Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Permintaan Shafina.
Sedang Sabrina saat ini begitu kesal, karena rencananya selalu gagal di tangan orang yang sama, siapa lagi kalau bukan Gilang. Merasa kalau dirinya dalam bahaya akhirnya Sabrina mulai mencoba kabur dan meninggalkan tempat ini.
Tapi sayang, anak buah dari Gilang terlalu cepat mengetahuinya sehingga dirinya menjadi kejaran orang-orang Gilang. "Kurang ajar pakai tahu segala itu manusia bodoh," umpatnya sambil terus berlari.
"He Ibu tua jangan mencoba kabur!" teriak salah satu anak buah Gilang.
Sabrina terus saja berlari hingga tanpa di sadari kakinya menginjak pecahan kaca yang berserakan di jalan, langkahnya kian berangsur, tapi tidak secepat tadi sehingga membuat sang lawan mudah untuk menemukan dia.
Wanita paruh baya itu tetap berlari meskipun darah sudah berceceran, dirinya tidak mau kalau sampai tertangkap apalagi posisi suami tidak dengan dirinya, hal ini yang membuat dirinya semakin kesulitan untuk meminta bals bantuan.
"Ah sial di saat kejadian seperti ini kenapa tidak ada satu orang pun yang membantuku!" geram Sabrina sambil bersembunyi di balik pohon sawit.
"Jangan coba-coba kabur aku tahu keberadaan mu nenek tua," seringai anak buah Gilang yang memang mengetahui tubuh Sabrina melalui bayangan wanita tua itu sendiri.
Perlahan anak buah dari Gilang mulai mendekat dan sebisa mungkin langkah kakinya tidak terdengar oleh Sabrina, setelah berupaya untuk membuat lawan tidak menyadari kedatangannya akhirnya orang tersebut berhasil menangkap tubuh paruh baya itu dari belakang.
"Bedebah! Lepaskan saya, kalau tidak mau hidupmu hancur. Setelah ini aku pastikan akan membalas semua perbuatan kalian yang seenaknya terhadapku!" ancam Sabrina, sedangkan orang tersebut tidak menghiraukan dirinya malah langsung menggendong tubuh Sabrina seperti karung beras.
Tolong ... Tolong ....!" teriak Sabrina yang tidak di gubris.
Sedangkan pria bertubuh tegap itu langsung membawa tubuh Sabrina ke sebuah tempat yang nantinya akan mengejutkan wanita paruh baya tersebut, lelah sudah langkahnya berjalan sambil menggendong tubuh paruh baya yang tidak mau diam itu, sedari tadi wanita tua ini selalu memukul pundaknya bahkan sesekali dia menggigit tapi si pria tegap itu berusaha untuk kuat, agar tugasnya cepat terselesaikan dengan baik.
"Akhirnya anda sampai juga di tempat yang semestinya anda tempati," ucap anak buah Gilang sambil tersenyum licik.
"Kamu bawa saya kemana ini, dasar manusia kurang ajar," umpat Sabrina.
"Sudah Nenek tua jangan kebanyakan bacot kamu jalani saja hidup barumu di tempat ini," ujar orang tersebut.
"Ah dasar gila, aku pastikan hidupmu tidak baik-baik saja setelah melakukan ini padaku," ucap Sabrina.
Saat ini Sabrina berada di ruangan yang cukup gelap, bahkan tempat ini begitu menjijikkan bagi dirinya, hanya saja dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan Gilang yang memiliki anak buah yang cukup banyak dari pada dirinya.
"Ah! Papa tolong mama, di sini gelap aku ketakutan Papa!" jerit Sabrina.
"Sudah jangan suka berteriak, Ibu ini sudah tua seharusnya lebih menjaga sikap bukan malah menjadi penghancur rumah tangga anak Ibu sendiri," ucap laki-laki tegap itu sambil membungkus luka Sabrina menggunakan kain kasa.
Meskipun suasana masih siang dan matahari begitu terik, namun di dalam ruang ini yang ada hanya kegelapan, bahkan Sabrina sedari tadi tidak berani membuka matanya sangking takutnya berada di kabin yang gelap dan lembab seperti ini.
*****
Sedangkan di tempat lain saat ini Gilang dan juga anak buahnya berhasil membawa Shafina ke rumahnya yang sudah di jadikan tempat sandera bagi Seno, di sini Gilang begitu terkejut dan kaget, kok ada orang tua yang dengan teganya menyandera anaknya sendiri demi sebuah rencana yang sudah di susun matang.
Segera Gilang membukakan tali yang sudah terikat cukup kuat di tangan sahabatnya itu, bahkan Seno merasa bahagia dan menitihkan air mata ketika tahu kalau istri dan juga anaknya dalam keadaan baik-baik saja.
"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Seno dengan sorot mata yang sulit untuk di artikan.
"Aku tidak apa-apa Mas, beruntung ada Mas Gilang yang selalu menolongku," sahut Shafina.
"Ah syukurlah, Lang, terima kasih banyak ya, lagi-lagi kamu menolongku kembali," ucap Seno.
"Sama-sama Bro ya sudah sekarang aku mau tanya, di mana keberadaan Papamu dan anak buahnya?" tanya Gilang.
"Setelah mengikatku tadi, mereka katanya keluar sebentar ingin mencari makan tapi sampai sekarang belum ada yang datang lagi," jawab Seno.
"Apa mungkin mereka kabur atau jangan-jangan," ucap Gilang yang tidak bisa melanjutkan perkataannya kembali.
Setelah itu Gilang langsung menghubungi anak buahnya yang menjaga markasnya, dan ternyata di sana terjadi keributan, orang-orang dari Arga nekat Ingin memasuki markas tersebut, karena ingin mengeluarkan istri dari bosnya yang terkurung di dalam sana.
"Halo, gimana keadaan di markas?" tanya Gilang kepada anak buahnya.
"Maaf Tuan, di sini terjadi keributan sedikit," Sahut anak buah tersebut.
"Ya sudah kalau begitu segera bereskan sekarang," titah Gilang, lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
"Gimana Lang apa mereka ada di sana?" tanya Seno.
"Bener banget mereka langsung mendatangi markas ku, bapakmu sudah tahu keberadaan mama mu tapi kamu tenang saja, anak buahku pasti akan menangkap mereka, setelah itu tinggal dari kamunya saja, mau kau beri hukuman apa yang pantas untuk kedua orang tuamu," terang Gilang.
"Sebenarnya aku tidak ingin melukai mereka, karena mereka berdua orang tuaku, tapi kelakuan mereka terhadap istri dan juga anakku benar-benar di luar dugaan, mereka dengan sengaja tega ingin membunuh anakku sendiri," ucap Seno sambil menahan sesak yang ada di dadanya.
"Iya Sen, aku tahu apa yang saat ini kau pikirkan, kamu pasti sekarang berada di dalam keadaan yang serba salah, tapi aku yakin pasti kamu dapat mengambil keputusan yang begitu bijak," sahut Gilang.
"Sekali lagi terima kasih, kau telah memberiku bantuan," ucap Seno.
"Ya sudah aku sekarang pamit dulu, mau urus mereka semua, dan sekarang saatnya kamu dan istrimu berbicara baik-baik dengan keputusan nanti yang akan kalian ambil," tukas Gilang, lalu pergi meninggalkan rumah Seno.
Setelah kepergian Gilang tadi, Seno begitu sedih melihat wajah istrinya yang begitu pucat pasi, entah apa yang terjadi pada peristiwa tadi sehingga membuat istrinya ketakutan seperti ini, apa mungkin di sana terjadi hal-hal yang begitu menakutkan dan membebankan mentalnya.
"Sayang, kenapa dari tadi kamu hanya diam, sini dedek bayinya biar Mas gendong," pinta Seno.
"Jangan Mas, biar aku saja yang menggendongnya," tolak Shafina.
"Sayang kenapa kamu begitu, aku ini ayahnya," ucap Seno dengan sedikit tersinggung.
"Maaf Mas, aku hanya ingin melindungi dia saja dari orang-orang jahat, kamu tahu nggak kejadian tadi, Mamamu hampir membunuh anak kita, untung saja Mas Gilang datang tepat waktu dan menangkap anak kita, tapi tetap saja sebagai seorang ibu aku takut dan khawatir kalau kejadian ini akan terulang kembali," adu Shafina sambil menangis sesenggukan.
"Apa! jadi maksudmu Mama melempar Chantika?" tanya Seno dengan nada tingginya.
"Iya, maka dari itu aku tidak ingin hal itu terjadi kembali, lebih baik kita pisah saja Mas, dari pada terus-menerus keluargamu mengancam keselamatan anak kita," pinta Shafina.
Degh!
Hati Seno berdesir mendengar permintaan istrinya itu. Bahkan untuk saat ini dirinya tidak mau meninggalkan istri dan anaknya, mungkin dulu dirinya pernah menjadi pengecut dan hendak lari dari tanggung jawabnya, tapi untuk sekarang pria ini benar-benar sudah ingin memperbaiki semuanya, tapi selalu saja ada rintangan yang menghadang.
"Sayang aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu itu, aku sangat menyayangi kalian berdua, jadi aku mohon berikan aku kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini dan setelah ini aku akan berjanji untuk membahagiakan kalian berdua, ijinkan aku untuk menjaga kalian ya." Seno pun memohon kepada istrinya.
🌹 bersambung 🌹
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤