derrick dikejutkan dengan surat yang dibawa oleh sang asisten, sejenak dia menatap amplop tersebut cukup lama, sebelum membukanya saja Ben sudah tau apa isi surat itu.
Ben menengadah melihat lelaki yang kini berdiri dihadapannya sembari menunduk hormat.
"Kamu mau resign?"
"Maaf, Tuan" lirih nya.
"Bisa jelaskan langsung apa alasannya?" seolah tak berminat untuk membaca surat yang tadi diberikan.
"Saya mau membangun usaha sendiri, Tuan. Ini sudah menjadi cita-cita saya dari lama, meskipun tidak besar tapi saya yakin bisa membangun usaha tersebut bermodalkan pengalaman saya selama bekerja disini" jelasnya penuh keyakinan.
"Bukan karena kamu tidak betah bekerja disini?"
"Tidak, Tuan! Saya sangat beruntung bisa menjadi bagian dari Januartha Corp. Tetapi menjadi pengusaha sudah menjadi cita-cita yang saya inginkan sedari dulu, kini saya sudah punya modal dan pengalaman yang membuat saya yakin jika saya harus mewujudkan keinginan tersebut meskipun terlambat" sanggahnya meluruskan pertanyaan Ben yang keliru.
Ben Derrick menghela nafas sambil manggut-manggut mendengar penjelasan asisten nya ini, berat juga melepas tangan kanan yang menemani nya sejak pertama kali Ben diangkat menjadi CEO, tidak mudah pula untuk mencari orang kepercayaan yang membuat mereka nyaman dan yakin dalam setiap langkahnya, tapi Ben juga tidak punya hak untuk memenjarakan keinginan seseorang hanya demi kepentingan pribadi semata.
"Baiklah, saya tidak bisa menahan kamu jika memang seperti itu mau mu. Tapi sebelum saya menemukan asisten baru tolong tetap disini dulu"
Pria itu mengangguk patuh, dia juga mengerti dan punya kewajiban untuk mengajarkan calon asisten bos nya nanti sebelum ia benar-benar pensiun dari sini.
"Tentu, Tuan. Terimakasih sebelumnya"
"Sama-sama, kau boleh kembali ke ruangan mu"
Selepas kepergian sang tangan kanan Ben beranjak dari kursi kebesarannya, dia keluar dan menghampiri meja sang Sekretaris.
Jennie yang melihat Ben Derrick setelah kepergian asistennya langsung bisa menebak apa yang sudah mereka dibicarakan di dalam.
"Dia jadi pindah?" seru Jennie tanpa basa-basi.
"Lo tau?" sahut Ben terkejut.
"Iya, kemarin dia sempet cerita mau resign"
"Dia cerita apa aja sama lo?"
"Katanya mau bikin usaha sendiri, emang alasan ke lo kayak gitu juga?"
Ben mengiyakan, berarti memang pria itu benar-benar ingin mengejar impiannya, bukan sekedar lelah menjadi budak korporat.
"Iya, sama"
"Dan lo ngijinin?"
Ben mengedikkan bahu sembari memiringkan kepala.
"Gue bisa apa? Kalau gue maksa dia buat tetep kerja disini yang ada kerjaan dia jadi gak maksimal dan bakal berdampak ke perusahaan"
"Iya juga sih..... Tapi lo udah ada gantinya?"
"Belum, gue lagi nyari mulai sekarang"
"Gimana kalau gue aja???" Jennie langsung mengajukan diri, bukan apa-apa sebab gaji asisten lebih besar dibanding hanya menjadi Sekretaris.
Tetapi sayang, Ben Derrick langsung menolak tanpa mempertimbangkan terlebih dulu.
"Gue butuh yang laki-laki, jadi asisten itu berat, seminggu bisa empat kali kerja 12 jam sehari, apalagi lo punya anak, lebih baik gue nyari yang lain"
Pundak Jennie seketika merosot mendengar penolakan Ben Derrick, tapi dia juga tidak bisa mengelak alasan yang masuk akal ini.
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu